W3vina.COM Free Wordpress Themes Joomla Templates Best Wordpress Themes Premium Wordpress Themes Top Best Wordpress Themes 2012

Tag Archive | "AMAN"

kebebasan-berbicara-charlie-hebdo-warta-ahmadiyah

Charlie Hebdo dan Kebebasan Berpendapat

Setelah enam minggu, Farhad Ahmad melihat kembali pada serangan Charlie Hebdo dan isu-isu yang muncul setelahnya.

Serangan menghebohkan dan biadab yang terjadi di kantor majalah Charlie Hebdo tersebut sangatlah kejam dan tidak manusiawi. Seperti juga serangan berikutnya di toko Kosher, Paris, dua hari kemudian.

Dimana serangan ini menyebabkan rasa sakit dan kesedihan di seluruh dunia, mereka yang sangat tertekan khususnya adalah 1,6 miliar penduduk muslim dunia yang cinta damai. Harus diakui, banyak umat Islam sejak lama merasa bahwa kartun Charlie Hebdo yang menggambarkan Nabi Muhammad (SAW) sangat menyinggung dan merupakan penyalahgunaan besar hak kita yang berharga dalam kebebasan berpendapat. Namun, mayoritas umat Islam percaya bahwa kartun tersebut harus ditentang melalui kekuatan argumentasi. Yang lebih penting lagi, menurut Islam senjata dan agresi tidak pernah dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan perbedaan pendapat – tidak peduli bagaimana perpecahan yang mungkin terjadi.

Setiap kali insiden semacam ini terjadi, banyak yang menganggap Islam sebagai akar penyebabnya. Namun, serangan yang terjadi tidak memiliki landasan sama sekali dalam Al-Qur’an maupun dalam ajaran Nabi Muhammad saw. Sebaliknya, Islam sangat menentang serangan dan menyatakan bahwa ‘tidak ada paksaan dalam agama “.

Nabi Muhammad saw – yang atas namanya kejahatan tersebut dilakukan – tidak akan pernah mengijinkan atau menghendaki kekerasan dan pembunuhan berdarah dingin tersebut. Sepanjang hidupnya, beliau berulang kali diejek dan dihina namun tidak pernah beliau mengizinkan siapa pun untuk membalasnya dengan kekerasan. Sebaliknya, beliau mengatakan bahwa seorang Muslim sejati adalah apabila orang lain aman dari lidah dan tangannya.

Ada banyak orang selama hidup nabi saw yang mengejeknya. Salah satu yang paling ofensif adalah seorang pria bernama Ibnu Sahlul. Setelah berbagai penghinaan dan serangan verbal terhadap nabi saw, anak Ibn Sahlul sendiri, yang telah masuk Islam, meminta izin untuk membunuh ayahnya karena penghinaan yang menyakitkan dan jahat yang ditujukan kepada nabi saw. Berbeda dengan orang-orang yang mengaku sebagai “pengikut Nabi” yang bersikeras menyakiti orang lain, tidak ada reaksi marah dari Nabi saw dan Nabi saw hanya tersenyum dan berkata: “Tidak, tidak ada yang perlu dilakukan, ayahmu tidak akan dihukum oleh siapa pun “.

Jadi, umat Islam yang mengangkat senjata sambil mengklaim melakukan ‘pembalasan atas Nabi Muhammad’ melakukan ketidakadilan terhadap sosok yang mereka klaim untuk ‘membalas dendam’.

Namun, ada masalah penting yang membutuhkan perhatian. Tidak ada keraguan bahwa kebebasan berpendapat adalah hak dasar dari semua manusia dan nilai yang paling berharga.

Namun demikian, kita harus mengajukan pertanyaan pada diri sendiri bahwa jika kita ingin hidup dalam masyarakat yang harmonis, maka apa yang harus kita lakukan dengan kebebasan tersebut? Dan apakah etika juga merupakan hak legal? Kita semua memiliki, dan seharusnya memiliki hak untuk mengemukakan pendapat kita, bersepakat, dan berbeda pendapat; tapi apakah kebebasan berpendapat mengijinkan kita untuk dengan sadar dan sengaja memprovokasi perselisihan antara sesama manusia?

Definisi ‘sakral’ yang diberikan oleh filsuf abad kesembilan belas yang terkenal Nietzsche adalah bahwa “sakral” adalah apapun dalam suatu budaya di mana seseorang tidak boleh menertawakan. Misalnya, sebagai warga Inggris saya mungkin memiliki hak untuk menertawakan dan merendahkan konsep yang serius seperti rasisme, anti-Semitisme, seksisme, disabilitas, dll. Namun, melakukan hal itu akan sangat tidak etis dan jelas salah dalam masyarakat Inggris saat ini. Sederhananya, memiliki ‘hak’ untuk menyinggung tidak berarti dibenarkan untuk menyinggung.

Tidak ada keraguan bahwa penerbitan materi ‘satir’ tentang seseorang dianggap suci menyebabkan kesedihan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Di dunia yang yang kini menjadi desa global dan ketegangan antara orang-orang tidaklah berkurang, tindakan seperti itu memperburuk ketegangan lebih lanjut dapat mengakibatkan risiko perdamaian dalam masyarakat. Dan seperti kebebasan berpendapat , perdamaian juga merupakan kebebasan yang kita harus menghargai, memelihara dan menjunjungnya. Bahkan, saya katakan bahwa hidup dalam masyarakat yang damai dan toleran yang berdasarkan ‘menghormati’ adalah kebebasan yang kita harus hargai dan hormati di atas semua kebebasan lainnya. Untuk mencapai hal ini kita harus saling mengenali dan memahami tanggung jawab kita masing-masing.

Media adalah alat ampuh yang dapatmenyeret semua orang, namun selain itu juga jelas memiliki kemampuan untuk mendorong masyarakat lebih jauh dan lebih lanjut lagi. Media Inggris telah memperlihatkan pengendalian diri dan tanggung jawab yang mengesankan di masa lalu demi masyarakat. Telah diketahui bahwa selama konflik panjang mengenai Irlandia Utara, media Inggris secara bersama-sama memutuskan untuk tidak mempublikasikan atau menyiarkan propaganda inflamasi IRA. Mereka menerima bahwa pembatasan atau pengendalian tersebut demi kepentingan perdamaian bangsa. Saya memuji sikap mereka tersebut.

Ini merupakan saat penting di mana setiap orang, termasuk Muslim, dipersatukan oleh perasaan berduka dan emosi. Berbagai keputusan terletak di tangan media pada saat yang genting ini. Jika keputusan yang dibuat sekarang didasarkan pada kebijaksanaan, saling menghormati dan akal sehat, tragedi serangan Charlie Hebdo dapat dijadikan sebagai petir yang membuat kita semua berpikir dan menyadari bahwa kita menghirup udara yang sama dan berbagi tanah yang sama.

Fakta bahwa beberapa orang telah bertindak kriminal dan tidak manusiawi tidak perlu dipertanyakan lagi. Kesalahannya tidak dipertanyakan lagi. Namun, jika seseorang, atau beberapa orang melakukan suatu kesalahan, itu tidak berarti bahwa kesalahan lain dapat memperbaiki ketidakadilan. Oleh karena itu dengan mengkaji situasi tersebut tampak cukup jelas bahwa reproduksi kartun ofensif oleh organisasi media atau orang lain akan lebih meningkatkan perpecahan. Prinsip-prinsip menghormati, harga diri, perdamaian, kesetaraan dan keadilan yang sangat dipanuti oleh dunia barat harus terus dipraktekkan, terutama di saat rumit ketika prinsip-prinsip tersebut begitu penting.

Sumber : pressahmadiyya

Posted in PerspektifComments (0)

Keterlibatan Ahmadiyah merajut kembali nilai-nilai welas-asih di bumi pertiwi Maluku

Sumbangsih dan keterlibatan Ahmadiyah untuk bumi Maluku, mensyiarkan Islam rahmatan lil-‘alamin

Ambon, 5 Februari 2015. “Dalam setiap agama terdapat nilai-nilai welas asih sebagaimana melekat dalam sifat Tuhan dalam setiap agama. Dalam Islam dikenal Allah al-Rahman al-Rahim atau Tuhan yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dalam tradisi Yahudi dikenal dengan sifat “Rachem’ atau pengasih, dan dalam tadisi kristen Yesus yang lahir dari rahim seorang Maria merupakan bagian dari kerahiman Tuhan pada umatnya. Semua keturunan Abraham, memiliki nilai welas asih, karena dalam nama buyutnya dari kata Abraham terselip kata Ra Hi Ma atau pengasih.” Itu merupakan petikan paparan yang disampaikan Pastor Petrus Lakonawa pada saat Seminar Toleransi dan Pendidikan Damai di Kolose Xaverius Ambon.

Dalam seminar yang terselenggara berkat kerjasama LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat) dengan ARMC (Ambon Reconciliation and Mediation) itu, hadir peserta dari beberapa kalangan. Seperti dari para guru Katolik dan Muslim, HMI Cabang Ambon, Komunitas Rinjani, dan Tarekat Hati Qudus Bunda Maria.

Selain Pastor Petrus, Abidin Wakano (Wakil ketua MUI Maluku, Rektor IAIN Ambon, dan Direktur ARMC) juga turut hadir dan menyampaikan materi berkenaan ajaran welas asih dalam tradisi Maluku. Beliau mengatakan, “Tak pernting apa agamanya, sesama orang Mauluku, kita semua bersaudara. Karena, kita sama-sama makan ikan, papeda, dan colo-colo (makanan khas Maluku). Apa yang ale rasa beta rasa, berdarah di sana, sakit di sini.”

Mungkin yang agak berbeda dalam seminar ini adalah kehadiran saya yang oleh moderator diperkenalkan sebagai mubaligh dari Ahmadiyah. Sebagian rekan-rekan HMI ada yang terkejut saya diperkenalkan. Mungkin karena Ahmadiyah dinilai sebagai sumber konflik di beberapa daerah di tanah air, maka timbul ketakutan kehadiran saya menjadi bumbu konflik baru di tanah Maluku. Namun, dalam paper yang saya sampaikan, saya berusaha meyakinkan pendengar bahwa dalam tradisi Ahmadiyah, tidak dikenal dengan ajaran kekerasan, dan kedatangan saya sebagai mubaligh ke Ambon pun tidak lain untuk menebarkan ajaran welas asih dalam Islam.

Dengan mengutip Al-Qur’an Surah al-Hujurat ayat 14, saya sampaikan bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kalimatun sawa atau common word-nya adalah “insan” atau manusia. Di dalam ayat itu Allah Ta’ala memanggil manusia dengan kata “insaan” dengan maksud mengikat persaudaraan umat manusia yang Tuhan ciptakan bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa. Selain itu, saya juga menggaris bawahi kata “ta’aruf” dalam ayat itu. Allah Ta’ala menjelaskan bahwa untuk menyikapi perbedaan yang ada dalam diri kita, maka kita hendaknya berta’aruf atau melakukan upaya untuk berkomunikasi dan saling mengenal satu sama lainnya.

Kemudian Suster Brigita dari Tarekat Hati Qudus Bunda Maria memaparkan ceritanya tatkala beliau berjuang dalam upaya rekonsiliasi Ambon pada saat konflik 1999. Di sesi keempat ini, beliau bercerita bahwa kaum perempuanlah yang mengawali upaya rekonsiliasi pada saat konflik Ambon. Yang paling terkenal adalah rekonsiliasi becak Islam-Kristen. Para pengayuh becak kebanyakan orang-orang Islam, dan pada saat konflik orang-orang Islam dipisahkan dari orang-orang kristen. Dari pemisahan itu di “daerah Kristen” tidak tersedia transportasi. Suster Brigita dari katolik dan Mba Kiki (saat itu aktifis HMI) berusaha mendatangkan beca ke wilayah Kristen.

Singkat cerita. Suster Brigita datang ke wilayah muslim dengan membawa pemuda Kristen untuk membeli becak. Suster membeli 10 buah becak untuk dibawa pemuda Kristen. Namun karena pemuda Kristen ini belum bisa mengayuh becak, akhirnya dintarkan oleh para pemuda muslim. Dengan jaminan suster Brigita dan Mba Kiki, mereka mengantarkan para pemuda kristen ke wilayah Kristen. Tak sampai di situ, setibanya di wilayah Kristen, kini gantian pemuda Kristen yang mengantarkan pemuda muslim ke wilayah muslim, dan mereka dituntut untuk belajar mengayuh becak tersebut. Dari situlah, kemudian, upaya rekonsiliasi dalam bentuk lain juga digabung oleh suster Brigita dan Mbak Kiki.

Setelah keempat pembicara menyampaikan paparannya, para peserta juga banyak bercerita tentang konflik 1999 dan upaya mereka membangun kembali persaudaraan di antara orang-orang Maluku. Mbak Warni, misalnya, bercerita tentang upayanya membangun perdamaian di daerah perbatasan antara Muslim dan Kristen. Tantangannya tidak hanya dari kalangan orang-orang Kristen saja, tapi juga dari kalangan orang-orang Islam, karena dia sering disebut sebagai antek atau mata-mata dari Kristen.

Seminar yang dimulai pukul 08.00 WIT pun ditutup dengan ‘doa lintas agama’ pada pukul 01.00 WIT.


RIdhwan Ibnu Luqman untuk Warta Ahmadiyah; editor: R.A. Daeng Mattiro

Posted in Dakwah, NasionalComments (0)

pembunuhan-3-mahasiswa-muslim-chapel-hill-warta-ahmadiyah

Penyangkalan Terhadap Kematian 3 Mahasiswa Muslim di Chapel Hill

Penembakan di North Carolina [Chapel Hill] bukan sekedar “perselisihan persoalan parkir”. Kabar yang beredar, hal ini berkaitan dengan sikap anti-muslim.

Tiga mahasiswa tewas pada hari Selasa di Chapel Hill, North Carolina, [mereka bertiga] muslim yang membangakan dan warga Amerika yang membanggakan. Deah Shaddy Barakat, 23tahun, istrinya Yusor Abu-Salha, 21 tahun, [mereka berdua] mendedikasikan diri melayani kemanusiaan, mereka yang tertindas dan menderita. Adik perempuan Abu-Salha, Razan Abu-Salha, 19 tahun, adalah seorang seniman berbakat di North Carolina State University.

Dalam benak saya, sulit untuk percaya bahwa ketiga mahasiswa muslim tersebut menjadi target pembuhunan bukan karena iman mereka.

Tetangga mereka, Craig Stephen Hicks, didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama atas kematian ketiga mahasiswa tersebut. Sementara itu Kepala Kepolisian Chapel Hill, Chris Biru, menyatakan bahwa motif Hicks ‘didasarkan pada “perselisihan persoalan parkir,” ia juga mengakui “kekhawatiran mengenai kemungkinan bahwa persitiwa ini termotivasi oleh kebencian.”

Akui saja, jika Hicks adalah Muslim, dan korbannya seorang berkulit putih seperti Hicks, kita akan sulit menemukan judul berita tanpa adanya kata teroris. Faktanya di media sosial, #ChapelHillShooting menunjukkan tren sebagai nomor satu, dengan banyak muncul pertanyaan yang sama. Namun, telah terjadi pendekatan apatis terhadap para korban Muslim selama dasawarsa terakhir yang mencerminkan adanya standar ganda.

Mari kita deskripsikan sang terdakwa:

Hicks menyebut dirinya “anti-teis” dan memuji penulis seperti Richard Dawkins. Tapi jangan berharap anti-teis bertanggung jawab atas tindakan Hicks tersebut. Sementara anti-teis menyalahkan Islam hanya karena teroris Islam mengklaim mengamalkan ajaran Islam, argumen seperti itu tampaknya tidak berlaku untuk teroris anti-teis.

Hicks seorang pria kulit putih. Pemerintah melaporkan bahwa 70% pelaku penembakan massal di Amerika dalam 30 tahun terakhir dilakukan oleh pria kulit putih. Namun jangan harap pemerintah membahas tentang mengapa orang kulit putih menjadi radikal, atau bagaimana mengendalikan radikalisasi [orang kulit putih].

Tersangka pria bersenjata tersebut berasal dari North Carolina, sebuah negara bagian yang telah mengesahkan “undang-undang anti-syariah” yang tidak masuk akal dan berbau Islamofobia. Hukum seperti itu, selain tidak ada maknanya dan tidak konstitusional, juga mempromosikan kebencian terhadap Muslim, intoleransi terhadap Islam, dan rasa takut kepada semua orang yg tidak mengikuti “standar” xenophobia yang seolah ditampakkan oleh tiap warga amerika?.

Baru-baru ini, Duke University terpaksa membatalkan “adzan” yang telah direncanakan setelah menerima “ancaman keamanan.” Namun jangan berharap adanya pengakuan publik bahwa North Carolina mendorong fanatisme anti-Muslim.

Bukti meningkatnya Islamophobia ditunjukkan oleh, misalnya, meningkatnya jumlah undang-undang anti-syariah di seluruh negeri. Demikian pula tidak dapat dibantah bahwa meningkatnya diskriminasi anti-Muslim dan kekerasan anti-Muslim. Departemen Kehakiman telah menyelidiki lebih dari 800 kasus kekerasan terhadap warga Amerika Muslim, Arab, atau berlatar belakang Asia Selatan sejak 9/11.

Begitu juga, Pew melaporkan bahwa sementara hanya kurang dari setengah orang Amerika yang pernah bertemu dengan seorang Muslim, Muslim Amerika memiliki rating persetujuan terendah dibanding demografis iman lainnya. Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa, “83% orang Amerika mengatakan orang-orang yang melakukan kekerasan dan mengaku Kristen bukanlah [penganut] Kristen sejati, sementara kurang dari setengah orang Amerika (48%), berpikir bahwa orang yang menyatakan Muslim yang melakukan kekerasan atas nama Islam bukanlah Muslim sejati. “

Bias ini juga telah berdampak pada pencari kerja Muslim dan mereka disarankan untuk menghapus apapun yang mengindikasikan iman mereka pada aplikasi pekerjaan. Bahkan, New York Times melaporkan data dari Equal Employment Opportunity Commission yang menunjukkan bahwa dengan hanya 2% dari total tpopulasi, Muslim Amerika mencapai hingga 25% dari tindakan diskriminasi agama.

Saat tiga mahasiswa yang tidak berdosa akan segera dimakamkan, saya teringat kata-kata menghibur dari yang mulia Khalifah Islam setelah serangan mengerikan di sekolah Peshawar di Pakistan Desember lalu, di mana lebih dari 140 orang – yang sebagian besar anak-anak – dibunuh: “Semoga Allah Ta’ala mengampuni seluruh korban dan mereka yang ditinggalkan berduka dengan jubah kasih dan cinta-Nya, dan memberikan orang tua mereka kesabaran serta ketabahan.

Dan seperti serangan Peshawar yang merupakan momen penting bagi Pakistan, serangan Chapel Hill juga harus menjadi momen penting untuk Amerika. Warga Amerika harus mengutuk mengerikan ini sebagai bipartisan dan juga semua kefanatikan dan kekerasan anti-Muslim. Ini berarti tidak ada lagi mitos “no go zone“, tidak ada lagi ketakutan “anti-syariah”, dan tidak ada lagi media yang menggunakan standar ganda.

Cukup sudah. Setelah pembunuhan yang tidak masuk akal ini, satu-satunya pertanyaan yang media, politisi dan setiap warga amerika yang harus pertanyakan adalah “Bagaimana kita sekarang bisa beriringan bersama Muslim Amerikadan menghentikan hal ini terjadi lagi?”

Sumber : USA Today

Qasim Rashid adalah seorang pengacara, penulis, dan juru bicara nasional Jamaah Muslim Ahmadiyah USA.

Posted in PerspektifComments (0)

tidak-ada-paksaan-dalam-agama-laa-ikra-ha-fiddiin-syariat-islam-warta-ahmadiyah

Pengantar Singkat Syariat Islam

oleh : Laiq Ahmed Atif, Presiden Jamaah Muslim Ahmadiyah Malta.

Hukum Islam, juga dikenal sebagai hukum syariah, merupakan salah satu subjek yang paling disalahpahami di dunia kontemporer, baik oleh Muslim dan non-Muslim.

Dari waktu ke waktu, kita mendengar gaung dan slogan implementasi dan penerapan hukum syariah atau syariat islam dari berbagai penjuru dunia.

Sejumlah besar Muslim percaya bahwa syariat islam harus diterapkan dan dilaksanakan sekaligus di semua negara di dunia, baik Muslim maupun non-Muslim.

Dan non-Muslim berpikir bahwa jika syariat islam diterapkan tidak ada yang akan tetap aman, bahwa pengikut agama-agama selain islam akan dipaksa tunduk untuk menerima Islam, kebebasan berbicara dan kebebasan berkeyakinan akan lenyap dari planet ini untuk selamanya.

Faktanya adalah sebagian umat islam tidaklah menuntut penerapan syariat islam, tetapi hal itu telah dimanfaatkan oleh beberapa pemerintahan, politisi, kaum radikal, upara ulama dan fanatis sebagai instrumen yang efektif untuk mendapatkan kekuasaan dan kekuatan, menunjukkan supremasi dan aturan atas masyarakat dengan nama Tuhan karena mereka mungkin mereka menginginkannya. Singkatnya, hal ini tidaklah didorong oleh kasih Islam tapi haus akan kekuasaan.

Syariah secara harfiah berarti “jalan menuju air, yakni jalan menuju sumber kehidupan” Dalam terminologi agama mengacu pada undang-undang dan perintah-perintah yang diberikan oleh Tuhan, karena kehidupan rohani bertopang pada ajaran-ajaran ilahi – syariah.

Syariah tidak hanya ada pada Islam. Ini bukanlah fenomena atau kenyataan baru atau karena setiap agama memiliki bentuk syariahnya sendiri: ajaran dan hukum ilahi.

Singkatnya, ajaran agama, Perintah Allah, hukum dan tuntunan ilahi merupakan syariah.

Karena kehidupan rohani ditopang oleh ajaran-ajaran ilahi – syariah.

Sejumlah besar orang tidak sepenuhnya memahami syariat Islam dan hanya menganggapnya sebagai sistem hukuman. Ada lebih dari 6.000 ayat dalam Al-Qur’an dan hampir 200 ayat berkaitan dengan masalah syariah.

Semua agama yang mengklaim berdasaran atas ajaran-ajaran ilahi dan perintah Allah, semua hukum dan asas tersebut membentuk sebuah syariah.

Islam meyakini kebebasan berkeyakinan dan menolak gagasan pemaksaan ajaran Islam pada siapa pun.

Sekitar 80 ayat yang berkaitan khusus dengan hukum bahwa umat Islam harus mengikutinya – hukum pidana yang diberikan Al-Qur’an hanyalah sebagian.

Syariat Islam dapat dibagi menjadi lima cabang utama: ibadah (ibadah ritual), muamalat (transaksi dan kontrak), adab (perilaku, moral dan sopan santun), itiqadat (keyakinan), dan uqubat (hukuman).

Islam mengatur hukum-hukum dan prisnip-prinsip tertentu yang mengatur semua lima cabang utama tersebut.

Permintaan atas penerapan hukum syariat Islam di masyarakat Barat oleh beberapa individu atau kelompok juga tidak masuk akal dan terlalu disalahpahami.

Islam meyakini penghormatan terhadap hukum negara. Sejauh ini urusan agama bagi muslim yang tinggal di negara-negara Barat telah menikmati kebebasan berkeyakinan.

Muslim tidak dihalangi menyebut diri mereka Muslim, menjalankan iman mereka dan melakukan ritual mereka sesuai dengan keyakinan mereka. Mereka bebas untuk berdoa, berpuasa, membayar zakat (sedekah) dan pergi haji ke Mekah, dan sebagainya.

Hukum, peraturan dan tata cara hidup Islam hanyalah untuk umat Islam. Sejauh berkenaan dengan penerapan hukum syariah, konsep ini sangat bertentangan dengan prinsip syariah yang mereka ingin berlakukan.

Islam meyakini kebebasan berkeyakinan dan menolak gagasan pemaksaan ajaran Islam pada siapa pun. Al-Qur’an membuatnya lebih jelas bahwa “tidak boleh ada paksaan dalam masalah keimanan” (2: 257).

Quran telah memerintahkan umat Islam tidak diperbolehkan untuk memaksakan kehendak, sistem, dan iman atau keyakinan mereka pada siapa pun:”Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (18:30)

Singkatnya, syariat Islam adalah sistem spiritual dan reformasi moral – melalui pemenuhan hak-hak Allah dan hak-hak manusia.

Ini adalah sistem yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai di mana keadilan, kesetaraan, kasih sayang, toleransi dan kebebasan berlaku untuk semua orang.

Pada intinya, syariat islam dimaksudkan untuk membangun dan menjaga moral, kesejahteraan, kepedulian dan masyarakat yang berkeadilan.

Sumber : TimesofMalta

Posted in PerspektifComments (0)

nusrat-high-school-gambia-warta-ahmadiyah

Pengaruh Jamaah Muslim Ahmadiyah di Gambia

Pada awal 1960-an, sebuah peristiwa yang sangat penting terjadi di Gambia. Memang itu dianggap oleh banyak orang tidaklah signifikan. Seorang misionaris dari Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hafiz Jibril Sa’id mengunjungi negara itu untuk menindaklanjuti literatur yang telah difilter ke seluruh negeri secara kebetulan, atau memang dengan takdir Allah SWT ..

Orang-orang mulai mengambil minat dalam literatur dan pesan dari Jamaah Muslim Ahmadiyah – yang didirikan beberapa dekade sebelumnya di sebuah desa terpencil di India – Qadian. Setelah wafatnya sang pendiri, Sayyidina Mirza Ghulam Ahmad ia digantikan oleh Sayyidina Hakim Maulwi Nuruddin Saliib dan dilanjutkan oleh serangkaian Khalifah, memenuhi nubuat dari Rasul Karim, Sayyidina Muhammad saw, bahwa Allah akan memberikan umat Islam karunia Khilafat untuk kedua kalinya.

Para Khalifah tersebut mengirimkan misionaris untuk menyebarkan pesan Islam Ahmadiyah dan melayani umat manusia. Saat itu di awal tahun 1960 pesan penting ini telah mencapai Gambia, memenuhi nubuatan dari Masih yang dijanjikan di mana Allah berkata kepadanya: “Aku akan sampaikan tablighmu keseluruh pelosok dunia ‘. Gambia secara kebetulan terletak di ujung dunia.

Nubuat penting lain Hadhrat Masih Mau’ud as adalah : ‘Aku akan memberkatimu sedemikian rupa sehingga raja-raja akan mencari berkah dari pakaianmu‘. Ketika Gambia mendapatkan kemerdekaan sendiri dan Sir Farimang Singhateh menjadi gubernur pertama negara Gambia, ia menulis surat kepada khalifah pada saat itu untuk mendapatkan sepotong pakaian yang dikenakan oleh Masih Mau’ud untuk mendapatkan keberkatan Allah Yang Mahakuasa. Khalifatul Masih ketiga mengirimnya sepotong kain dari pakaian Al-Masih

Manfaat Khilafat Ahmadiyah di Gambia telah berlangsung lama dan konstan. Pada Februari 1965 ketika Gambia merayakan kemerdekaannya, Sayyidina Ghulam Ahmad Badomali, amir dan missionary-in-charge Jamaah Muslim Ahmadiyah yang memimpin doa atas nama umat Islam.

Pada tahun 1960 dan awal tahun 70-an di Gambia terdapat sangat sedikit sekolah senior. Itupun terpusat di daerah perkotaan sehingga mengharuskan semua anak-anak di daerah yang yang mencapai usia sekolah tinggi meninggalkan rumah dan datang ke daerah perkotaan. Pada tahun 1970, Sayyidina Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III mengunjungi Gambia untuk pertama kalinya. Saat disana beliau mendapat ilham memulai sebuah skema untuk membantu negara-negara dunia ketiga. Sekembalinya ke London ia menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Fadl di London dan ia menjelaskan skema ini. Beliau menyebutnya Skema Nusrat Jehan – yang artinya, membantu dunia. Beliau mengimbau warga Ahmadiyah mengorbankan uang, waktu dan keahlian mereka untuk membantu negara-negara miskin di dunia. Beberapa minggu kemudian, ratusan ribu rupee ditawarkan kepadanya. Selain itu, ratusan relawan – dokter, guru dan ahli pertanian menawarkan jasa mereka untuk datang dan berkhidmat di Afrika.

nusrat-senior-high-school-gambia-warta-ahmadiyah

Nusrat Senior High School

Sekolah pertama berdiri beberapa bulan kemudian, SMA Nusrat. Sekolah ini bangkit menjadi salah satu yang terbaik di negeri ini, yang sekarang dikenal di seluruh dunia sebagai mercusuar unggul. Sekolah tersebut telah berdampak sangat positif pada masyarakat Gambia dimana hampir tidak ada kantor pemerintahan di negara tersebut hari ini di mana tidak ada lulusan lembaga luhur tersebut. Sekolah tersebut telah menghasilkan menteri, anggota parlemen, tentara, guru dan lain-lain. Beberapa tahun kemudian, Sekolah Menengah Muslim Ahamdiyah Tahir berdiri di Mansakonko dan Sekolah Menengah Muslim Ahmadiyah Nasir di Basse. Yang menarik adalah bahwa sekolah-sekolah tersebut berdiri pada saat tidak ada sekolah menengah di propinsi (kecuali Armitage di Janjanbureh).

Pada tahun 2005, Humanity First sebuah LSM di bawah naungan Jamaah Ahmadiyah membangun pertama kalinya sebuah sekolah menengah lanjut – Sekolah Menengah Masroor di Old Yundum. Sekolah tersebut terus mempertahankan tingkat kelulusan 100% sejak awal berdirinya. Karena itu bisa dikatakan sekolah tersebut nyaris tiada bandinganya dibanding sekolah lainnya.

Sekolah lain yang dibangun oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah meliputi Sekolah Ahmadiyah Mooreh Kunda di Wulli, Sekolah Ahmadiyah Kamfenda di Foni, dan Mbullum Ahmadiyah sekolah dasar ahmadiyah Mbullum (sekarang dengan sekolah senior yang disebut Sekolah Menengah Nusrat Jehan) di Kabupaten Lower Niumi di North Bank Region.

Masih di bidanga pendidikan, Jamaah Muslim Ahmadiyah juga mensponsori ratusan siswa di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, khususnya Universitas Gambia. Juga, Humanity First membangun kelas TI murah dan terjangkau untuk siswa di Gambia.

Pada saat dan tidak lama setelah kemerdekaan, hanya ada sedikit rumah sakit di Gambia. Royal Victoria Teaching Hospital (sekarang EEdward Francis Small Teaching Hospital) dan Rumah Sakit Bansang adalah beberapa yang terkenal. Ketika Skema Nusrat Jehan Skema diluncurkan, juga dibangun rumah sakit untuk membantu negara. Salah satunya adalah Rumah Sakit dan Bedah Gigi Islam Ahmadiyah di Tallinding yang dibangun di Perseverance Street No. 88 di Banjul, rumah sakit yang telah identik dengan keunggulannya di negara tersebut. Sebuah rumah sakit juga dibangun di Njawara, daerah North Bank, satu lagi di Farafenni dan satu di Basse. Semua rumah sakit tersebut memberlakukan biaya rendah dan terjangkau, juga memperlakukan pasien yang tidak mampu secara gratis. Jamaah Muslim Ahmadiyah juga memperkenalkan pengobatan homeopati (sistem pengobatan yang ditemukan lebih dari seratus tahun yang lalu oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Samuel Heinemann) di negeri ini dan menawarkan dan masih terus dilakukan klinik kesehatan gratis seluruh penjuru negeri.

rumah-sakit-talinding-gambia-ahmadiyah-warta-ahmadiyah

Rumah Sakit Ahmadiyah di Talinding Gambia

Di bidang pertanian, Jamaah Muslim Ahmadiyah telah memberikan nasihat kepada ribuan warga Gambia dan juga memiliki sekretariat pertanian. Jemaat ini juga terlibat dalam penanaman pohon. Dalam lima tahun terakhir saja telah menanam ribuan pohon.

Kita sekarang sampai aspek lain dan mungkin aspek yang paling penting dari dampak Jamaah Ahmadiyah – manfaat spiritual dan moral. Jemaat telah mencetak ribuan selebaran dan buku, semua bermuara kepada pendidikan moral rakyat. Salah satu contoh yang baik adalah Buku Doa Muslim yang terjual seperti kacang goreng ketika dicetak di negeri ini, sebagian besar dibeli oleh Muslim non Ahmadi. Baru-baru ini, Jamaah Muslim Ahmadiyah menerbitkan (untuk pertama kalinya dalam sejarah negara itu) Alquran dalam tiga bahasa lokal negara; Mandinka, Wollof dan Fula.

Rakyat Gambia sekarang mencari dan menerima arahan dan doa dari khalifah Jamaah Muslim Ahmadiyah. Belum lama ini, anggota yang sangat dihormati masyarakat yang non-Ahmadi Muslim menceritakan bahwa ia memiliki beberapa kesulitan dan menulis surat kepada Sayidina Mirza Masroor Ahmad (khalifah) untuk meminta doa. Dia mengatakan bahwa Hudur berdoa dan menulis kepadanya dan menceritakan mimpi yang ditunjukkan kepadanya oleh Allah SWT. Mimpi ini berarti bahwa kesulitan tersebut akan selesai dalam waktu dekat. Dan terjadilah. Kesaksian tersebut menunjukkan kesalehan khalifah dan masyarakat yang dipimpinnya! Manfaat langsung dari Khalifah Ahmadiyah di Gambia tidak diragukan lagi.

Saat kita merayakan hari Khilafat tahun ini, kita harus mengambil keberkatan seperti halnya Gambia peroleh. Semua doa milik Allah, Tuhan semesta alam.

Sumber : The Standard Gambia

Posted in Kemanusiaan, MancanegaraComments (0)

rashid-ahmad-amerika-mantan-presiden-jamaah-muslim-ahmadiyah-meninggal-dunia

Rashid Ahmad Anggota Terhormat Jamaah Muslim Ahmadiyah Meninggal Setelah Lebih dari Enam puluh Tahun Berkhidmat

Jamaah Muslim Ahmadiyah USA berduka atas wafatnya al-Hajj Rashid Ahmad Amerika

Jamaah Muslim Ahmadiyah USA berduka atas meninggalnya mantan Presiden-nya, al-Hajj Rashid Ahmad American, yang meninggal di Milwaukee, Wisconsin pada tanggal 7 Februari 2015, dalam usia 91. Kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.

Rashid Ahmad lahir pada tahun 1923 di St Louis, Illinois. Beliau menjadi Muslim Ahmadi pada tahun 1947. Pada tahun 1949, beliau melakukan perjalanan ke Pakistan untuk belajar Islam. Selama di Pakistan beliau menjadi fasih berbahasa Urdu dan Punjabi. Saat di Pakistan itulah beliau menerima julukan kesayangan “American“, yang beliau adopsi menjadi namanya.

Selain keterlibatannya dalam Jamaah Muslim Ahmadiyah, ia juga merupakan tokoh masyarakat Milwaukee. Mr. Ahmad  muncul secara rutin di program TV Islam Live pada saluran TV publik.

“Rashid Ahmad American adalah role model bagi ribuan orang. Sifatnya yang sederhana menyentuh semua orang dan dia akan sangat dirindukan oleh teman-teman, keluarga, dan anggota Jamaah kami. ” Kata Wasim Malik, Wakil Presiden Jamaah Muslim Ahmadiyah Amerika Serikat, “Kami sangat menghormatinya dan menyampaikan doa tulus kami untuk Mr. Ahmad dan keluarganya yang berduka. Anggota Jemaat , muda dan tua, akan sangat merindukannya.”

Sumber : ahmadiyya.us

Posted in Mancanegara, Siaran PersComments (0)

pembinaan-mubayyin-baru-ahmadiyah-sanding-warta-ahmadiyah

Pembinaan Mubayyin Bari Ahmadiyah Sanding : Usaha Mengobati Kerinduan

Garut – Minggu pagi (1/2) Mesjid Mahmud milik Jemaat Ahmadiyah Sanding dipenuhi oleh sekelompok orang yang datang dari lokasi yang cukup jauh di Kabupaten Garut. Mereka datang menggunakan mobil kol bak (mobil bak terbuka) dan beberapa buah sepeda motor.

Tujuan kedatangan rombongan ini adalah untuk menghadiri Pembinaan Mubayyin Baru yang diadakan oleh Jemaat Ahmadiyah Sanding di awal bulan Pebruari ini. Sekitar 80 orang hadir dalam kegiatan ini. Mereka adalah para mubayyin baru yang berasal dari lokasi pertablighan yang cukup jauh dari pusat kabupaten Garut ditambah para mubayyin yang tinggal di dekat Jemaat Sanding serta para pengurus Jemaat Sanding.

Tiga orang muballigh yang bertugas di wilayah Garut menjadi narasumber pada kegiatan tersebut. Muballigh wilayah, Mln. Ridwan Ahmad menjadi pembuka acara dengan menyampaikan panjang lebar mengenai Jemaat Ahmadiyah ini. Bagaimana para mubayyin harus bersyukur masuk ke dalam Jemaat ini karena mereka telah mendapatkan mutiara yang tidak ternilai harganya. Sholat berjamaah pun menjadi sorotan beliau agar dapat dilaksanakan setiap saat di tempat mereka.

Mln. Syihab Ahmad menjadi pembicara kedua. Beliau menyampaikan penjelasan mengenai 10 syarat bai’at yang menjadi dasar serta tujuan kita dalam beramal di dalam Jemaat ini. Tidak ada satu pun poin yang bertentangan dengan ajaran Islam jika baca satu per satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap anggota setelah bergabung dalam Jemaat Ahmadiyah ini.

Mln. Tatep Wahyu menjadi pembicara terakhir pada kesempatan ini. Beliau mengambil tema akidah yang dibawa oleh Jemaat Ahmadiyah. Para Mubayyin diingatkan kembali bahwa mereka telah memilih jalan yang telah Allah Ta’ala janjikan kepada Rasulullah saw.karena akidah yang dibawa oleh Ahmadiyah tidak bedanya dengan akidah yang dibawah oleh Rasulullah saw. dalam agama Islam.

Acara pembinaan mubayyin baru tersebut ditutup pukul 15.00 WIB. Para peserta cukup terkesan dan sangat merindukan suasana seperti ini. Insya Allah kegiatan ini akan dilaksanakan secara rutin agar para mubayyin baru ini dapat selalu tersiram dengan ilmu-ilmu rohani yang Allah Ta’ala telah sampaikan melalui Rasulullah saw.

Daerah Sukarame dan Arinem ini merupakan kelompok yang dulu pernah dijadikan lokasi pertablighan oleh Jemaat. Cukup banyak anggota yang bai’at disana. Tetapi karena situasi yang kurang aman serta jauhnya lokasi dari pusat Jemaat maka pembinaan yang dilakukan sempat kurang optimal. Butuh waktu paling tidak 3 jam untuk sampai ke lokasi tersebut. (Syihab)

Sumber : http://ahmadiyyapriatim.blogspot.com/2015/02/pembinaan-mubayyin-baru-di-sanding.html

Posted in Nasional, TarbiyatComments (0)

hazrat mirza masroor ahmad

Khalifah Ahmadiyah berpidato dalam konferensi AMMA

Hazrat Mirza Masroor Ahmad memerintahkan Ahmadiyya Muslim Medical Association untuk membentuk dana baru untuk menyediakan peralatan medis di negara berkembang.

Pemimpin dunia Jamaah Muslim Ahmadiyah, khalifah kelima, Yang Mulia Hazrat Mirza Masroor Ahmad telah memerintahkan anggota Ahmadiyya Muslim Medical Association (Amma) untuk menggali dana baru yang akan digunakan untuk menyediakan peralatan medis yang diperlukan untuk rumah sakit di negara-negara berkembang.

Berpidato dalam Konferensi Tahunan AMMA, yang diadakan di Masjid Baitul Futuh di London, Hazrat Mirza Masroor Ahmad berbicara tentang betapa pentingnya melayani kemanusiaan dan mengatakan bahwa “sungguh beruntunglah” dokter karena profesi tersebut memungkinkan mereka untuk melayani orang lain

Mengenai penetapan dana baru, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:

“Saya ingin Ahmadiyah Medical Association Muslim untuk mengunpulkan dana yang akan digunakan untuk menyediakan peralatan ilmiah yang penting bagi rumah sakit di negara berkembang. Dana ini dapat digunakan untuk membantu rumah sakit di Afrika yang telah dibangun di bawah skema Majlis Nusrat Jahan atau rumah sakit lain yang sesuai. “

Dalam pidatonya, Hazrat Mirza Masroor Ahmad juga menggarisbawahi pentingnya profesi medis sesuai dengan ajaran Islam.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:

“Kenyataan bahwa kedokteran merupakan profesi yang sangat penting dan terhormat dibuktikan oleh fakta bahwa Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa ada dua jenis pengetahuan yang dihargai dan orang harus berusaha untuk menggapainya. Salah satunya adalah pengetahuan tentang agama dan yang lain adalah pengetahuan tentang tubuh manusia – atau ‘ilmu kedokteran’ dengan kata lain “.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad melanjutkan:

“Sementara ilmu agama dan spiritual adalah cara untuk menghapus penyakit spiritual umat manusia, pengetahuan tentang tubuh manusia adalah cara untuk menghilangkan penyakit fisik dan penyakit manusia.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:

“Masih Mau’ud as berulang kali berbicara tentang pentingnya melayani orang lain dengan kasih dan kebaikan – bahwa para pengikutnya harus memperhatikan rasa sakit dan penderitaan orang lain seolah-olah itu adalah rasa sakit dan penderitaan mereka sendiri dan harus berdoa untuk mereka. “

Sebelumnya, Presiden AMMA, Dr Muzaffar Ahmad, menyampaikan laporan kegiatan tahunan Asosiasi. Dia mengatakan bahwa Konferensi Tahunan telah secara resmi diakui oleh Royal College. Dia juga mengatakan bahwa AMMA berharap untuk membangun sebuah rumah sakit unggulan kelas dunia di Pantai Gading.

Pada tahun lalu AMMA telah mengirim dokter pada misi ke Pakistan dan Afrika untuk melatih staf lokal, untuk mendirikan kamp medis dan terus mendukung kegiatan amal Humanity First. Sementara itu di Inggris, peserta pelatihan medis dan mahasiswa telah diberikan pengalaman kerja, sementara pelajar menerima pelatihan PPPK.

Sumber : pressahmadiyya

Posted in Kemanusiaan, MancanegaraComments (0)

kapolres-kabupaten-tasikmalaya-bersilaturahmi-dengan-ahmadiyah-priangan-timur

Kapolres Kabupaten Tasikmalaya Bersilaturahmi dengan Tokoh Ahmadiyah Priangan Timur

Senin, 2/2/2015 Sesepuh Jemaat Ahmadiyah yang berada di Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu menerima kunjungan Kapolres Kabupaten Tasikmalaya dalam rangka silaturahmi.

Bertempat di Rumah Makan Kujang Mubaligh Jemaat Ahmadiyah Wilayah Priangan Timur Mln. H. Syaeful Uyun menerima langsung AKBP Rusnandi, S.IK,M.Si Kapolres Kabupaten Tasikmalaya yang baru bertugas di Kabupaten Tasikmalaya sejak 7 Januari 2015. Kedatangan Kapolres merupakan undangan resmi dari Mln. Syaeful Uyun untuk bertemu dan bertatap muka menjalin tali silaturahmi.

Kapolres yang berasal dari Indramayu telah banyak berpengalaman di daerah konflik semasa tugasnya, dalam pertemuan dengan Mln. Syaeful Uyun beliau menceritakan pengalaman tugas di daerah konflik seperti Poso, suatu daerah yang boleh dikatakan sebagai sarang geraka Vigilante. Dalam menghadapi kelompok Vigilante ini beliau lebih sering mengedepankan tindakan persuasif dengan cara silatruahmi, mengundang makan, melayat tokoh vigilante saat sakit dan lannya meski tak jarang beliau disebut thagut. Beliau menceritkan bagaimana setelah bentrok melawan kelompok radikal langsung mengunjungi pimpinan kelompok yang terlibat langsung dan bercerita usai perang dengan anak buahnya.

Kapolres menyarankan kepada para sesepuh Ahmadiyah ini untuk senantiasa menjalin komunikasi dengan siapapun di lingkungannya masing-masing. Kepada tokoh pemuda Jemaat Ahmadiyah, Munawarman Kapolres berpesan “Jika ada kegiatan kepemudaan untuk saat ini bawalah nama Tenjowaringin tidak lebih dulu membawa bendera organisasi karena saat ini belum bisa melihat kondisi kemanan agar tercipta suasanan kondusif.”

Beliau juga menyampaikan bawha ada 2 kelompok intoleran yang cenderung suka memaksakan kehendak bila ada sesuatu hal yang menurutnya tidak sesuai dengan apa yang dipahaminya atau dianutnya. Kapolres menambahkan “Ormas-oramas toleran seperti GP Ansor, Banser, NU, PMII, KMRT, Komunitas Aliansi Bersama Cinta Damai adalah kelompok yang senantiasa menjunjung tinggi asas keberagaman di Kabupaten Tasikmalaya.

Di akhir pertemuan Kapolres mengungkapkan rasa syukurnya atas sambutan dan penerimaan warga serta tokoh Jemaat Ahmadiyah. Sementara Mubaligh Wilayah menyambut Kapolres dengan satu harapan “Saya berharap di suatu saat nanti bapak dapat mendirikan shalat jumat di masjid-masjid Jemaat Ahmadiyah yang ada di Kabupaten Tasikmalaya.”

Munawarman

Sumber : http://ahmadiyyapriatim.blogspot.com/2015/02/silaturahmi-kapolres-ahmadiyah.html

Posted in Nasional, RabthahComments (0)

ahmadiyah-yogyakarta-warta-ahmadiyah

Pameran Seni Islam: Menembus Prasangka dan Siasat

Nyali Wulang Sunu langsung ciut saat mendengar nama Jamaah Shalahudin UGM. Segera saja di benaknya tergambar kaum Salafi, golongan dalam Islam yang mengajarkan syariat murni secara keras. Buru-buru, mahasiswa ISI Yogyakarta itu mencari informasi sebanyak-banyaknya dari internet. “Apalagi saya Katolik, tak banyak tahu tentang Islam,” katanya.

Berbekal pengetahuan dari internet dan sejumlah literatur Islam, ia memberanikan diri bergaul dengan mereka. Untuk mempermudah berbaur, ia bahkan memelihara jenggot dan memilih celana kain dengan ujung semata kaki untuk busana sehari-harinya. Setelah beberapa hari berkawan dengan mereka, ketakutannya tentang Salafi sirna. “Asumsi saya salah,” katanya.

Wulang adalah satu di antara tiga peserta pameran seni rupa “Jinayah/Siyasah : Playing with Boundaries” di Tetangga Seniman di Kompleks Pusat Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta. Dua perupa lain dalam pameran yang berlangsung 31 Januari-5 Februari 2015 itu adalah Octora (Bandung) dan Riyan Riyadi alias The Popo (Jakarta). Uniknya, karya dalam pameran ini dihasilkan dari pengamatan seniman pada tiga komunitas Islam di Yogyakarta. Sementara Wulang kebagian Jamaah Shalahudin, Octora mendapat jatah Jemaat Ahmadiyah dan Riyan di Pesantren Al-Munawwir.

Berbekal pengamalan tinggal bersama, Wulang menghasilkan sejumlah karya. Satu di antaranya “Samudera Putih”, video animasi yang berkisah tentang sejarah Jamaah Shalahudin. Ia pun menyuguhkan catatan kecilnya sepanjang berinteraksi dengan mereka. Bentuknya, gambar-gambar di atas kertas yang melukiskan asumsinya. Judulnya, “Catatan di Pintu”. “Kadang kami terlalu banyak berasumsi, padahal itu belum tentu sepenuhnya benar,” katanya.

Asumsi “sesat” pada Ahmadiyah misalnya, bisa jadi salah. Octora mengatakan selama bergaul dengan komunitas Ahmadiyah Yogyakarta, ia melihat mereka pun beribadah laiknya muslim yang lain. “Mendengar suara azan, mereka langsung pergi salat berjamaah,” katanya. Bahkan, ia melanjutkan, hubungan mereka dengan lingkungan sekitarnya terjalin dengan baik.

Namun, ia melanjutkan, menerima kehadiran orang luar bukan perkara mudah bagi mereka. Lantaran “cap sesat” yang menempel, kelompok ini kerap menjadi korban kekerasan di negeri ini. Sehingga, mereka pun cenderung �protektif� pada orang-orang baru.

Octora menggambarkan “proteksi” dalam bentuk rangkaian bantal sambung-menyambung hingga membentuk instalasi mirip dinding bata. Judul karyanya, Memayu Hayuning Bawana. Bagi dia, perlindungan terbaik adalah kelembutan. Ini ia simbolkan dengan bantal, yang empuk dan lunak. Judul karya, Memayu Hayuning Bawana, sejatinya adalah falsafah orang Jawa yang bermakna memperindah keindahan dunia. “Bukan bata, kekerasan tak bisa dilawan kekerasan,” katanya.

Dalam pameran itu, ia juga memajang foto yang merekam prosesnya berinteraksi dengan Jemaah Ahmadiyah di Yogyakarta. Selain itu, ada juga video yang menampilkan wawancaranya dengan salah satu tokoh Ahmadiyah. Keduanya bersanding dengan satu karyanya yang lain, Piwulange Leluhur, sebuah kota musik yang memperdengarkan suara nasehat.

Penulis untuk pengantar pameran ini, Sita Magfira, mengatakan Islam di Indonesia memiliki beragam corak dan warna. Mereka tentu tak bisa disamakan, namun tidak untuk dibeda-bedakan. Sejak awal, proyek seni rupa ini diracang dalam kesadaran ketiga komunitas itu mengamini nilai-nilai tertentu. Pada level terntentu,, nilai itu, semisal ekspresi dan pola interaksi, mengalami tarik menarik dengan seni, khususnya seni rupa.

Nilai itu, menurut dia, bisa diartikan sebagai batas imajiner antara seniman dan komunitas Islam. “Kami ingin menjembatani,” katanya.

Jembatan itu tentu ada jika tak ada prasangka. Saling mengenal dan memahami salah satu caranya. Tinggal di Kompleks L Al Munawwir membuat anggapan Riyan terhadap kesakralan pesantren sedikit luntur. Dua minggu bergaul dengan santri, seniman mural itu menemukan satu persoalan kecil yang menyebalkan. Ghasab.

Ghasab pada dasarnya mengambil hak orang lain tanpa izin. Di pesantren, santri biasa meng-ghasab barang tanpa berniat memiliki. Semacam pinjam tapi tak meminta izin dari pemiliknya. Benda-benda yang di-ghasab lazimnya peralatan sehari-hari. Semisal sandal, ember, sepatu, sarung, hingga sepatu. “Sandal saya pernah kena ghasab,” katanya, menceritakan pengalaman tinggal bersama santri.

Tinggal di pondok tak hanya menjadikannya korban ghasab. Ia juga berhasil kolaborasi dengan sejumlah santri untuk membuat karya. Salah satunya berjudul “Ghosob. Karya ini menampilkan benda-benda yang biasa menjadi sasaran ghasab. Sepatu misalnya. Benda itu hadirkan apa adanya. Sebagian tersisa satu sisi dan telah ditumbuhi rumput. “Mencuri tanpa niat memiliki akhirnya seperti ini”, sebuat kalimat ia tuliskan di dinding untuk menerangkan riwayat sepatu. Mencuri jelas melanggar aturan hukum (jinayah). Toh, santri-santri itu punya taktik (siyasah) mensiasatinya.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2015/02/02/219639158/Pameran-Seni-Islam-Menembus-Prasangka-dan-Siasat

Posted in NasionalComments (0)

Page 2 of 712345...Last »

@WartaAhmadiyah

Tweets by @WartaAhmadiyah

http://www.youtube.com/user/AhmadiyahID

Kanal Youtube

 

Tautan Lain


alislam


 
alislam


 
alislam


 
alislam

Jadwal Sholat

shared on wplocker.com