W3vina.COM Free Wordpress Themes Joomla Templates Best Wordpress Themes Premium Wordpress Themes Top Best Wordpress Themes 2012

Tag Archive | "UK"

muslih-mau'ud-mirza-basyiruddin-mahmud-ahmad-1

Muslih Mau’ud , Pribadi Agung Bagi Kemajuan Islam dan Jemaat Ahmadiyah

oleh : Mawahibur Rahman
Sumber : Mawahibur Rahman
A. Masa Sebelum Kekhalifahan

Masa Kanak-Kanak dan Remaja

Mempelajari perjalanan hidup Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. — Sang Muslih Mau’ud — adalah sebuah kehormatan tersendiri bagi saya. Darinya tergambar suatu sosok agung yang dari semua tahapan umurnya diisi dengan segala kecermelangan. Seorang pemimpin besar yang telah membawa bahtera Jemaat berlayar dengan penuh keberhasilan. Pada masa kanak-kanaknya, beliau sudah memperlihatkan kecermelangan dari segi rohani, sehingga tatkala beliau baru memasuki usia 11 tahun beliau telah berikrar untuk tetap mendirikan shalat dengan dawan demi Sang Kekasih Sejatinya, Allah swt.1 Dalam tahun yang sama beliau mendirikan organasasi Tashizul Azhan, sebuah organisasi yang didirikan untuk memupuk dan meningkatkan kecintaan para pemuda di sekeliling beliau terhadap pengabdian Islam 2.

Pada usia 19 tahun beliau mengucapkan janji setia di hadapan jenazah Masih Mau’ud as. Dengan mengucapkan,” Apabila semua orang meninggalkan beliau as. Dan kemudian saya tinggal sendiri, maka saya akan menghadapi dunia ini sendiri dan saya tidak akan pernah gentar terhadap suatu penentangan dan permusuhan ”. Masih di usia ini jugalah beliau mengusahan pendirian Madrasah Ahmadiyah, dan telah diberi kepercayaan untuk menyampaikan khotbah pada kesempatan Jalsah Salanah 3. Dua tahun kemudian beliau telah dipercaya untuk menjabat amanat sebagai amir maqam dan menjabat sebagai Sadr Anjuman Ahmadiyah, institusi tertinggi di bawah Khalifatul Masih Awwal. Perlu dicatat bahwa saat itu usia beliau ra.masih 21 tahun, sedangkan masih banyak sahabat Masih Mau’ud as. Yang masih hidup dan tidak diragukan lagi bahwa beliau-beliau ra. adalah pribadi-pribadi mukhlis yang berilmu tinggi, namun kecuali beberapa individu (Muhammad Ali dkk) mereka semua tunduk patuh kepada Muslih Mau’ud ra. Ini semua semata-mata karena kerohanian beliau yang bersinar terang.

Mempertahankan Jubah Khilafat

Masih dalam masa sebelum beliau ra. dipilih sebagai seorang Khalifah, Hadhrat Muslih Mau’ud ra. juga berperan penting dalam mempertahankan kehormatan Jubah Khalifah, dimana beliau berkali-kali berusaha mengembalikan golongan pembangkah Khalifah kepada jalur yang benar. Dan beliau seringkali menasehati golongan tersebut agat tetap setia, tunduk patuh terhadap perintah Khalifatul Masih Awwal. Puncaknya adalah saat beliau ra. terpilih secara aklamsi oleh ribuan orang sebagai Khalifatul Masih pada 14 Maret 1914. Sebelum pemilihan Khalifah dimulai, terjadi perdebatan sengit antara beliau dengan golongan Muhammad Ali, dimana Muhammad Ali dkk bersikeras agar setelah kewafatan Khalifatul Masih Awwal disediakan waktu beberapa bulan untuk merundingkan bagaimanakah dan siapakah pengganti dari Khalifatul Masih Awwal. Menyadari bahwa kekosongan pemimpin dalam jemaat ini sangatlah berbahaya, beliau menolak usulan hal itu setelah mengalami kebuntuan dalam perundingan yang berkali-kali. Dari sejarah nampaklah Hadhrat Muslih Mau’ud sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikiran beliau ra. untuk menjadi seorang Khalifah, karena dalam perundingan dengan klik Muhammad Ali beliau menyatakan siap untuk memilih salah seorang dari golongan tersebut. Ini makin terlihat saat beliau hendak membaiat ribuan ornag yang memadati Masjid Nur, beliau sendiri tidak ingat dengan isi pernyataan bai’at 4.

Putra yang Dijanjikan itulah julukan beliau ra. namun bagi saya perjalanan 52 tahun beliau memimpin jemaat memperlihatkan bahwa beliau bukan sekedar Putra Yang Dijanjikan. Beliau adalah bapak dari semua Ahmadi yang berada di bawah pimpinannya. Jika Hadhrat Masih Mau’ud as. yang beberkat telah meletakkan pondasi awal jemaat ini, maka Hadhrat Muslih Mau’ud ra. telah mendirikan banguan Jemaat yang megah lagi kokoh diatas pondasi itu. Berbicara mengenai jasa-jasa Hadhrat Muslih Ma’ud ra. bagi jemaat dan Islam, tidaklah mungkin artikel ini bisa menuliskan dengan sempurna. Tidak mungkin dari segi jumlah halaman dan tidak mungkin juga bagi penulis seperti saya. Dengan memohon pertolongan Allah Ta’ala saya akan mencoba menyoroti beberapa segi keberhasilan beliau dalam menghimati Islam melalui Jemaat Ilahi ini.

B. Masa Kekhalifahan

Penataan Nizam Jemaat

Menyadari bahwa Jemaat yang sedang beliau pimpin adalah gerakan yang dipersiapkan untuk memimpin dunia di masa mendatang, beliau ra. Merusaha membentuk sebuah Nizam (aturan atau sistem kerja) yang kokoh. Wawasan khusus yang dianugerahkan Allah memungkinkan beliau mengetahui dengan pasti program apa yang paling diperlukan dan kapan saatnya untuk meluncurkan program tersebut. Hal yang pertama beliau lakukan sebagai Khalifatul Masih adalah menetapkan dewan konsultatif yang disebut sebagai Majlis Syura. Dewan ini menjadi lembaga permanen di dalam Jemaat yang melakukan pertemuan setiap tahun sekali atau kapan saja jika diperlukan guna memberikan nasihat kepada Khalifah mengenai masalah kebijakan yang penting. Beliau menetapkan berbagai departemen yang dibentuk dalam cetakan yang efektif dan praktis menjadi mekanisme administratif Jemaat yang disebut Sadr Anjuman Ahmadiyah (tahun 1919)5. Untuk menguatkan program ini, secara rinci beliau telah menerangkan tugas dan wewenang dari setiap departemen ataupun pengurus, dan selalu menegur jika melihat hal ini tidak berjalan dengan semestinya. Selain itu juga, beliau membagai orang-orang jemaat (ahmadi) ke dalam berbagai badan dalam jemaat sesuai dengan rentang umur, darinyalah kita mengenal Khudam, Anshar ataupun Lajnah Imailah. Terbukti pembagian ini telah memupuk rasa persaudaraan diantara anggotanya yang saling mendorong satu sama lain dalam meningkatkan nilai ahlak dan spirit. Selain itu dibentuk juga beberapa komite atau dewan untuk mendukung kelangengan Nizam Jemmat, seperti Dewan Qadha (1943) atau Komiter Sejarah Silsillah Ahmadiyah

Kemajuan Pendidikan

Dari sejak awal, beliau memberi perhatian besar terhadap perkembangan pendidikan dan kesadaran membaca di semua kalangan Jemaat. Terutama terhadap standar pendidikan para wanita Ahmadi, hal ini tampak sangat berhasil dari tingginya kualitas pendidikan para wanita Ahmadi dengan komunitas sejenisnya. Madrash Ahmadiyah yang semula didirikan untuk menunjang pendidikan agama dinaikkan tingkatnya menjadi Jamiah Ahmadiyah yang dipersiapkan untuk mencetak para ulama jemaat yang berilmu dan berahlak tinggi (1928). Tidak tertinggal pula pada 1930 diresmikan Universitas Ahmadiyah.

Penyebaran Misi Islam Sejati

Kesadaran beliau ra. untuk terus melebarkan kepakan sayap Jemaat tidak pernah lekang oleh waktu dan keadaan. Untuk mendukung hal ini, dicanangkanlah program Tahrik Jadid (1934). Sebuah gerakan pengorbanan dan penghematan, sehingga darinya ribuan misi Jemaat, Masjid, Rumah Sakit, dan sekolah berhasil didirikan di seluruh pelosok dunia. Dengannya hampir tiada negara yang tidak terjangkau Tabligh Ahmadiyah, dari ujung barat hingga ke pelosok timur. Untuk menjamah daerah pedalaman dan pedesaan dalam penyampain Misi Islam dicanangkanlah program Waqfi Jadid. Betapa kedua program ini telah membentuk ruh utama Jemaat ini, yaitu ruh pengorbanan.

Penulisan dan Penyebaran Literatur Islam

Walaupun praktis tidak mendapatkan pendidikan dunia yang cukup layak. Namun beliau dikarunia kecerdasan intelektual yang tinggi, baik dalam penguasaan ilmu keagamaan ataupun pemahaman ilmu dunia. Beliau telah mewarisi kecermelangan dalam kedasyatan pena dari ayah beliau ra. Beliau berhasil menampilkan literatur Islam yang tidak melulu hanya membahas mengenai ilmu ukhrowi belaka, didalamnya diramu berbagai disipilin ilmu yang merangsang daya intektual pembacanya. Lebih dari 200 buku dan selebaran telah diterbitkan atas nama beliau 6. Muncullah sebuah masterpiece dari antara itu semua, yaitu dibukukannya Tafshir Kabir Al-Quran Karim. Sebuah tafsir setebal lebih dari 10.000 halaman yang menjelaskan tiap-tiap ayat dalam Al-Qur’an dengan kualitas yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Beliaupun selalu berusaha agar semua literatur itu bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia baik ia seorang Ahmadi atau bukan. Penyebaran berbagai literatur ini sangat menunjang misi pertablighan Ahmdiyah.

Pendirian Kota Rabwah

“Ia akan menjadikan yang tiga menjadi empat” inilah nubuatan mengenai Muslih Mau’ud yang salah satunya tergenapi dengan pendirian kota Rabwah. Kota ini menambah daftar tiga kota suci sebelumnya yaitu Kota Mekkah, Madinah serta Qadian. Perkembangannya sendiri sangat berbau mukjizat, dari sebuah hamparan bukit kapur tandus yang sama sekali tidak menampakkah harapan kehidupan disulap menjadi sebuah kota modern masa kini yang didalamnya semangat kesucian dan pengabdian tidak pernah berhenti dihembuskan. Di tengah serangan kejahatan moral dari berbagai sisi, Kota Rabwah tetap representativ untuk menampilkan kota kebanggan para Ahmadi.

Catatan Kaki

  1. Maulana Dost Muhammad Shaheed , Selayang Pandang Kehidupan Beberkat Hadhrat Musliha Mau’ud ra. Dimuat majalah Gema edisi Maret 2009
  2. Mahmud Ahmad Cheema, Riwayat Hidup Muslih Mau’ud ra.
  3. Maulana Dost Muhammad Shaheed , Selayang Pandang Kehidupan Beberkat Hadhrat Musliha Mau’ud ra. Dimuat majalah Gema edisi Maret 2009
  4. Lihat Mempertahankan Jubah dari Tuhan oleh Muhammad Zafrullah Khan diterbitkan dalam majalah Sinar Islam Maret 1980
  5. Lihat Bockarie Tommy Kallon, Keberhasilan dari Hazrat Khalifatul Masih II. Dimuat dalam www. Ahmadiyah.or.id
  6. Lihat ibid

Posted in SejarahComments (0)

Amir-Baba-F.-Trawally-ahmadiyah-gambia

Jamaah Muslim Ahmadiyah Gambia Pada HUT Kemerdekaan Gambia

Gambia atas rahmat Allah SWT, akan merayakan ulang tahun kemerdekaan emasnya pada Rabu 18 Februari 2015. Hal ini berarti telah lima puluh tahun sejak Gambia merdeka dari kekuasaan Inggris.

Sebagaimana merayakan hari yang penting itu dalam sejarah kita, kita harus merenungkan beberapa kebajikan yang mempersatukan kita sebagai bangsa.

Terlepas dari perbedaan etnis, ras, atau agama, kita harus berusaha untuk mendukung kebajikan tersebut. Gambia terkenal atas perdamaian dan stabilitasnya; selama lima puluh tahun terakhir setelah merdeka dari penjajahan, kita selalu berada di bawah sinar matahari perdamaian, kasih sayang dan kestabilan. Kita harus memastikan bahwa tidak ada apapun membahayakan kebajikan itu. Hal ini hanya dapat dicapai jika kita mementingkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi kita.

Nabi Muhammad Mustafa (saw), khataman nabiyyin bersabda bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Hal ini harus menjadi prinsip bagi setiap warga negara di semua negara, Muslim atau non-Muslim.

Kita juga harus merenungkan, baik secara perorangan ataupun bersama-sama, apa kontribusi kita terhadap pembangunan sosial-ekonomi negara dalam lima puluh tahun terakhir dan apa kontribusi kita di masa yang akan datang. Mari kita pertama-tama memikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk negara kita; bukan apa yang negara dapat lakukan untuk kita karena jika kita bekerja dengan tulus dan penuh dedikasi untuk negara, kita akan memperoleh manfaat. Marilah kita tulus dalam semua urusan kita untuk membangun bangsa yang sehat. Kebangsaan tidaklah berarti tanpa tanpa komitmen tulus, dedikasi, dan pelayanan tanpa pamrih dari warga untuk pembangunan nasional. Warga negara harus selalu mengisi waktu mereka dengan kegiatan usaha yang bermanfaat. Kemalasan merupakan penyakit dan semua agama, khususnya Islam, telah mengutuknya dengan keras. Kemalasan menghancurkan daya hidup dan stamina kemajuan suatu bangsa. Hasil kemalasan individu mengakibatkan cacat suatu lembaga sehingga runtuh seluruh sistem termasuk bangsa.

Jamaah Muslim Ahmadiyah , dihidupkan oleh pelayanan kepada Allah SWT dan pelayanan kepada sesama maklhluk, selalu akan memberikan kontribusi dengan rendah hati untuk pembangunan nasional. Pada 18 Februari 1965, yaitu hari ini 50 tahun, Amir Jamaah Muslim Ahmadiyah Gambia , Maulana Ghulam Ahmad Badhomalhi, juga memimpin doa Muslim selama perayaan di MacCarthy Square.

Jamaah Ahmadiyah Gambia sejak itu menjadi mitra dalam pembangunan. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mendapatkan cinta dan ridha Allah SWT.

Dengan kasih karunia Allah SWT, Jamaah Muslim Ahmadiyah Gambia akan terus selalu bekerja sama dengan Pemerintah dalam pembangunann moral, spiritual dan sosial-ekonomi tanah air yang kita sayangi dan kita cintai, Gambia.

Pada kesempatan yang berbahagia dan bersejarah ini, kita menyatakan ucapan selamat dan doa kami kepada Yang Mulia Presiden Republik Gambia, Sheikh Profesor Alh. Dr Yahya A.J. J. Jammeh dan seluruh negeri. Kami telah mengumumkan untuk melaksanakan sholat dan do’a di masjid di seluruh negeri untuk acara besar ini.

Semoga Allah SWT memberkati dan memberi kesuksesan pada semua aspek perayaan Golden Jubilee dan semoga Dia menurunkan nikmat tak terbatas dan terpilih-Nya dan memnberi karunia karunia pada negeri ini dan mengizinkan kita untuk menghargai dan menikmati ada perdamaian, keamanan dan stabilitas.

Ya Allah SWT, pada kesempatan yang baik ini, turunkanlah Rahmat-Mu, kasihanilah dan lindungilah negara yang kita sayangi dan cintai, Gambia dan orang-orangnya. Ameen.

Sumber : allAfrica

Posted in MancanegaraComments (0)

kebebasan-berbicara-charlie-hebdo-warta-ahmadiyah

Charlie Hebdo dan Kebebasan Berpendapat

Setelah enam minggu, Farhad Ahmad melihat kembali pada serangan Charlie Hebdo dan isu-isu yang muncul setelahnya.

Serangan menghebohkan dan biadab yang terjadi di kantor majalah Charlie Hebdo tersebut sangatlah kejam dan tidak manusiawi. Seperti juga serangan berikutnya di toko Kosher, Paris, dua hari kemudian.

Dimana serangan ini menyebabkan rasa sakit dan kesedihan di seluruh dunia, mereka yang sangat tertekan khususnya adalah 1,6 miliar penduduk muslim dunia yang cinta damai. Harus diakui, banyak umat Islam sejak lama merasa bahwa kartun Charlie Hebdo yang menggambarkan Nabi Muhammad (SAW) sangat menyinggung dan merupakan penyalahgunaan besar hak kita yang berharga dalam kebebasan berpendapat. Namun, mayoritas umat Islam percaya bahwa kartun tersebut harus ditentang melalui kekuatan argumentasi. Yang lebih penting lagi, menurut Islam senjata dan agresi tidak pernah dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan perbedaan pendapat – tidak peduli bagaimana perpecahan yang mungkin terjadi.

Setiap kali insiden semacam ini terjadi, banyak yang menganggap Islam sebagai akar penyebabnya. Namun, serangan yang terjadi tidak memiliki landasan sama sekali dalam Al-Qur’an maupun dalam ajaran Nabi Muhammad saw. Sebaliknya, Islam sangat menentang serangan dan menyatakan bahwa ‘tidak ada paksaan dalam agama “.

Nabi Muhammad saw – yang atas namanya kejahatan tersebut dilakukan – tidak akan pernah mengijinkan atau menghendaki kekerasan dan pembunuhan berdarah dingin tersebut. Sepanjang hidupnya, beliau berulang kali diejek dan dihina namun tidak pernah beliau mengizinkan siapa pun untuk membalasnya dengan kekerasan. Sebaliknya, beliau mengatakan bahwa seorang Muslim sejati adalah apabila orang lain aman dari lidah dan tangannya.

Ada banyak orang selama hidup nabi saw yang mengejeknya. Salah satu yang paling ofensif adalah seorang pria bernama Ibnu Sahlul. Setelah berbagai penghinaan dan serangan verbal terhadap nabi saw, anak Ibn Sahlul sendiri, yang telah masuk Islam, meminta izin untuk membunuh ayahnya karena penghinaan yang menyakitkan dan jahat yang ditujukan kepada nabi saw. Berbeda dengan orang-orang yang mengaku sebagai “pengikut Nabi” yang bersikeras menyakiti orang lain, tidak ada reaksi marah dari Nabi saw dan Nabi saw hanya tersenyum dan berkata: “Tidak, tidak ada yang perlu dilakukan, ayahmu tidak akan dihukum oleh siapa pun “.

Jadi, umat Islam yang mengangkat senjata sambil mengklaim melakukan ‘pembalasan atas Nabi Muhammad’ melakukan ketidakadilan terhadap sosok yang mereka klaim untuk ‘membalas dendam’.

Namun, ada masalah penting yang membutuhkan perhatian. Tidak ada keraguan bahwa kebebasan berpendapat adalah hak dasar dari semua manusia dan nilai yang paling berharga.

Namun demikian, kita harus mengajukan pertanyaan pada diri sendiri bahwa jika kita ingin hidup dalam masyarakat yang harmonis, maka apa yang harus kita lakukan dengan kebebasan tersebut? Dan apakah etika juga merupakan hak legal? Kita semua memiliki, dan seharusnya memiliki hak untuk mengemukakan pendapat kita, bersepakat, dan berbeda pendapat; tapi apakah kebebasan berpendapat mengijinkan kita untuk dengan sadar dan sengaja memprovokasi perselisihan antara sesama manusia?

Definisi ‘sakral’ yang diberikan oleh filsuf abad kesembilan belas yang terkenal Nietzsche adalah bahwa “sakral” adalah apapun dalam suatu budaya di mana seseorang tidak boleh menertawakan. Misalnya, sebagai warga Inggris saya mungkin memiliki hak untuk menertawakan dan merendahkan konsep yang serius seperti rasisme, anti-Semitisme, seksisme, disabilitas, dll. Namun, melakukan hal itu akan sangat tidak etis dan jelas salah dalam masyarakat Inggris saat ini. Sederhananya, memiliki ‘hak’ untuk menyinggung tidak berarti dibenarkan untuk menyinggung.

Tidak ada keraguan bahwa penerbitan materi ‘satir’ tentang seseorang dianggap suci menyebabkan kesedihan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Di dunia yang yang kini menjadi desa global dan ketegangan antara orang-orang tidaklah berkurang, tindakan seperti itu memperburuk ketegangan lebih lanjut dapat mengakibatkan risiko perdamaian dalam masyarakat. Dan seperti kebebasan berpendapat , perdamaian juga merupakan kebebasan yang kita harus menghargai, memelihara dan menjunjungnya. Bahkan, saya katakan bahwa hidup dalam masyarakat yang damai dan toleran yang berdasarkan ‘menghormati’ adalah kebebasan yang kita harus hargai dan hormati di atas semua kebebasan lainnya. Untuk mencapai hal ini kita harus saling mengenali dan memahami tanggung jawab kita masing-masing.

Media adalah alat ampuh yang dapatmenyeret semua orang, namun selain itu juga jelas memiliki kemampuan untuk mendorong masyarakat lebih jauh dan lebih lanjut lagi. Media Inggris telah memperlihatkan pengendalian diri dan tanggung jawab yang mengesankan di masa lalu demi masyarakat. Telah diketahui bahwa selama konflik panjang mengenai Irlandia Utara, media Inggris secara bersama-sama memutuskan untuk tidak mempublikasikan atau menyiarkan propaganda inflamasi IRA. Mereka menerima bahwa pembatasan atau pengendalian tersebut demi kepentingan perdamaian bangsa. Saya memuji sikap mereka tersebut.

Ini merupakan saat penting di mana setiap orang, termasuk Muslim, dipersatukan oleh perasaan berduka dan emosi. Berbagai keputusan terletak di tangan media pada saat yang genting ini. Jika keputusan yang dibuat sekarang didasarkan pada kebijaksanaan, saling menghormati dan akal sehat, tragedi serangan Charlie Hebdo dapat dijadikan sebagai petir yang membuat kita semua berpikir dan menyadari bahwa kita menghirup udara yang sama dan berbagi tanah yang sama.

Fakta bahwa beberapa orang telah bertindak kriminal dan tidak manusiawi tidak perlu dipertanyakan lagi. Kesalahannya tidak dipertanyakan lagi. Namun, jika seseorang, atau beberapa orang melakukan suatu kesalahan, itu tidak berarti bahwa kesalahan lain dapat memperbaiki ketidakadilan. Oleh karena itu dengan mengkaji situasi tersebut tampak cukup jelas bahwa reproduksi kartun ofensif oleh organisasi media atau orang lain akan lebih meningkatkan perpecahan. Prinsip-prinsip menghormati, harga diri, perdamaian, kesetaraan dan keadilan yang sangat dipanuti oleh dunia barat harus terus dipraktekkan, terutama di saat rumit ketika prinsip-prinsip tersebut begitu penting.

Sumber : pressahmadiyya

Posted in PerspektifComments (0)

Keterlibatan Ahmadiyah merajut kembali nilai-nilai welas-asih di bumi pertiwi Maluku

Sumbangsih dan keterlibatan Ahmadiyah untuk bumi Maluku, mensyiarkan Islam rahmatan lil-‘alamin

Ambon, 5 Februari 2015. “Dalam setiap agama terdapat nilai-nilai welas asih sebagaimana melekat dalam sifat Tuhan dalam setiap agama. Dalam Islam dikenal Allah al-Rahman al-Rahim atau Tuhan yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dalam tradisi Yahudi dikenal dengan sifat “Rachem’ atau pengasih, dan dalam tadisi kristen Yesus yang lahir dari rahim seorang Maria merupakan bagian dari kerahiman Tuhan pada umatnya. Semua keturunan Abraham, memiliki nilai welas asih, karena dalam nama buyutnya dari kata Abraham terselip kata Ra Hi Ma atau pengasih.” Itu merupakan petikan paparan yang disampaikan Pastor Petrus Lakonawa pada saat Seminar Toleransi dan Pendidikan Damai di Kolose Xaverius Ambon.

Dalam seminar yang terselenggara berkat kerjasama LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat) dengan ARMC (Ambon Reconciliation and Mediation) itu, hadir peserta dari beberapa kalangan. Seperti dari para guru Katolik dan Muslim, HMI Cabang Ambon, Komunitas Rinjani, dan Tarekat Hati Qudus Bunda Maria.

Selain Pastor Petrus, Abidin Wakano (Wakil ketua MUI Maluku, Rektor IAIN Ambon, dan Direktur ARMC) juga turut hadir dan menyampaikan materi berkenaan ajaran welas asih dalam tradisi Maluku. Beliau mengatakan, “Tak pernting apa agamanya, sesama orang Mauluku, kita semua bersaudara. Karena, kita sama-sama makan ikan, papeda, dan colo-colo (makanan khas Maluku). Apa yang ale rasa beta rasa, berdarah di sana, sakit di sini.”

Mungkin yang agak berbeda dalam seminar ini adalah kehadiran saya yang oleh moderator diperkenalkan sebagai mubaligh dari Ahmadiyah. Sebagian rekan-rekan HMI ada yang terkejut saya diperkenalkan. Mungkin karena Ahmadiyah dinilai sebagai sumber konflik di beberapa daerah di tanah air, maka timbul ketakutan kehadiran saya menjadi bumbu konflik baru di tanah Maluku. Namun, dalam paper yang saya sampaikan, saya berusaha meyakinkan pendengar bahwa dalam tradisi Ahmadiyah, tidak dikenal dengan ajaran kekerasan, dan kedatangan saya sebagai mubaligh ke Ambon pun tidak lain untuk menebarkan ajaran welas asih dalam Islam.

Dengan mengutip Al-Qur’an Surah al-Hujurat ayat 14, saya sampaikan bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kalimatun sawa atau common word-nya adalah “insan” atau manusia. Di dalam ayat itu Allah Ta’ala memanggil manusia dengan kata “insaan” dengan maksud mengikat persaudaraan umat manusia yang Tuhan ciptakan bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa. Selain itu, saya juga menggaris bawahi kata “ta’aruf” dalam ayat itu. Allah Ta’ala menjelaskan bahwa untuk menyikapi perbedaan yang ada dalam diri kita, maka kita hendaknya berta’aruf atau melakukan upaya untuk berkomunikasi dan saling mengenal satu sama lainnya.

Kemudian Suster Brigita dari Tarekat Hati Qudus Bunda Maria memaparkan ceritanya tatkala beliau berjuang dalam upaya rekonsiliasi Ambon pada saat konflik 1999. Di sesi keempat ini, beliau bercerita bahwa kaum perempuanlah yang mengawali upaya rekonsiliasi pada saat konflik Ambon. Yang paling terkenal adalah rekonsiliasi becak Islam-Kristen. Para pengayuh becak kebanyakan orang-orang Islam, dan pada saat konflik orang-orang Islam dipisahkan dari orang-orang kristen. Dari pemisahan itu di “daerah Kristen” tidak tersedia transportasi. Suster Brigita dari katolik dan Mba Kiki (saat itu aktifis HMI) berusaha mendatangkan beca ke wilayah Kristen.

Singkat cerita. Suster Brigita datang ke wilayah muslim dengan membawa pemuda Kristen untuk membeli becak. Suster membeli 10 buah becak untuk dibawa pemuda Kristen. Namun karena pemuda Kristen ini belum bisa mengayuh becak, akhirnya dintarkan oleh para pemuda muslim. Dengan jaminan suster Brigita dan Mba Kiki, mereka mengantarkan para pemuda kristen ke wilayah Kristen. Tak sampai di situ, setibanya di wilayah Kristen, kini gantian pemuda Kristen yang mengantarkan pemuda muslim ke wilayah muslim, dan mereka dituntut untuk belajar mengayuh becak tersebut. Dari situlah, kemudian, upaya rekonsiliasi dalam bentuk lain juga digabung oleh suster Brigita dan Mbak Kiki.

Setelah keempat pembicara menyampaikan paparannya, para peserta juga banyak bercerita tentang konflik 1999 dan upaya mereka membangun kembali persaudaraan di antara orang-orang Maluku. Mbak Warni, misalnya, bercerita tentang upayanya membangun perdamaian di daerah perbatasan antara Muslim dan Kristen. Tantangannya tidak hanya dari kalangan orang-orang Kristen saja, tapi juga dari kalangan orang-orang Islam, karena dia sering disebut sebagai antek atau mata-mata dari Kristen.

Seminar yang dimulai pukul 08.00 WIT pun ditutup dengan ‘doa lintas agama’ pada pukul 01.00 WIT.


RIdhwan Ibnu Luqman untuk Warta Ahmadiyah; editor: R.A. Daeng Mattiro

Posted in Dakwah, NasionalComments (0)

pembunuhan-3-mahasiswa-muslim-chapel-hill-warta-ahmadiyah

Jamaah Muslim Ahmadiyah USA Ikut Berduka Bersama Keluarga Korban Penembakan Chapel Hill

Menghimbau Seruan untuk Kesabaran dan Toleransi

Jamaah Muslim Ahmadiyah USA turut berduka dengan keluarga Deah Shaddy Barakat, 23 tahun, dan istrinya Yusor Abu-Salha, 21 tahun, dan adik Abu-Salha, Razan Abu-Salha, 19 tahun, yang berasal dari Raleigh. Seluruh korban dibunuh pada tanggal 10 Februari oleh tetangga mereka. Laporan awal menunjukkan bahwa pembunuhan tersebut kemungkinan adalah kejahatan rasial anti-Muslim yang ditargetkan. Belasungkawa dan doa sampaikan pada korban kejahatan yang mengerikan ini, keluarga mereka, dan teman-teman mereka. Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.

“Sebagai orang tua, sebagai Muslim, dan sebagai warga Amerika kita terpukul atas tindakan kekerasan yang tidak masuk akal ini,” kata Dr Nasim Rehmatullah, Wakil Presiden Nasional Jamaah Muslim Ahmadiyah USA. “Para pelajar tersebut mendedikasikan pada pelayanan kemanusiaan, adalah Muslim yang membanggakan, dan warga Amerika yang membanggakan. Kami berdoa untuk jiwa mereka yang telah pergi dan percaya bahwa pemerintah akan membawa pelakunya ke pengadilan

Di saat Islamophobia dan sentimen anti-Muslim meningkat, Jamaah Muslim Ahmadiyah USA meminta dengan sangat semua warga Amerika apapun keyakinannya untuk tetap bersatu melawan intoleransi dan fanatisme.

Seumber : ahmadiyya USA

Posted in Mancanegara, Siaran PersComments (0)

pembunuhan-3-mahasiswa-muslim-chapel-hill-warta-ahmadiyah

Penyangkalan Terhadap Kematian 3 Mahasiswa Muslim di Chapel Hill

Penembakan di North Carolina [Chapel Hill] bukan sekedar “perselisihan persoalan parkir”. Kabar yang beredar, hal ini berkaitan dengan sikap anti-muslim.

Tiga mahasiswa tewas pada hari Selasa di Chapel Hill, North Carolina, [mereka bertiga] muslim yang membangakan dan warga Amerika yang membanggakan. Deah Shaddy Barakat, 23tahun, istrinya Yusor Abu-Salha, 21 tahun, [mereka berdua] mendedikasikan diri melayani kemanusiaan, mereka yang tertindas dan menderita. Adik perempuan Abu-Salha, Razan Abu-Salha, 19 tahun, adalah seorang seniman berbakat di North Carolina State University.

Dalam benak saya, sulit untuk percaya bahwa ketiga mahasiswa muslim tersebut menjadi target pembuhunan bukan karena iman mereka.

Tetangga mereka, Craig Stephen Hicks, didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama atas kematian ketiga mahasiswa tersebut. Sementara itu Kepala Kepolisian Chapel Hill, Chris Biru, menyatakan bahwa motif Hicks ‘didasarkan pada “perselisihan persoalan parkir,” ia juga mengakui “kekhawatiran mengenai kemungkinan bahwa persitiwa ini termotivasi oleh kebencian.”

Akui saja, jika Hicks adalah Muslim, dan korbannya seorang berkulit putih seperti Hicks, kita akan sulit menemukan judul berita tanpa adanya kata teroris. Faktanya di media sosial, #ChapelHillShooting menunjukkan tren sebagai nomor satu, dengan banyak muncul pertanyaan yang sama. Namun, telah terjadi pendekatan apatis terhadap para korban Muslim selama dasawarsa terakhir yang mencerminkan adanya standar ganda.

Mari kita deskripsikan sang terdakwa:

Hicks menyebut dirinya “anti-teis” dan memuji penulis seperti Richard Dawkins. Tapi jangan berharap anti-teis bertanggung jawab atas tindakan Hicks tersebut. Sementara anti-teis menyalahkan Islam hanya karena teroris Islam mengklaim mengamalkan ajaran Islam, argumen seperti itu tampaknya tidak berlaku untuk teroris anti-teis.

Hicks seorang pria kulit putih. Pemerintah melaporkan bahwa 70% pelaku penembakan massal di Amerika dalam 30 tahun terakhir dilakukan oleh pria kulit putih. Namun jangan harap pemerintah membahas tentang mengapa orang kulit putih menjadi radikal, atau bagaimana mengendalikan radikalisasi [orang kulit putih].

Tersangka pria bersenjata tersebut berasal dari North Carolina, sebuah negara bagian yang telah mengesahkan “undang-undang anti-syariah” yang tidak masuk akal dan berbau Islamofobia. Hukum seperti itu, selain tidak ada maknanya dan tidak konstitusional, juga mempromosikan kebencian terhadap Muslim, intoleransi terhadap Islam, dan rasa takut kepada semua orang yg tidak mengikuti “standar” xenophobia yang seolah ditampakkan oleh tiap warga amerika?.

Baru-baru ini, Duke University terpaksa membatalkan “adzan” yang telah direncanakan setelah menerima “ancaman keamanan.” Namun jangan berharap adanya pengakuan publik bahwa North Carolina mendorong fanatisme anti-Muslim.

Bukti meningkatnya Islamophobia ditunjukkan oleh, misalnya, meningkatnya jumlah undang-undang anti-syariah di seluruh negeri. Demikian pula tidak dapat dibantah bahwa meningkatnya diskriminasi anti-Muslim dan kekerasan anti-Muslim. Departemen Kehakiman telah menyelidiki lebih dari 800 kasus kekerasan terhadap warga Amerika Muslim, Arab, atau berlatar belakang Asia Selatan sejak 9/11.

Begitu juga, Pew melaporkan bahwa sementara hanya kurang dari setengah orang Amerika yang pernah bertemu dengan seorang Muslim, Muslim Amerika memiliki rating persetujuan terendah dibanding demografis iman lainnya. Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa, “83% orang Amerika mengatakan orang-orang yang melakukan kekerasan dan mengaku Kristen bukanlah [penganut] Kristen sejati, sementara kurang dari setengah orang Amerika (48%), berpikir bahwa orang yang menyatakan Muslim yang melakukan kekerasan atas nama Islam bukanlah Muslim sejati. “

Bias ini juga telah berdampak pada pencari kerja Muslim dan mereka disarankan untuk menghapus apapun yang mengindikasikan iman mereka pada aplikasi pekerjaan. Bahkan, New York Times melaporkan data dari Equal Employment Opportunity Commission yang menunjukkan bahwa dengan hanya 2% dari total tpopulasi, Muslim Amerika mencapai hingga 25% dari tindakan diskriminasi agama.

Saat tiga mahasiswa yang tidak berdosa akan segera dimakamkan, saya teringat kata-kata menghibur dari yang mulia Khalifah Islam setelah serangan mengerikan di sekolah Peshawar di Pakistan Desember lalu, di mana lebih dari 140 orang – yang sebagian besar anak-anak – dibunuh: “Semoga Allah Ta’ala mengampuni seluruh korban dan mereka yang ditinggalkan berduka dengan jubah kasih dan cinta-Nya, dan memberikan orang tua mereka kesabaran serta ketabahan.

Dan seperti serangan Peshawar yang merupakan momen penting bagi Pakistan, serangan Chapel Hill juga harus menjadi momen penting untuk Amerika. Warga Amerika harus mengutuk mengerikan ini sebagai bipartisan dan juga semua kefanatikan dan kekerasan anti-Muslim. Ini berarti tidak ada lagi mitos “no go zone“, tidak ada lagi ketakutan “anti-syariah”, dan tidak ada lagi media yang menggunakan standar ganda.

Cukup sudah. Setelah pembunuhan yang tidak masuk akal ini, satu-satunya pertanyaan yang media, politisi dan setiap warga amerika yang harus pertanyakan adalah “Bagaimana kita sekarang bisa beriringan bersama Muslim Amerikadan menghentikan hal ini terjadi lagi?”

Sumber : USA Today

Qasim Rashid adalah seorang pengacara, penulis, dan juru bicara nasional Jamaah Muslim Ahmadiyah USA.

Posted in PerspektifComments (0)

laporan-persekusi-ahmadiyah-pakistan-2014

Laporan Persekusi Terhadap Ahmadiyah Pakistan Tahun 2014

Ekstremis di Pakistan membunuh sebelas Muslim Ahmadi dalam serangan berbasis agama selama 2014.

Dalam sebuah insiden, massa yang berjumlah 150 orang menyerang sebuah lingkungan Muslim Ahmadi di Gujranwala dan mengunci sekelompok Muslim Ahmadi di rumah sebelum melakukan pembakaran yang menewaskan seorang wanita, dua anak-anak dan satu anak yang masih dalam kandungan.

Serangan lainnya termasuk seorang polisi yang menahan seorang Muslim Ahmadi Muslim dengan tuduhan praktik “penghujatan” imannya, sebelum mengizinkan seorang anak daerah tersebut memasuki sel dan ia menembak tahanan tersebut hingga tewas.

Contoh lainnya, seorang ahli bedah jantung Muslim Ahamdi Amerika melakukan perjalanan ke Pakistan dalam rangka misi kemanusiaan selama tiga minggu, sebelum dibunuh secara brutal kdikarenakan imannya.

Meskipun penganiayaan terus berlangsung, Muslim Ahmadiyah Pakistan dan di seluruh dunia menanggapi hanya dengan cara doa, kesabaran dan patuh terhadap hukum. Pada tautan pdf kami menyajikan laporan lengkap tentang Muslim Ahmadi yang menjadi martir karena iman mereka pada tahun 2014.

Sumber : pressahmadiyya

Posted in Mancanegara, Persekusi, Siaran PersComments (0)

pengobatan-homeopathy-ahmadiyah-priangan-timur-padaherang-warta-ahmadiyah

Acara Pengobatan Homeopathy di Padaherang Dibuka oleh Ketua DPRD Pangandaran

Kegiatan pengobatan Tim Hoemopathy Priangan Timur di Padaherang di buka langsung Ketua DPRD Pangandaran .

Minggu 8 Maret 2014 untuk kesekian kalinya tim homeopathy Jemaat Ahmadiyah Priangan Timur kembali mengadakan pengobatan gratis bagi warga masyarakat, bertempat di gedung serba guna Yayasan Pendidikan Islam Darul Istiqomah sebanyak 250 orang warga masyarakat dari desa Pasirgeulis, Karangmulya dan Cibogo Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran datang berobat.

Tim Homeopathy diundang oleh Yayasan Pendidikan Islam Darul Istiqomah sebagai puncak acara Milad yayasan tersebut yang ke-15. Ketua DPRD Iwan Muhammad Ridwan S.Pd M.Pd yang juga merupakan putra daerah dan masih memiliki hubungan keluarga dengan pimpinan yayasan, datang secara langsung membuka acara. Dalam sambutannya beliau mengucapkan terima kasih telah diundang oleh pihak yayasan dan berterima kasih pada tim homeopathy dapat hadir untuk memberikan layanan kemasyarakan pada warga masyarakat Padaherang. “Acara ini semoga lebih mempererat tali silaturahmi, sebagai harapan warga kabupaten Pangandaran dalam pelayanan kemasyarakatan dan dalam mensejahterakan masyarakat” Ketua DPRD Pangandaran dalam sambutannya. “DPRD Kabupaten Pangandaran yang baru berusia 63 hari pada tanggal 29 januari kemarin telah mengetukan palu anggaran sebagai Perda pertama yang diterbitkan.” lanjut Iwan M. Ridwan yang merupakan putra daerah Desa Cibogo tersebut.

iwan-muhammad-ridwan-ketua-dprd-pangandaran-warta-ahmadiyah

Ketua DPRD Pangandaran membuka acara

Dalam pernyataannya saat diwawancarai Ketua DPRD Pangandaran yang berasal dari Partai pemenang pemilu 2014 ini mengucapkan apresiasi kepada tim homeopahy, sebagai pengobatan yang baru dikenal berharap kegiatan di yayasan tersebut kedepannya bisa dikenal oleh masyarakat lebih luas khususnya warga Kabupaten Pangandaran. “Mengajak pada tim homeopathy nantinya bisa melakukan kerjasama dalam kegiatan bakti sosial” ujar beliau. “Tidak menutup kemungkinan masyarakat beralih pada cara pengobatan hemeopathy khususnya warga Pangandaran” ucap beliau mengakhiri wawancara.

Yayasan Pendidikan Islam Darul Istiqomah sendiri baru berdiri tahun 2000 kini dibawah pimpinan KH. Tatang Hidayat S.Ag M.PDi telah memiliki 4 lembaga pendidikan RA, MI, MTS dan Aliyah dengan aset lebih dari 1 ha dimana itu semua tanpa meminta sumbangan pada orang tua murid.

Gaga Abdillah Sihab S.Hi Kepala Sekolah dan pengurus Yayasan saat diwawancarai menyatakan bahwa pengobatan homeopathy baginya terasa asing dan sangat berantusias dengan pengobatan ini dan berharap kegiatan yang sangat positif ini dapat berlanjut secara berkesinambungan bagi warga masyarakat yang berada disekitar Yayasan.

Nurkholiah & Doni Sutriana

Sumber : Ahmadiyya Priatim

Posted in Kemanusiaan, NasionalComments (0)

tidak-ada-paksaan-dalam-agama-laa-ikra-ha-fiddiin-syariat-islam-warta-ahmadiyah

Pengantar Singkat Syariat Islam

oleh : Laiq Ahmed Atif, Presiden Jamaah Muslim Ahmadiyah Malta.

Hukum Islam, juga dikenal sebagai hukum syariah, merupakan salah satu subjek yang paling disalahpahami di dunia kontemporer, baik oleh Muslim dan non-Muslim.

Dari waktu ke waktu, kita mendengar gaung dan slogan implementasi dan penerapan hukum syariah atau syariat islam dari berbagai penjuru dunia.

Sejumlah besar Muslim percaya bahwa syariat islam harus diterapkan dan dilaksanakan sekaligus di semua negara di dunia, baik Muslim maupun non-Muslim.

Dan non-Muslim berpikir bahwa jika syariat islam diterapkan tidak ada yang akan tetap aman, bahwa pengikut agama-agama selain islam akan dipaksa tunduk untuk menerima Islam, kebebasan berbicara dan kebebasan berkeyakinan akan lenyap dari planet ini untuk selamanya.

Faktanya adalah sebagian umat islam tidaklah menuntut penerapan syariat islam, tetapi hal itu telah dimanfaatkan oleh beberapa pemerintahan, politisi, kaum radikal, upara ulama dan fanatis sebagai instrumen yang efektif untuk mendapatkan kekuasaan dan kekuatan, menunjukkan supremasi dan aturan atas masyarakat dengan nama Tuhan karena mereka mungkin mereka menginginkannya. Singkatnya, hal ini tidaklah didorong oleh kasih Islam tapi haus akan kekuasaan.

Syariah secara harfiah berarti “jalan menuju air, yakni jalan menuju sumber kehidupan” Dalam terminologi agama mengacu pada undang-undang dan perintah-perintah yang diberikan oleh Tuhan, karena kehidupan rohani bertopang pada ajaran-ajaran ilahi – syariah.

Syariah tidak hanya ada pada Islam. Ini bukanlah fenomena atau kenyataan baru atau karena setiap agama memiliki bentuk syariahnya sendiri: ajaran dan hukum ilahi.

Singkatnya, ajaran agama, Perintah Allah, hukum dan tuntunan ilahi merupakan syariah.

Karena kehidupan rohani ditopang oleh ajaran-ajaran ilahi – syariah.

Sejumlah besar orang tidak sepenuhnya memahami syariat Islam dan hanya menganggapnya sebagai sistem hukuman. Ada lebih dari 6.000 ayat dalam Al-Qur’an dan hampir 200 ayat berkaitan dengan masalah syariah.

Semua agama yang mengklaim berdasaran atas ajaran-ajaran ilahi dan perintah Allah, semua hukum dan asas tersebut membentuk sebuah syariah.

Islam meyakini kebebasan berkeyakinan dan menolak gagasan pemaksaan ajaran Islam pada siapa pun.

Sekitar 80 ayat yang berkaitan khusus dengan hukum bahwa umat Islam harus mengikutinya – hukum pidana yang diberikan Al-Qur’an hanyalah sebagian.

Syariat Islam dapat dibagi menjadi lima cabang utama: ibadah (ibadah ritual), muamalat (transaksi dan kontrak), adab (perilaku, moral dan sopan santun), itiqadat (keyakinan), dan uqubat (hukuman).

Islam mengatur hukum-hukum dan prisnip-prinsip tertentu yang mengatur semua lima cabang utama tersebut.

Permintaan atas penerapan hukum syariat Islam di masyarakat Barat oleh beberapa individu atau kelompok juga tidak masuk akal dan terlalu disalahpahami.

Islam meyakini penghormatan terhadap hukum negara. Sejauh ini urusan agama bagi muslim yang tinggal di negara-negara Barat telah menikmati kebebasan berkeyakinan.

Muslim tidak dihalangi menyebut diri mereka Muslim, menjalankan iman mereka dan melakukan ritual mereka sesuai dengan keyakinan mereka. Mereka bebas untuk berdoa, berpuasa, membayar zakat (sedekah) dan pergi haji ke Mekah, dan sebagainya.

Hukum, peraturan dan tata cara hidup Islam hanyalah untuk umat Islam. Sejauh berkenaan dengan penerapan hukum syariah, konsep ini sangat bertentangan dengan prinsip syariah yang mereka ingin berlakukan.

Islam meyakini kebebasan berkeyakinan dan menolak gagasan pemaksaan ajaran Islam pada siapa pun. Al-Qur’an membuatnya lebih jelas bahwa “tidak boleh ada paksaan dalam masalah keimanan” (2: 257).

Quran telah memerintahkan umat Islam tidak diperbolehkan untuk memaksakan kehendak, sistem, dan iman atau keyakinan mereka pada siapa pun:”Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa ingin (kafir) biarlah ia kafir.” (18:30)

Singkatnya, syariat Islam adalah sistem spiritual dan reformasi moral – melalui pemenuhan hak-hak Allah dan hak-hak manusia.

Ini adalah sistem yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai di mana keadilan, kesetaraan, kasih sayang, toleransi dan kebebasan berlaku untuk semua orang.

Pada intinya, syariat islam dimaksudkan untuk membangun dan menjaga moral, kesejahteraan, kepedulian dan masyarakat yang berkeadilan.

Sumber : TimesofMalta

Posted in PerspektifComments (0)

nusrat-high-school-gambia-warta-ahmadiyah

Pengaruh Jamaah Muslim Ahmadiyah di Gambia

Pada awal 1960-an, sebuah peristiwa yang sangat penting terjadi di Gambia. Memang itu dianggap oleh banyak orang tidaklah signifikan. Seorang misionaris dari Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hafiz Jibril Sa’id mengunjungi negara itu untuk menindaklanjuti literatur yang telah difilter ke seluruh negeri secara kebetulan, atau memang dengan takdir Allah SWT ..

Orang-orang mulai mengambil minat dalam literatur dan pesan dari Jamaah Muslim Ahmadiyah – yang didirikan beberapa dekade sebelumnya di sebuah desa terpencil di India – Qadian. Setelah wafatnya sang pendiri, Sayyidina Mirza Ghulam Ahmad ia digantikan oleh Sayyidina Hakim Maulwi Nuruddin Saliib dan dilanjutkan oleh serangkaian Khalifah, memenuhi nubuat dari Rasul Karim, Sayyidina Muhammad saw, bahwa Allah akan memberikan umat Islam karunia Khilafat untuk kedua kalinya.

Para Khalifah tersebut mengirimkan misionaris untuk menyebarkan pesan Islam Ahmadiyah dan melayani umat manusia. Saat itu di awal tahun 1960 pesan penting ini telah mencapai Gambia, memenuhi nubuatan dari Masih yang dijanjikan di mana Allah berkata kepadanya: “Aku akan sampaikan tablighmu keseluruh pelosok dunia ‘. Gambia secara kebetulan terletak di ujung dunia.

Nubuat penting lain Hadhrat Masih Mau’ud as adalah : ‘Aku akan memberkatimu sedemikian rupa sehingga raja-raja akan mencari berkah dari pakaianmu‘. Ketika Gambia mendapatkan kemerdekaan sendiri dan Sir Farimang Singhateh menjadi gubernur pertama negara Gambia, ia menulis surat kepada khalifah pada saat itu untuk mendapatkan sepotong pakaian yang dikenakan oleh Masih Mau’ud untuk mendapatkan keberkatan Allah Yang Mahakuasa. Khalifatul Masih ketiga mengirimnya sepotong kain dari pakaian Al-Masih

Manfaat Khilafat Ahmadiyah di Gambia telah berlangsung lama dan konstan. Pada Februari 1965 ketika Gambia merayakan kemerdekaannya, Sayyidina Ghulam Ahmad Badomali, amir dan missionary-in-charge Jamaah Muslim Ahmadiyah yang memimpin doa atas nama umat Islam.

Pada tahun 1960 dan awal tahun 70-an di Gambia terdapat sangat sedikit sekolah senior. Itupun terpusat di daerah perkotaan sehingga mengharuskan semua anak-anak di daerah yang yang mencapai usia sekolah tinggi meninggalkan rumah dan datang ke daerah perkotaan. Pada tahun 1970, Sayyidina Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III mengunjungi Gambia untuk pertama kalinya. Saat disana beliau mendapat ilham memulai sebuah skema untuk membantu negara-negara dunia ketiga. Sekembalinya ke London ia menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Fadl di London dan ia menjelaskan skema ini. Beliau menyebutnya Skema Nusrat Jehan – yang artinya, membantu dunia. Beliau mengimbau warga Ahmadiyah mengorbankan uang, waktu dan keahlian mereka untuk membantu negara-negara miskin di dunia. Beberapa minggu kemudian, ratusan ribu rupee ditawarkan kepadanya. Selain itu, ratusan relawan – dokter, guru dan ahli pertanian menawarkan jasa mereka untuk datang dan berkhidmat di Afrika.

nusrat-senior-high-school-gambia-warta-ahmadiyah

Nusrat Senior High School

Sekolah pertama berdiri beberapa bulan kemudian, SMA Nusrat. Sekolah ini bangkit menjadi salah satu yang terbaik di negeri ini, yang sekarang dikenal di seluruh dunia sebagai mercusuar unggul. Sekolah tersebut telah berdampak sangat positif pada masyarakat Gambia dimana hampir tidak ada kantor pemerintahan di negara tersebut hari ini di mana tidak ada lulusan lembaga luhur tersebut. Sekolah tersebut telah menghasilkan menteri, anggota parlemen, tentara, guru dan lain-lain. Beberapa tahun kemudian, Sekolah Menengah Muslim Ahamdiyah Tahir berdiri di Mansakonko dan Sekolah Menengah Muslim Ahmadiyah Nasir di Basse. Yang menarik adalah bahwa sekolah-sekolah tersebut berdiri pada saat tidak ada sekolah menengah di propinsi (kecuali Armitage di Janjanbureh).

Pada tahun 2005, Humanity First sebuah LSM di bawah naungan Jamaah Ahmadiyah membangun pertama kalinya sebuah sekolah menengah lanjut – Sekolah Menengah Masroor di Old Yundum. Sekolah tersebut terus mempertahankan tingkat kelulusan 100% sejak awal berdirinya. Karena itu bisa dikatakan sekolah tersebut nyaris tiada bandinganya dibanding sekolah lainnya.

Sekolah lain yang dibangun oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah meliputi Sekolah Ahmadiyah Mooreh Kunda di Wulli, Sekolah Ahmadiyah Kamfenda di Foni, dan Mbullum Ahmadiyah sekolah dasar ahmadiyah Mbullum (sekarang dengan sekolah senior yang disebut Sekolah Menengah Nusrat Jehan) di Kabupaten Lower Niumi di North Bank Region.

Masih di bidanga pendidikan, Jamaah Muslim Ahmadiyah juga mensponsori ratusan siswa di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, khususnya Universitas Gambia. Juga, Humanity First membangun kelas TI murah dan terjangkau untuk siswa di Gambia.

Pada saat dan tidak lama setelah kemerdekaan, hanya ada sedikit rumah sakit di Gambia. Royal Victoria Teaching Hospital (sekarang EEdward Francis Small Teaching Hospital) dan Rumah Sakit Bansang adalah beberapa yang terkenal. Ketika Skema Nusrat Jehan Skema diluncurkan, juga dibangun rumah sakit untuk membantu negara. Salah satunya adalah Rumah Sakit dan Bedah Gigi Islam Ahmadiyah di Tallinding yang dibangun di Perseverance Street No. 88 di Banjul, rumah sakit yang telah identik dengan keunggulannya di negara tersebut. Sebuah rumah sakit juga dibangun di Njawara, daerah North Bank, satu lagi di Farafenni dan satu di Basse. Semua rumah sakit tersebut memberlakukan biaya rendah dan terjangkau, juga memperlakukan pasien yang tidak mampu secara gratis. Jamaah Muslim Ahmadiyah juga memperkenalkan pengobatan homeopati (sistem pengobatan yang ditemukan lebih dari seratus tahun yang lalu oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Samuel Heinemann) di negeri ini dan menawarkan dan masih terus dilakukan klinik kesehatan gratis seluruh penjuru negeri.

rumah-sakit-talinding-gambia-ahmadiyah-warta-ahmadiyah

Rumah Sakit Ahmadiyah di Talinding Gambia

Di bidang pertanian, Jamaah Muslim Ahmadiyah telah memberikan nasihat kepada ribuan warga Gambia dan juga memiliki sekretariat pertanian. Jemaat ini juga terlibat dalam penanaman pohon. Dalam lima tahun terakhir saja telah menanam ribuan pohon.

Kita sekarang sampai aspek lain dan mungkin aspek yang paling penting dari dampak Jamaah Ahmadiyah – manfaat spiritual dan moral. Jemaat telah mencetak ribuan selebaran dan buku, semua bermuara kepada pendidikan moral rakyat. Salah satu contoh yang baik adalah Buku Doa Muslim yang terjual seperti kacang goreng ketika dicetak di negeri ini, sebagian besar dibeli oleh Muslim non Ahmadi. Baru-baru ini, Jamaah Muslim Ahmadiyah menerbitkan (untuk pertama kalinya dalam sejarah negara itu) Alquran dalam tiga bahasa lokal negara; Mandinka, Wollof dan Fula.

Rakyat Gambia sekarang mencari dan menerima arahan dan doa dari khalifah Jamaah Muslim Ahmadiyah. Belum lama ini, anggota yang sangat dihormati masyarakat yang non-Ahmadi Muslim menceritakan bahwa ia memiliki beberapa kesulitan dan menulis surat kepada Sayidina Mirza Masroor Ahmad (khalifah) untuk meminta doa. Dia mengatakan bahwa Hudur berdoa dan menulis kepadanya dan menceritakan mimpi yang ditunjukkan kepadanya oleh Allah SWT. Mimpi ini berarti bahwa kesulitan tersebut akan selesai dalam waktu dekat. Dan terjadilah. Kesaksian tersebut menunjukkan kesalehan khalifah dan masyarakat yang dipimpinnya! Manfaat langsung dari Khalifah Ahmadiyah di Gambia tidak diragukan lagi.

Saat kita merayakan hari Khilafat tahun ini, kita harus mengambil keberkatan seperti halnya Gambia peroleh. Semua doa milik Allah, Tuhan semesta alam.

Sumber : The Standard Gambia

Posted in Kemanusiaan, MancanegaraComments (0)

Page 2 of 1712345...10...Last »

@WartaAhmadiyah

Tweets by @WartaAhmadiyah

http://www.youtube.com/user/AhmadiyahID

Kanal Youtube

 

Tautan Lain


alislam


 
alislam


 
alislam


 
alislam

Jadwal Sholat

shared on wplocker.com