W3vina.COM Free Wordpress Themes Joomla Templates Best Wordpress Themes Premium Wordpress Themes Top Best Wordpress Themes 2012

Tag Archive | "Bali"

ahmadiyah-tenjowaringin-muslih-mau'ud

Delapan Ratus Pengikut Ahmadiyah Tenjowaringin Tasikmalaya Memperingati Hari Muslih Mau’ud

“Maka suatu kabar suka bagimu bahwa seorang anak laki-laki yang rupawan dan suci akan di anugrahkan kepada engkau. Engkau akan memperoleh seorang putera yang pandai anak itu akan lahir dari benihmu dari keturunanmu sendiri. Ia bernama Imanuel dan Bashir ia telah diberiroh suci dan bersih dari dosa. Seorang anak laki laki yang bagus dan suci akan datang sebagai tamu bagimu.

(Ilham terhadap Masih Mau’ud a.s saat beribadah pada suatu tempat yang khusus selama 40 hari di Hosyarpur).

Tenjowaringin: Jumat-20/02/2015 Tradisi memperingati hari besar Islam ataupun hari besar dalam Jemaat, budaya yang tak luput dari kegiatan keagamaan Ahmadiyah Tenjowaringin ini.

Menjelang Shalat Maghrib tiba sudah terlihat duyunan anggota dari berbagai pelosok memadati halaman masjid Baiturrahim ini.

Antrian di tempat pendaftaran peserta terlihat tertib ,panitia sudah menyediakan kertas berisikan form daftar hadir dari masing-masing cabang. Ada Cabang Citeguh sebagai tuan rumah,Bojongsirna, Wanasigra pusat, Wanasigra Wetan, Sukasari ,Cigunungtilu dan Cabang Kersamaju masing masing mengisi form tersebut sesuai asal cabangnya.

Acara dimulai Tepat pukul 19.30 WIB dengan pembacaan ayat Suci Al Quran oleh Sdr. Kamal Yusuf Qaid majelis Cabang Citeguh, di teruskan pembacaan Syair berbahasa Urdu oleh Ibrahim Aziz Ahmad siswa SMA Plus Al Wahid.
Kemudian dilanjutkan dengan laporan Ketua panitia Bp. Dodi Kurniawan menyebutkan Sebanyak 800 Anggota Ahmadiyah dari 7 cabang Jema’at yang ada di Desa Tenjowaringin tumpah ruah mengikuti kegiatan peringatan Muslih Mau’ud ini.

Sebelum cara ceramah di mulai terlebih dahulu di tampilkan PIDACIL (Pidato Cilik) oleh Isty Jabatuddawat salah satu Nasirat siswi Madrasah Miftahul Khoer Cabang Citeguh berjudul Muslih Mau’ud putra yang di janjikan, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan nadom yang berjudul “Nasihat Bagi Athfal-Nasirat Dan Jema’at” oleh 5 Nasirat Citeguh, serta hafalan 10 Hadits pendek oleh 2 orang Nasirat.

Ceramah pertama oleh Mln Firmansyah Mubaligh pembina Jema’at Ahmadiyah Wanasigra, mengambil tema “Generasi Ahmadi yang berkarakter ala Rasululah saw“, Mln. Firmansyah menyampaikan ” 30-40 tahun mendatang dunia akan
dikuasai oleh Asia (Indonesia, India, China) termasuk gerakan Waqf-E-Nou didalamnya, jadi kita harus menyiapkan generasi Ahmadi yang tampil unggul dan berkarakter

Ceramah Ke dua di Sampaikan oleh Mubaligh Wilayah Jabar 7 Mln H. Syaeful Uyun mengulas prespektif kenabian yang di sandang oleh Hadrat Masih Mau’ud a.s dan pemahaman kenabian di kalangan umum begitu panjang lebar apa yang di sampaikan oleh Mubaligh Wilayah ini yang menurutnya warga anggota ahmadiyah harus mampu menjelaskan terhadap kalangan umum bahwa pengertian Nabi yang di sandang Hadrat Masih Mau’ud a.s adalah Nabi Ummati ,Zilunn Nabi, (Ghair tasry wa ghair mustaqil) Kenabian yang tidak membawa syari’at dan agama serta tidak berdiri sendiri.

Kenabian jenis ini diperoleh dengan jalan fana fir rasul. (Q.S.4:69) ini penting di ketahui oleh segenaap lapisan anggota jemaat yang dapatmengikis kesalahpahaman dalam mensikapi perbedaan antara Jemaat Ahmadiyah dan kalangan muslim lainya.

Menjelang pukul 21.20 Mubaligh wilayah bercerita pengalamannya beberpa hari yang lalu sewaktu beliau mendatangi Ketua MUI Banjar menurutnya ket MUI Banjar ini sangat baik dalam menerima kunjunganya dalam perbincangan dengan Ketua MUI pun penjelasan klasifikasi jenis-jenis kenabian menurut Ahmadiyah tak luput dari perbincangan hangat ini.

Di akhir Mubaligh Wilayah bercerita tentang kunjunganya bersama Tim wilayah ke Kampung Naga untuk mengenal lebih dekat seluk beluk tentang Kampung naga ini. Banyak hal yang bisa dipelajari dari kampung naga ini salah satunya kepatuhanya terhadap wasiyat leluhur mereka akan berbagai hal.

Tak terasa waktu mulai larut, jam dinding di Masjid sudah menunjukan Pukul. 21.30 WIB meski mustami terlihat masih asyik dengan ceramah Mubaligh Wilayah ini namun karena keterbatasan waktu dan lain hal acara berakhir dengan doa di pimpin langsung oleh Mubaligh Wilayah, dan di akhir acara ditutup dengan foto bersama segenap pengurus cabang yang ada di Tenjowaringin dengan Mubaligh yang ada di wilayah Jabar 7.

Penulis: Munawarman Ahmad
Editor   : Rizal Waqfeen

Sumber : http://mkaisalawu.blogspot.com/2015/02/delapan-ratus-ahmadiyah-tenjowaringin.html

Posted in Nasional, TarbiyatComments (0)

maulid-nabi-ahmadiyah-manislor

Ahmadiyah Manislor : Maulid Nabi sebagai Bukti Cinta kepada Nabi Muhammad

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 22)

Manislor: Sebagai Muslim, Jemaat Ahmadiyah ikut serta memperingati Maulid Nabi MuhammadShallallaahu ‘alayhi wa Sallam pada 12 Rabiul Awwal. Bukan merayakan hari kelahiran RasulullaahShallallaahu ‘alayhi wa Sallam dengan berfoya-foya dan menyalakan petasan. Akan tetapi, hanya mengingat kembali atas semua jasa dan kemuliaan akhlak Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam.

(1/2/2013) telah diadakan ceramah keliling oleh Jemaat Ahmadiyah Manislor . Rangkaian acara dimulai dari kelompok Masjid Al-Barakah (459 orang), Al-Ihsan (100 orang), At-Taqwa (165 orang), Al-Hidayah (100 orang), Baiturrahman (188 orang), Al-Jihad (172 orang), Al-Hikmah (570 orang), dan berakhir di Masjid An-Nur (500 orang).

Bila yang hadir dari masing-masing kelompoknya ditotalkan, maka berjumlah 2.254 orang. Sehingga, acara yang biasa disebut shirathun nabi, dilaksanakan tidak pada satu tempat. Hal ini dilakukan agar acara berlangsung dengan aman dan kondusif.

Ceramah yang disampaikan dari masjid ke masjid tak lepas dari kisah, gaya hidup dan jejak-jejak perjuangan Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam. Yang menjadi penceramah adalah Muballigh Wilayah III Cirebon dan Muballigh-Muballigh yang bertugas di Jemaat Ahmadiyah Manislor .

Muballigh wilayah memaparkan tentang gaya hidup sehat dan akhlak-akhlak RasulullaahShallallaahu ‘alayhi wa Sallam. Dari cara Rasulullah makan, minum, berpakaian, menerima tamu, dan tidur. Rasulullaah selalu melakukan shalat malam (tahajjud), hingga seringkali membuat kaki Beliau bengkak.

Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam tak hanya seorang hamba Allah yang taat; Beliau juga seorang pemimpin yang berjuang dengan santun, sabar, dan ikhlas; suami, ayah, tetangga, dan sahabat yang dicintai karena keluhuran akhlaknya. Pantas saja Allah Subhaanahu wa Ta’alamengabadikan dan menuliskan di dalam  Al-Quran bahwa Beliau sebagai Uswatun Hasanah (suri teladan yang baik).

Sebagai ummat Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam, kita harus menjalankan sunnahnya agar mendapat Ridha Allaah Subhaanahu wa Ta’ala. Melakukan sunnah-sunnahnya akan menumbuhkan kecintaan kepada Beliau. Sehingga, kita akan terus berkhidmat dan melanjutkan perjuangan Beliau untuk memenangkan Islam. Memperkuat sense of belonging (rasa memiliki), agar ummat Islam tetap bersatu mempertahankan martabat Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam.

“Siapa lagi yang akan mencintai Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam, kalau bukan kita. Siapa lagi yang akan menjunjung tinggi martabat Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam, kalau bukan kita. Buktikan semangat (kecintaan) kita (kepada Beliau) dalam (berkhidmat) untuk jemaat. Buktikan!” ujar Mln. Khaeruddin Atmaja dengan semangat.

Karena keluhuran akhlak Beliau, maka Allah jadikan semua perkataan, perbuatan dan ketetapan beliau sebagai landasan hukum bagi ummat Islam yang kedua setelah Al-Quran.

“Bedanya kita dengan Rasulullaah hanya sedikit. Jika Beliau sedikit-sedikit sabar, tapi kita sedikit sabar. Jika beliau sedikit tidur dan makan, tapi kita sedikit-sedikit tidur dan makan.” Tukas Mln. Buldan Burhanudin selaku Muballigh Wilayah.

Mln.Buldan pun mengatakan juga di akhir ceramahnya, “Ayo laksanakan sunnah-sunnah RasulullaahShallallaahu ‘alayhi wa Sallam, baik yang kecil (ringan) hingga yang besar (berat).”

Apalah artinya cinta kalau hanya dengan ucapan saja. Cinta tak hanya sekedar pernyataan secara lisan, harus dengan pembuktian dan pengorbanan. Anda sangat  mencintai Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wa Sallam? B u k t i k a n !  (LV)

Sumber : buletinkitaa.wordpress.com

Posted in Nasional, TarbiyatComments (0)

ahmadiyah-ambon-valentine-day

Membumikan Cinta Melalui Sastra : Perayaan Valentin’s Day di SMA 4 Ambon

Beta tau di sini kebanyakan orang Kristen. Beta mau tanya, kalian sayang orang katolik ka seng (tidak) ?, sayang orang Advent?, sayang orang Yehofa?. sayang orang Islam?, sayang orang Suni?, sayang orang syiah?, sayang orang Ahamdiyah?…….” dengan semangat Opa Rudi Fofid mengawali penampilannya dengan melemparkan sejumlah tanya kepada siswa-siswi SMA 4 Lateri Ambon. Para siswa pun dengan riuh dan penuh semangat menunjukan rasa sayang mereka dengan menjawab “sayaaaang.”

Hari itu Sabtu 14 Februari 2015, hari dimana sebagian besar penduduk dunia merayakan hari kasih sayang atau Valentin’s Day. Entah bagi mereka yang mengerti asal mula atau sejarah perayaan ini atau tidak, mereka larut dalam mengekspresikan cinta kepada orang-orang yang dikasihinya, baik kepada keluarga, sahabat, atau seseorang yang di kasihi lainnya. Bagi sekte agama tertentu seperti Anglikan, Ortodoks, Lutheran dan sekte lain di Kristen, hari itu juga dirayakan dengan peribadatan khusus memperingati kewafatan seorang santo Valentinus.

Pun dengan SMA 4 yang kebanyakan guru dan siswa-siswinya beragama Kristen di pagi saat saya tiba di sekolah itu, mereka sedang beribadah memperingati hari kasih sayang itu. Sebagai seorang muslim, saya boleh jadi tidak percaya dan juga menolak ritual itu, tapi tentunya sebagai muslim yang baik kita harus menghargai keimanan seseorang. Menilik sisi positif dari sebuah toleransi yang terjalin atas serpihan-serpihan iman dan ritual yang berbeda.

Kehadiran saya di sana bukan berarti saya setuju dengan perayaan Valentin’s day itu sendiri, jauh dari itu saya mencoba meraih nilai-nilai kasih dengan datang bersilaturahmi dengan mereka yang benar-benar merayakan. Apalagi melihat realitas Ambon, paska konflik hubungan Islam-Kristen begitu renggang. Itu bisa dilihat dari sekat-sekat, blok-blok yang memisahkan perkampungan Islam dan Kristen. Mereka tak lagi bersama, bahkan untuk sekedar saling tegur sapa, peri keadaannya tidak seindah persaudaraan mereka dahulu. Luka konflik yang mendalam menyisakan sentimen yang kuat diantara keduanya. Yang muslim dibayangi perlakuan orang-orang kristen yang semena-mena, yang kristen pun dihantui keras dan kejinya orang-orang muslim.

Orang-orang Maluku khususnya Ambon sebenarnya sudah lelah dengan situasi ini. Pada dasarnya mereka ingin kembali menjalin hubungan yang harmoni antar sesama. Namun dengan sekatan yang ada, mereka bingung bagaimana memulai semua itu, karena jika terjadi tentunya akan timbul kecurigaan bagi sebagian pihak. Kehadiran saya adalah satu langkah kecil untuk menjalin ta’aruf atau silaturahmi dengan saudara-saudara Kristen. Saya tentunya tidak sendiri, selain saya anak-anak Bengkel sastra yang notabene heterogen keanggotaannya pun ikut hadir dalam perayaan ini.

Saya hadir di tengah-tengah keluarga besar SMA 4 Lateri Ambon atas undangan Opa Rudi Fofid, seorang seniman dan wartawan senior Suara Maluku yang juga begitu konsen dalam isu-isu perdamaian di Maluku. Bagi yang sudah menonton film Cahaya dari Timur mungkin tidak akan asing dengan sosok ini. Ya memang beliau beberapa kali menjadi aktor di film-film Nasional, dan bahkan rupanya beliau pernah bermain sebagai figuran di film Holywood. Tapi untuk anak-anak Ambon beliau lebih dikenal sebagi penyair yang gila, ia, karena setiap kali ia tampil, setiap mata dan indera pendengar seolah digerak dan diatur oleh lantunan bait-bait puisinya. Jika ia tertawa maka sekitarnya tertawa, pun jika ia merengek menangis dan meratap, sulit rasanya menahan untuk tidak mengikuti ekspresinya.

Di sela-sela penampilannya tiba-tiba ia berkata “Kalian tau Ahmadiyah?, rumahnya dibakar, dibunuh, diusir dari kampung-kampungnya, dimusuhi, dicaci-maki dan dihina, diperlakukan semena-mena, jadi boneka penguasa, kalian sayang Ahmadiyah ka seng (tidak)?” tanya opa pada semua peserta yang hadir dalam perayaan hari kasih sayang itu, semua pun serentak menjawab “Sayaaaang.” Lalu opa melanjutkan orasinya “Beta panggil sodara beta dari Ahmadiyah untuk maju ke depan, menemani beta membacakan dua buah puisi.” Serentak saya kaget, lalu orang-orang mulai mencari-cari keberadaan orang Ahmadiyah yang dipanggil Opa ini. Ketika saya mulai berdiri dan berjalan perlahan ke depan lapangan tempat acara itu di helat, setiap pandangan mengikuti gerak langkah saya sampai akhirnya saya duduk menemani Opa Rudi di depan ratusan orang.

Lalu sesampainya di depan, saya menyampaikan salam hormat kepada para tamu undangan, yang di antaranya ada Kepala Dinas Pendidikan Ambon, Kepala Sekolah dan Para Guru, dan juga Tamu Khusus seorang wartawan senior dari Belanda, selain tentunya kepada siswa-siswi SMA 4. Saat saya mulai duduk Opa Rudi kemudian membacakan puisi karya Mas Anick HT yang berjudul “Kubur Kami Hidup-hidup.” Sebuah puisi yang terinspirasi dari para pengungsi Ahmadiyah di Transito.

ahmadiyah-ambon-valentine-day-opa-rudi

Opa Rudi Fofid saat membacakan puisi “Kubur Kami Hidup-hidup”

Melihat Opa membacakan puisi, dengan teriakan dan rintihan yang menyayat, tak pelak suasana yang tadinya rame pecah menyambut opa, berubah hening. Denting piano ikut menghantarkan suasana haru, saya pun tak kuasa menahan air mata yang mulai mengisi sisi-sisi mata saya. Saya melihat ke sekeliling, mencoba mengabadikan momen itu, dan di saat itu juga saya menyaksikan betapa semua orang yang hadir ikut haru mendengar puisi yang dibacakan Opa Rudi ini.

Tepuk tangan penonton lalu menandakan akhir puisi itu dibacakan, lalu saya melihat betapa orang-orang mulai mengusap matanya, pertanda larut dalam haru. Opa menghampiri saya lalu memeluk saya, semua memberikan tepuk tangan. Kemudian Opa memberikan mikrofonnya kepada saya, dan memperkenankan saya menyampaikan sepatah dua patah kata. Saya pun mengutarakan kegembiran saya bisa berada di tengah-tengah mereka, sama-sama merasakan betapa perbedaan tidak menjadi halangan untuk saling mengasihi.

Selain itu, saya pun sampaikan bahwa keberadaan saya di Ambon selain sebagai seorang mubaligh Ahmadiyah, saya juga berharap bisa ikut menjadi pejuang perdamaian di tanah Maluku ini. Layaknya selogan dari Ahmadiyah itu sendiri “Love for All Hatred for None” kami akan senantiasa berusaha untuk menebarkan kasih kepada seluruh umat manusia.

Lalu Opa kembali membacakan satu buah puisi yang bertemakan cinta, saya pun kembali menyaksikan Pak Tua ini berkreasi dengan puisinya. Orang-orang kini mulai larut dengan nada-nada cinta yang lantunkan Opa. Dari setiap pandang mata saya melihat ada harapan yang teramat dalam dengan kedamaian di Ambon, di tanah Maluku. Mereka merindukan Pela Gandong, satu kaidah persaudaraan Islam-Kristen yang melegenda sedari dulu menjaga setiap perbedaan yang ada. Dalam puisi atau sastra lain yang ditampilkan terselip harapan elemen yang universal ini bisa merangkai perbedaan yang ada menjadi suatu harmoni yang saling melengkapi keberadaannya.

Ambon dan Sastra memang cukup erat kaitannya, banyak sekali sastrawan yang lahir di tanah para raja ini, tidak hanya yang tua-tua, nama-nama muda banyak menghiasi kejuaraan sastra tanah air. Banyak juga yang sudah menelorkan karya-karya sastra. Di tanah ini lahir banyak seniman yang cukup populer di tanah air dan juga di manca negara. Saya baru tau kalau banyak penyanyi Jaz lahir di tanah para raja ini. Musisi Jaz Belanda juga ternyata tak bisa lepas keterikatannya dengan Maluku, banyak dari antara mereka yang kecilnya di Maluku atau darah Maluku mengalir dalam tubuh mereka. Tak heran kalau Ambon disebut kota Musik, memang banyak sekali musisi dan sastrawan yang terlahir di Maluku, khususnya di kota Ambon ini.

Ketertarikan masyarakat terhadap musik pun cukup tinggi, baik masyarakat muslim atau kristen, keduanya sama-sama menggilai musik. Jangan heran kalau di setiap penjuru kota sering sekali diadakan pesta dansa. Setiap hajatan atau perayaan besar, mesti ada pesta dansa. Ya seni dan sastra menjadi media yang cukup menjanjikan dalam menuai cinta. Karena tatkala mereka beradu, mereka lupa mereka bertemu dengan siapa, orang mana, atau bahkan agamanya apa.

Dalam perayaan ini juga selain puisi, juga ditampilkan kesinian-kesenian khas Ambon dan Maluku. Kesenian yang lahir di tanah Mauluku, baik yang datang dari perkampungan Islam maupun dari daerah Kristen.

Sastra adalah karunia yang diciptakan Tuhan untuk manusia sukuri dan nikmati. Dari bilah positifnya bisa kita manfaatkan untuk hal yang baik pula tentunya. Tentu ada sisi negatifnya, tapi lelah rasanya kalau kita terus-menerus memperdebatkan sisi-sisi negatif sesuatu hal. Kita hanya sibuk berdiskusi dan berdebat, tanpa sedikit berikhtiar memecah satu problematika.

Setelah Opa membacakan Puisi, acara kemudian dilanjutkan dengan penampilan seni tari, teatrikal, musikalisasi puisi, dan beberapa puisi yang dibawakan oleh anak-anak SMA 4, alumni, komunitas Merah Saga, komunitas Puisi Kopi Wakal, dan juga rekan-rekan komunitas lain yang turut hadir dalam perayaan itu. Yang menarik yang mengisi perayaan ini tidak hanya orang-orang Kristen, beberapa pengisi acara berasal dari sekolah Muslim, seperti dari SMA Tulehu yang notabene siswa-siswinya muslim.

Sastra menyatukan mereka, membuat mereka lupa tentang perbedaan yang kontras dalam keadaan mereka. Hari itu sastra menyatukan mereka, mengajarkan mereka tertawa bersama. Tuhan indah dan menyukai keindahan, rasanya keterangan hadits sesuai dengan momentum kala itu. Keindahan sastra menyatukan keindahan silaturahmi. Acara ini ditutup dengan do’a lintas iman, dengan harapan hari kasah sayang itu menjadi titik awal penyebar luasan kasih di antara seluruh masyarakat maluku, dan keberadaan sastra bisa senantiasa menjaga perbedaan yang ada. Dengan keindahan sastra mari membumikan cinta. (Ridhwan Ibnu Luqman)

Posted in Kemanusiaan, NasionalComments (0)

ahmadiyah-jawa-timur-donor-darah-toleransi

Ahmadiyah Jawa Timur Menjadi Tuan Rumah Acara Donor Darah Toleransi

Kamis 19 Februari 2015, pagi itu di sebuah gang kawasan Bubutan Surabaya, tepatnya di komplek Masjid An Nur terlihat sedang ada aktifitas keramaian. Di ujung gang menuju lokasi terpasang spanduk bertuliskan “ Donor Darah Toleransi ”. Rupanya keramaian ini terkait dengan apa yang terpampang pada spanduk tersebut.

Donor darah yang mengambil tema toleransi ini di motori oleh Jemaat Ahmadiyah Jawa Timur, dengan menggandeng beberapa elemen masyarakat. Diantaranya PMI unit kota Surabaya, aparat pemerintahan, FKUB, kepolisian, TNI, masyarakat, serta aliansi lintas agama dan keyakinan yang tergabung dalam Sobat KBB. Tercatat ada 73 peserta mendaftarkan diri dan 33 orang memenuhi syarat untuk diambil darahnya.

ahmadiyah-jawa-timur-donor-darah-toleransi-4

Sambutan Mubaligh Wilayah Jawa Timur Mln. Basuki Ahmad

Tema toleransi diangkat dalam kegiatan donor darah kali ini, dimaksudkan untuk bisa menjembatani terjalinnya komunikasi serta kerjasama lintas agama dan keyakinan, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Selain itu juga untuk membuktikan bahwa, tidak selamanya perbedaan agama dan keyakinan menjadi penyebab perpecahan serta pertumpahan darah. Seperti isu-isu rasis intoleran yang saat ini jamak terjadi di beberapa belahan dunia. Sebaliknya perbedaan agama dan keyakinan yang disatukan dalam kegiatan donor darah ini, menjadi sebab “tumpahnya darah” untuk kemanfaatan bagi kemanusiaan.

Kesan dari peserta donor darah toleransi juga sangat positif. Diantaranya seorang pendonor dari kepolisan mengatakan: ”Senang rasanya bisa mengikuti donor darah toleransi ini dan berharap kedepan bisa dilaksanakan kembali”. Pendonor lain dari GKJW mengungkapkan: “Donor darah ini membuktikan bahwa kebersamaan itu masih ada, moment seperti ini bisa memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dan berharap kebahagiaan seperti ini bisa selalu ada dan terus ada”. Seorang khadim berpendapat, ”Meskipun kita berbeda agama dan keyakinan, tapi toh darah kita tetap sama merah warnanya dan bermanfaat bagi setiap orang tanpa membedakan agamanya”. Sedangkan perwakilan PMI unit Kota Surabaya menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada seluruh peserta dan akan menyalurkan hasil donor darah dari Ahmadiyah kerumah sakit-rumah sakit, untuk memenuhi kebutuhan darah pasien yang sedang sakit.

Salah seorang aktifis Sobat KBB mas Akhol Firdaus, dalam sambutan penutupan acara di hadapan seluruh peserta menyatakan bahwa, citra Ahmadiyah sebagai organisasi yang disesatkan harus dibantah, aparat supaya jangan sampai terkecoh dan percaya pada fitnah-fitnah yang beredar diluar sana. Lebih lanjut beliau berslogan, “Kalau dada ini dibelah isinya Pancasila, kalau darah ini kita tumpahkan isinya Bhineka Tunggal Ika, sebagai bukti bahwa kita semua mencintai Indonesia”.

ahmadiyah-jawa-timur-donor-darah-toleransi

Peserta Donor Darah Toleransi Berpose di Depan Masjid An-Nur Surabaya

 

Bapak Mln. Basuki Ahmad, Mubaligh wilayah Ahmadiyah Jawa Timur mengungkapkan, bahwa kegiatan donor darah toleransi, idenya berawal dari pertemuan aliansi lintas agama dan keyakinan yang tergabung dalam Sobat KBB beberapa waktu sebelumnya. Kegiatan ini sebagai realisasi komitmen bersama, untuk bisa mewujudkan toleransi antar umat beragama dan keyakinan dalam bentuk yang lebih nyata, serta bisa memberikan manfaat bagi sesama umat manusia. Dan kedepan diharapkan bisa dilaksanakan kembali dengan melibatkan jumlah peserta lebih banyak.(Sufni)

Posted in Kemanusiaan, NasionalComments (0)

muslih-mau'ud-mirza-basyiruddin-mahmud-ahmad-1

Muslih Mau’ud , Pribadi Agung Bagi Kemajuan Islam dan Jemaat Ahmadiyah

oleh : Mawahibur Rahman
Sumber : Mawahibur Rahman
A. Masa Sebelum Kekhalifahan

Masa Kanak-Kanak dan Remaja

Mempelajari perjalanan hidup Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. — Sang Muslih Mau’ud — adalah sebuah kehormatan tersendiri bagi saya. Darinya tergambar suatu sosok agung yang dari semua tahapan umurnya diisi dengan segala kecermelangan. Seorang pemimpin besar yang telah membawa bahtera Jemaat berlayar dengan penuh keberhasilan. Pada masa kanak-kanaknya, beliau sudah memperlihatkan kecermelangan dari segi rohani, sehingga tatkala beliau baru memasuki usia 11 tahun beliau telah berikrar untuk tetap mendirikan shalat dengan dawan demi Sang Kekasih Sejatinya, Allah swt.1 Dalam tahun yang sama beliau mendirikan organasasi Tashizul Azhan, sebuah organisasi yang didirikan untuk memupuk dan meningkatkan kecintaan para pemuda di sekeliling beliau terhadap pengabdian Islam 2.

Pada usia 19 tahun beliau mengucapkan janji setia di hadapan jenazah Masih Mau’ud as. Dengan mengucapkan,” Apabila semua orang meninggalkan beliau as. Dan kemudian saya tinggal sendiri, maka saya akan menghadapi dunia ini sendiri dan saya tidak akan pernah gentar terhadap suatu penentangan dan permusuhan ”. Masih di usia ini jugalah beliau mengusahan pendirian Madrasah Ahmadiyah, dan telah diberi kepercayaan untuk menyampaikan khotbah pada kesempatan Jalsah Salanah 3. Dua tahun kemudian beliau telah dipercaya untuk menjabat amanat sebagai amir maqam dan menjabat sebagai Sadr Anjuman Ahmadiyah, institusi tertinggi di bawah Khalifatul Masih Awwal. Perlu dicatat bahwa saat itu usia beliau ra.masih 21 tahun, sedangkan masih banyak sahabat Masih Mau’ud as. Yang masih hidup dan tidak diragukan lagi bahwa beliau-beliau ra. adalah pribadi-pribadi mukhlis yang berilmu tinggi, namun kecuali beberapa individu (Muhammad Ali dkk) mereka semua tunduk patuh kepada Muslih Mau’ud ra. Ini semua semata-mata karena kerohanian beliau yang bersinar terang.

Mempertahankan Jubah Khilafat

Masih dalam masa sebelum beliau ra. dipilih sebagai seorang Khalifah, Hadhrat Muslih Mau’ud ra. juga berperan penting dalam mempertahankan kehormatan Jubah Khalifah, dimana beliau berkali-kali berusaha mengembalikan golongan pembangkah Khalifah kepada jalur yang benar. Dan beliau seringkali menasehati golongan tersebut agat tetap setia, tunduk patuh terhadap perintah Khalifatul Masih Awwal. Puncaknya adalah saat beliau ra. terpilih secara aklamsi oleh ribuan orang sebagai Khalifatul Masih pada 14 Maret 1914. Sebelum pemilihan Khalifah dimulai, terjadi perdebatan sengit antara beliau dengan golongan Muhammad Ali, dimana Muhammad Ali dkk bersikeras agar setelah kewafatan Khalifatul Masih Awwal disediakan waktu beberapa bulan untuk merundingkan bagaimanakah dan siapakah pengganti dari Khalifatul Masih Awwal. Menyadari bahwa kekosongan pemimpin dalam jemaat ini sangatlah berbahaya, beliau menolak usulan hal itu setelah mengalami kebuntuan dalam perundingan yang berkali-kali. Dari sejarah nampaklah Hadhrat Muslih Mau’ud sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikiran beliau ra. untuk menjadi seorang Khalifah, karena dalam perundingan dengan klik Muhammad Ali beliau menyatakan siap untuk memilih salah seorang dari golongan tersebut. Ini makin terlihat saat beliau hendak membaiat ribuan ornag yang memadati Masjid Nur, beliau sendiri tidak ingat dengan isi pernyataan bai’at 4.

Putra yang Dijanjikan itulah julukan beliau ra. namun bagi saya perjalanan 52 tahun beliau memimpin jemaat memperlihatkan bahwa beliau bukan sekedar Putra Yang Dijanjikan. Beliau adalah bapak dari semua Ahmadi yang berada di bawah pimpinannya. Jika Hadhrat Masih Mau’ud as. yang beberkat telah meletakkan pondasi awal jemaat ini, maka Hadhrat Muslih Mau’ud ra. telah mendirikan banguan Jemaat yang megah lagi kokoh diatas pondasi itu. Berbicara mengenai jasa-jasa Hadhrat Muslih Ma’ud ra. bagi jemaat dan Islam, tidaklah mungkin artikel ini bisa menuliskan dengan sempurna. Tidak mungkin dari segi jumlah halaman dan tidak mungkin juga bagi penulis seperti saya. Dengan memohon pertolongan Allah Ta’ala saya akan mencoba menyoroti beberapa segi keberhasilan beliau dalam menghimati Islam melalui Jemaat Ilahi ini.

B. Masa Kekhalifahan

Penataan Nizam Jemaat

Menyadari bahwa Jemaat yang sedang beliau pimpin adalah gerakan yang dipersiapkan untuk memimpin dunia di masa mendatang, beliau ra. Merusaha membentuk sebuah Nizam (aturan atau sistem kerja) yang kokoh. Wawasan khusus yang dianugerahkan Allah memungkinkan beliau mengetahui dengan pasti program apa yang paling diperlukan dan kapan saatnya untuk meluncurkan program tersebut. Hal yang pertama beliau lakukan sebagai Khalifatul Masih adalah menetapkan dewan konsultatif yang disebut sebagai Majlis Syura. Dewan ini menjadi lembaga permanen di dalam Jemaat yang melakukan pertemuan setiap tahun sekali atau kapan saja jika diperlukan guna memberikan nasihat kepada Khalifah mengenai masalah kebijakan yang penting. Beliau menetapkan berbagai departemen yang dibentuk dalam cetakan yang efektif dan praktis menjadi mekanisme administratif Jemaat yang disebut Sadr Anjuman Ahmadiyah (tahun 1919)5. Untuk menguatkan program ini, secara rinci beliau telah menerangkan tugas dan wewenang dari setiap departemen ataupun pengurus, dan selalu menegur jika melihat hal ini tidak berjalan dengan semestinya. Selain itu juga, beliau membagai orang-orang jemaat (ahmadi) ke dalam berbagai badan dalam jemaat sesuai dengan rentang umur, darinyalah kita mengenal Khudam, Anshar ataupun Lajnah Imailah. Terbukti pembagian ini telah memupuk rasa persaudaraan diantara anggotanya yang saling mendorong satu sama lain dalam meningkatkan nilai ahlak dan spirit. Selain itu dibentuk juga beberapa komite atau dewan untuk mendukung kelangengan Nizam Jemmat, seperti Dewan Qadha (1943) atau Komiter Sejarah Silsillah Ahmadiyah

Kemajuan Pendidikan

Dari sejak awal, beliau memberi perhatian besar terhadap perkembangan pendidikan dan kesadaran membaca di semua kalangan Jemaat. Terutama terhadap standar pendidikan para wanita Ahmadi, hal ini tampak sangat berhasil dari tingginya kualitas pendidikan para wanita Ahmadi dengan komunitas sejenisnya. Madrash Ahmadiyah yang semula didirikan untuk menunjang pendidikan agama dinaikkan tingkatnya menjadi Jamiah Ahmadiyah yang dipersiapkan untuk mencetak para ulama jemaat yang berilmu dan berahlak tinggi (1928). Tidak tertinggal pula pada 1930 diresmikan Universitas Ahmadiyah.

Penyebaran Misi Islam Sejati

Kesadaran beliau ra. untuk terus melebarkan kepakan sayap Jemaat tidak pernah lekang oleh waktu dan keadaan. Untuk mendukung hal ini, dicanangkanlah program Tahrik Jadid (1934). Sebuah gerakan pengorbanan dan penghematan, sehingga darinya ribuan misi Jemaat, Masjid, Rumah Sakit, dan sekolah berhasil didirikan di seluruh pelosok dunia. Dengannya hampir tiada negara yang tidak terjangkau Tabligh Ahmadiyah, dari ujung barat hingga ke pelosok timur. Untuk menjamah daerah pedalaman dan pedesaan dalam penyampain Misi Islam dicanangkanlah program Waqfi Jadid. Betapa kedua program ini telah membentuk ruh utama Jemaat ini, yaitu ruh pengorbanan.

Penulisan dan Penyebaran Literatur Islam

Walaupun praktis tidak mendapatkan pendidikan dunia yang cukup layak. Namun beliau dikarunia kecerdasan intelektual yang tinggi, baik dalam penguasaan ilmu keagamaan ataupun pemahaman ilmu dunia. Beliau telah mewarisi kecermelangan dalam kedasyatan pena dari ayah beliau ra. Beliau berhasil menampilkan literatur Islam yang tidak melulu hanya membahas mengenai ilmu ukhrowi belaka, didalamnya diramu berbagai disipilin ilmu yang merangsang daya intektual pembacanya. Lebih dari 200 buku dan selebaran telah diterbitkan atas nama beliau 6. Muncullah sebuah masterpiece dari antara itu semua, yaitu dibukukannya Tafshir Kabir Al-Quran Karim. Sebuah tafsir setebal lebih dari 10.000 halaman yang menjelaskan tiap-tiap ayat dalam Al-Qur’an dengan kualitas yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Beliaupun selalu berusaha agar semua literatur itu bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia baik ia seorang Ahmadi atau bukan. Penyebaran berbagai literatur ini sangat menunjang misi pertablighan Ahmdiyah.

Pendirian Kota Rabwah

“Ia akan menjadikan yang tiga menjadi empat” inilah nubuatan mengenai Muslih Mau’ud yang salah satunya tergenapi dengan pendirian kota Rabwah. Kota ini menambah daftar tiga kota suci sebelumnya yaitu Kota Mekkah, Madinah serta Qadian. Perkembangannya sendiri sangat berbau mukjizat, dari sebuah hamparan bukit kapur tandus yang sama sekali tidak menampakkah harapan kehidupan disulap menjadi sebuah kota modern masa kini yang didalamnya semangat kesucian dan pengabdian tidak pernah berhenti dihembuskan. Di tengah serangan kejahatan moral dari berbagai sisi, Kota Rabwah tetap representativ untuk menampilkan kota kebanggan para Ahmadi.

Catatan Kaki

  1. Maulana Dost Muhammad Shaheed , Selayang Pandang Kehidupan Beberkat Hadhrat Musliha Mau’ud ra. Dimuat majalah Gema edisi Maret 2009
  2. Mahmud Ahmad Cheema, Riwayat Hidup Muslih Mau’ud ra.
  3. Maulana Dost Muhammad Shaheed , Selayang Pandang Kehidupan Beberkat Hadhrat Musliha Mau’ud ra. Dimuat majalah Gema edisi Maret 2009
  4. Lihat Mempertahankan Jubah dari Tuhan oleh Muhammad Zafrullah Khan diterbitkan dalam majalah Sinar Islam Maret 1980
  5. Lihat Bockarie Tommy Kallon, Keberhasilan dari Hazrat Khalifatul Masih II. Dimuat dalam www. Ahmadiyah.or.id
  6. Lihat ibid

Posted in SejarahComments (0)

kebebasan-berbicara-charlie-hebdo-warta-ahmadiyah

Charlie Hebdo dan Kebebasan Berpendapat

Setelah enam minggu, Farhad Ahmad melihat kembali pada serangan Charlie Hebdo dan isu-isu yang muncul setelahnya.

Serangan menghebohkan dan biadab yang terjadi di kantor majalah Charlie Hebdo tersebut sangatlah kejam dan tidak manusiawi. Seperti juga serangan berikutnya di toko Kosher, Paris, dua hari kemudian.

Dimana serangan ini menyebabkan rasa sakit dan kesedihan di seluruh dunia, mereka yang sangat tertekan khususnya adalah 1,6 miliar penduduk muslim dunia yang cinta damai. Harus diakui, banyak umat Islam sejak lama merasa bahwa kartun Charlie Hebdo yang menggambarkan Nabi Muhammad (SAW) sangat menyinggung dan merupakan penyalahgunaan besar hak kita yang berharga dalam kebebasan berpendapat. Namun, mayoritas umat Islam percaya bahwa kartun tersebut harus ditentang melalui kekuatan argumentasi. Yang lebih penting lagi, menurut Islam senjata dan agresi tidak pernah dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan perbedaan pendapat – tidak peduli bagaimana perpecahan yang mungkin terjadi.

Setiap kali insiden semacam ini terjadi, banyak yang menganggap Islam sebagai akar penyebabnya. Namun, serangan yang terjadi tidak memiliki landasan sama sekali dalam Al-Qur’an maupun dalam ajaran Nabi Muhammad saw. Sebaliknya, Islam sangat menentang serangan dan menyatakan bahwa ‘tidak ada paksaan dalam agama “.

Nabi Muhammad saw – yang atas namanya kejahatan tersebut dilakukan – tidak akan pernah mengijinkan atau menghendaki kekerasan dan pembunuhan berdarah dingin tersebut. Sepanjang hidupnya, beliau berulang kali diejek dan dihina namun tidak pernah beliau mengizinkan siapa pun untuk membalasnya dengan kekerasan. Sebaliknya, beliau mengatakan bahwa seorang Muslim sejati adalah apabila orang lain aman dari lidah dan tangannya.

Ada banyak orang selama hidup nabi saw yang mengejeknya. Salah satu yang paling ofensif adalah seorang pria bernama Ibnu Sahlul. Setelah berbagai penghinaan dan serangan verbal terhadap nabi saw, anak Ibn Sahlul sendiri, yang telah masuk Islam, meminta izin untuk membunuh ayahnya karena penghinaan yang menyakitkan dan jahat yang ditujukan kepada nabi saw. Berbeda dengan orang-orang yang mengaku sebagai “pengikut Nabi” yang bersikeras menyakiti orang lain, tidak ada reaksi marah dari Nabi saw dan Nabi saw hanya tersenyum dan berkata: “Tidak, tidak ada yang perlu dilakukan, ayahmu tidak akan dihukum oleh siapa pun “.

Jadi, umat Islam yang mengangkat senjata sambil mengklaim melakukan ‘pembalasan atas Nabi Muhammad’ melakukan ketidakadilan terhadap sosok yang mereka klaim untuk ‘membalas dendam’.

Namun, ada masalah penting yang membutuhkan perhatian. Tidak ada keraguan bahwa kebebasan berpendapat adalah hak dasar dari semua manusia dan nilai yang paling berharga.

Namun demikian, kita harus mengajukan pertanyaan pada diri sendiri bahwa jika kita ingin hidup dalam masyarakat yang harmonis, maka apa yang harus kita lakukan dengan kebebasan tersebut? Dan apakah etika juga merupakan hak legal? Kita semua memiliki, dan seharusnya memiliki hak untuk mengemukakan pendapat kita, bersepakat, dan berbeda pendapat; tapi apakah kebebasan berpendapat mengijinkan kita untuk dengan sadar dan sengaja memprovokasi perselisihan antara sesama manusia?

Definisi ‘sakral’ yang diberikan oleh filsuf abad kesembilan belas yang terkenal Nietzsche adalah bahwa “sakral” adalah apapun dalam suatu budaya di mana seseorang tidak boleh menertawakan. Misalnya, sebagai warga Inggris saya mungkin memiliki hak untuk menertawakan dan merendahkan konsep yang serius seperti rasisme, anti-Semitisme, seksisme, disabilitas, dll. Namun, melakukan hal itu akan sangat tidak etis dan jelas salah dalam masyarakat Inggris saat ini. Sederhananya, memiliki ‘hak’ untuk menyinggung tidak berarti dibenarkan untuk menyinggung.

Tidak ada keraguan bahwa penerbitan materi ‘satir’ tentang seseorang dianggap suci menyebabkan kesedihan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Di dunia yang yang kini menjadi desa global dan ketegangan antara orang-orang tidaklah berkurang, tindakan seperti itu memperburuk ketegangan lebih lanjut dapat mengakibatkan risiko perdamaian dalam masyarakat. Dan seperti kebebasan berpendapat , perdamaian juga merupakan kebebasan yang kita harus menghargai, memelihara dan menjunjungnya. Bahkan, saya katakan bahwa hidup dalam masyarakat yang damai dan toleran yang berdasarkan ‘menghormati’ adalah kebebasan yang kita harus hargai dan hormati di atas semua kebebasan lainnya. Untuk mencapai hal ini kita harus saling mengenali dan memahami tanggung jawab kita masing-masing.

Media adalah alat ampuh yang dapatmenyeret semua orang, namun selain itu juga jelas memiliki kemampuan untuk mendorong masyarakat lebih jauh dan lebih lanjut lagi. Media Inggris telah memperlihatkan pengendalian diri dan tanggung jawab yang mengesankan di masa lalu demi masyarakat. Telah diketahui bahwa selama konflik panjang mengenai Irlandia Utara, media Inggris secara bersama-sama memutuskan untuk tidak mempublikasikan atau menyiarkan propaganda inflamasi IRA. Mereka menerima bahwa pembatasan atau pengendalian tersebut demi kepentingan perdamaian bangsa. Saya memuji sikap mereka tersebut.

Ini merupakan saat penting di mana setiap orang, termasuk Muslim, dipersatukan oleh perasaan berduka dan emosi. Berbagai keputusan terletak di tangan media pada saat yang genting ini. Jika keputusan yang dibuat sekarang didasarkan pada kebijaksanaan, saling menghormati dan akal sehat, tragedi serangan Charlie Hebdo dapat dijadikan sebagai petir yang membuat kita semua berpikir dan menyadari bahwa kita menghirup udara yang sama dan berbagi tanah yang sama.

Fakta bahwa beberapa orang telah bertindak kriminal dan tidak manusiawi tidak perlu dipertanyakan lagi. Kesalahannya tidak dipertanyakan lagi. Namun, jika seseorang, atau beberapa orang melakukan suatu kesalahan, itu tidak berarti bahwa kesalahan lain dapat memperbaiki ketidakadilan. Oleh karena itu dengan mengkaji situasi tersebut tampak cukup jelas bahwa reproduksi kartun ofensif oleh organisasi media atau orang lain akan lebih meningkatkan perpecahan. Prinsip-prinsip menghormati, harga diri, perdamaian, kesetaraan dan keadilan yang sangat dipanuti oleh dunia barat harus terus dipraktekkan, terutama di saat rumit ketika prinsip-prinsip tersebut begitu penting.

Sumber : pressahmadiyya

Posted in PerspektifComments (0)

Keterlibatan Ahmadiyah merajut kembali nilai-nilai welas-asih di bumi pertiwi Maluku

Sumbangsih dan keterlibatan Ahmadiyah untuk bumi Maluku, mensyiarkan Islam rahmatan lil-‘alamin

Ambon, 5 Februari 2015. “Dalam setiap agama terdapat nilai-nilai welas asih sebagaimana melekat dalam sifat Tuhan dalam setiap agama. Dalam Islam dikenal Allah al-Rahman al-Rahim atau Tuhan yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dalam tradisi Yahudi dikenal dengan sifat “Rachem’ atau pengasih, dan dalam tadisi kristen Yesus yang lahir dari rahim seorang Maria merupakan bagian dari kerahiman Tuhan pada umatnya. Semua keturunan Abraham, memiliki nilai welas asih, karena dalam nama buyutnya dari kata Abraham terselip kata Ra Hi Ma atau pengasih.” Itu merupakan petikan paparan yang disampaikan Pastor Petrus Lakonawa pada saat Seminar Toleransi dan Pendidikan Damai di Kolose Xaverius Ambon.

Dalam seminar yang terselenggara berkat kerjasama LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat) dengan ARMC (Ambon Reconciliation and Mediation) itu, hadir peserta dari beberapa kalangan. Seperti dari para guru Katolik dan Muslim, HMI Cabang Ambon, Komunitas Rinjani, dan Tarekat Hati Qudus Bunda Maria.

Selain Pastor Petrus, Abidin Wakano (Wakil ketua MUI Maluku, Rektor IAIN Ambon, dan Direktur ARMC) juga turut hadir dan menyampaikan materi berkenaan ajaran welas asih dalam tradisi Maluku. Beliau mengatakan, “Tak pernting apa agamanya, sesama orang Mauluku, kita semua bersaudara. Karena, kita sama-sama makan ikan, papeda, dan colo-colo (makanan khas Maluku). Apa yang ale rasa beta rasa, berdarah di sana, sakit di sini.”

Mungkin yang agak berbeda dalam seminar ini adalah kehadiran saya yang oleh moderator diperkenalkan sebagai mubaligh dari Ahmadiyah. Sebagian rekan-rekan HMI ada yang terkejut saya diperkenalkan. Mungkin karena Ahmadiyah dinilai sebagai sumber konflik di beberapa daerah di tanah air, maka timbul ketakutan kehadiran saya menjadi bumbu konflik baru di tanah Maluku. Namun, dalam paper yang saya sampaikan, saya berusaha meyakinkan pendengar bahwa dalam tradisi Ahmadiyah, tidak dikenal dengan ajaran kekerasan, dan kedatangan saya sebagai mubaligh ke Ambon pun tidak lain untuk menebarkan ajaran welas asih dalam Islam.

Dengan mengutip Al-Qur’an Surah al-Hujurat ayat 14, saya sampaikan bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kalimatun sawa atau common word-nya adalah “insan” atau manusia. Di dalam ayat itu Allah Ta’ala memanggil manusia dengan kata “insaan” dengan maksud mengikat persaudaraan umat manusia yang Tuhan ciptakan bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa. Selain itu, saya juga menggaris bawahi kata “ta’aruf” dalam ayat itu. Allah Ta’ala menjelaskan bahwa untuk menyikapi perbedaan yang ada dalam diri kita, maka kita hendaknya berta’aruf atau melakukan upaya untuk berkomunikasi dan saling mengenal satu sama lainnya.

Kemudian Suster Brigita dari Tarekat Hati Qudus Bunda Maria memaparkan ceritanya tatkala beliau berjuang dalam upaya rekonsiliasi Ambon pada saat konflik 1999. Di sesi keempat ini, beliau bercerita bahwa kaum perempuanlah yang mengawali upaya rekonsiliasi pada saat konflik Ambon. Yang paling terkenal adalah rekonsiliasi becak Islam-Kristen. Para pengayuh becak kebanyakan orang-orang Islam, dan pada saat konflik orang-orang Islam dipisahkan dari orang-orang kristen. Dari pemisahan itu di “daerah Kristen” tidak tersedia transportasi. Suster Brigita dari katolik dan Mba Kiki (saat itu aktifis HMI) berusaha mendatangkan beca ke wilayah Kristen.

Singkat cerita. Suster Brigita datang ke wilayah muslim dengan membawa pemuda Kristen untuk membeli becak. Suster membeli 10 buah becak untuk dibawa pemuda Kristen. Namun karena pemuda Kristen ini belum bisa mengayuh becak, akhirnya dintarkan oleh para pemuda muslim. Dengan jaminan suster Brigita dan Mba Kiki, mereka mengantarkan para pemuda kristen ke wilayah Kristen. Tak sampai di situ, setibanya di wilayah Kristen, kini gantian pemuda Kristen yang mengantarkan pemuda muslim ke wilayah muslim, dan mereka dituntut untuk belajar mengayuh becak tersebut. Dari situlah, kemudian, upaya rekonsiliasi dalam bentuk lain juga digabung oleh suster Brigita dan Mbak Kiki.

Setelah keempat pembicara menyampaikan paparannya, para peserta juga banyak bercerita tentang konflik 1999 dan upaya mereka membangun kembali persaudaraan di antara orang-orang Maluku. Mbak Warni, misalnya, bercerita tentang upayanya membangun perdamaian di daerah perbatasan antara Muslim dan Kristen. Tantangannya tidak hanya dari kalangan orang-orang Kristen saja, tapi juga dari kalangan orang-orang Islam, karena dia sering disebut sebagai antek atau mata-mata dari Kristen.

Seminar yang dimulai pukul 08.00 WIT pun ditutup dengan ‘doa lintas agama’ pada pukul 01.00 WIT.


RIdhwan Ibnu Luqman untuk Warta Ahmadiyah; editor: R.A. Daeng Mattiro

Posted in Dakwah, NasionalComments (0)

pembunuhan-3-mahasiswa-muslim-chapel-hill-warta-ahmadiyah

Jamaah Muslim Ahmadiyah USA Ikut Berduka Bersama Keluarga Korban Penembakan Chapel Hill

Menghimbau Seruan untuk Kesabaran dan Toleransi

Jamaah Muslim Ahmadiyah USA turut berduka dengan keluarga Deah Shaddy Barakat, 23 tahun, dan istrinya Yusor Abu-Salha, 21 tahun, dan adik Abu-Salha, Razan Abu-Salha, 19 tahun, yang berasal dari Raleigh. Seluruh korban dibunuh pada tanggal 10 Februari oleh tetangga mereka. Laporan awal menunjukkan bahwa pembunuhan tersebut kemungkinan adalah kejahatan rasial anti-Muslim yang ditargetkan. Belasungkawa dan doa sampaikan pada korban kejahatan yang mengerikan ini, keluarga mereka, dan teman-teman mereka. Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.

“Sebagai orang tua, sebagai Muslim, dan sebagai warga Amerika kita terpukul atas tindakan kekerasan yang tidak masuk akal ini,” kata Dr Nasim Rehmatullah, Wakil Presiden Nasional Jamaah Muslim Ahmadiyah USA. “Para pelajar tersebut mendedikasikan pada pelayanan kemanusiaan, adalah Muslim yang membanggakan, dan warga Amerika yang membanggakan. Kami berdoa untuk jiwa mereka yang telah pergi dan percaya bahwa pemerintah akan membawa pelakunya ke pengadilan

Di saat Islamophobia dan sentimen anti-Muslim meningkat, Jamaah Muslim Ahmadiyah USA meminta dengan sangat semua warga Amerika apapun keyakinannya untuk tetap bersatu melawan intoleransi dan fanatisme.

Seumber : ahmadiyya USA

Posted in Mancanegara, Siaran PersComments (0)

pengobatan-homeopathy-ahmadiyah-priangan-timur-padaherang-warta-ahmadiyah

Acara Pengobatan Homeopathy di Padaherang Dibuka oleh Ketua DPRD Pangandaran

Kegiatan pengobatan Tim Hoemopathy Priangan Timur di Padaherang di buka langsung Ketua DPRD Pangandaran .

Minggu 8 Maret 2014 untuk kesekian kalinya tim homeopathy Jemaat Ahmadiyah Priangan Timur kembali mengadakan pengobatan gratis bagi warga masyarakat, bertempat di gedung serba guna Yayasan Pendidikan Islam Darul Istiqomah sebanyak 250 orang warga masyarakat dari desa Pasirgeulis, Karangmulya dan Cibogo Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran datang berobat.

Tim Homeopathy diundang oleh Yayasan Pendidikan Islam Darul Istiqomah sebagai puncak acara Milad yayasan tersebut yang ke-15. Ketua DPRD Iwan Muhammad Ridwan S.Pd M.Pd yang juga merupakan putra daerah dan masih memiliki hubungan keluarga dengan pimpinan yayasan, datang secara langsung membuka acara. Dalam sambutannya beliau mengucapkan terima kasih telah diundang oleh pihak yayasan dan berterima kasih pada tim homeopathy dapat hadir untuk memberikan layanan kemasyarakan pada warga masyarakat Padaherang. “Acara ini semoga lebih mempererat tali silaturahmi, sebagai harapan warga kabupaten Pangandaran dalam pelayanan kemasyarakatan dan dalam mensejahterakan masyarakat” Ketua DPRD Pangandaran dalam sambutannya. “DPRD Kabupaten Pangandaran yang baru berusia 63 hari pada tanggal 29 januari kemarin telah mengetukan palu anggaran sebagai Perda pertama yang diterbitkan.” lanjut Iwan M. Ridwan yang merupakan putra daerah Desa Cibogo tersebut.

iwan-muhammad-ridwan-ketua-dprd-pangandaran-warta-ahmadiyah

Ketua DPRD Pangandaran membuka acara

Dalam pernyataannya saat diwawancarai Ketua DPRD Pangandaran yang berasal dari Partai pemenang pemilu 2014 ini mengucapkan apresiasi kepada tim homeopahy, sebagai pengobatan yang baru dikenal berharap kegiatan di yayasan tersebut kedepannya bisa dikenal oleh masyarakat lebih luas khususnya warga Kabupaten Pangandaran. “Mengajak pada tim homeopathy nantinya bisa melakukan kerjasama dalam kegiatan bakti sosial” ujar beliau. “Tidak menutup kemungkinan masyarakat beralih pada cara pengobatan hemeopathy khususnya warga Pangandaran” ucap beliau mengakhiri wawancara.

Yayasan Pendidikan Islam Darul Istiqomah sendiri baru berdiri tahun 2000 kini dibawah pimpinan KH. Tatang Hidayat S.Ag M.PDi telah memiliki 4 lembaga pendidikan RA, MI, MTS dan Aliyah dengan aset lebih dari 1 ha dimana itu semua tanpa meminta sumbangan pada orang tua murid.

Gaga Abdillah Sihab S.Hi Kepala Sekolah dan pengurus Yayasan saat diwawancarai menyatakan bahwa pengobatan homeopathy baginya terasa asing dan sangat berantusias dengan pengobatan ini dan berharap kegiatan yang sangat positif ini dapat berlanjut secara berkesinambungan bagi warga masyarakat yang berada disekitar Yayasan.

Nurkholiah & Doni Sutriana

Sumber : Ahmadiyya Priatim

Posted in Kemanusiaan, NasionalComments (0)

nusrat-high-school-gambia-warta-ahmadiyah

Pengaruh Jamaah Muslim Ahmadiyah di Gambia

Pada awal 1960-an, sebuah peristiwa yang sangat penting terjadi di Gambia. Memang itu dianggap oleh banyak orang tidaklah signifikan. Seorang misionaris dari Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hafiz Jibril Sa’id mengunjungi negara itu untuk menindaklanjuti literatur yang telah difilter ke seluruh negeri secara kebetulan, atau memang dengan takdir Allah SWT ..

Orang-orang mulai mengambil minat dalam literatur dan pesan dari Jamaah Muslim Ahmadiyah – yang didirikan beberapa dekade sebelumnya di sebuah desa terpencil di India – Qadian. Setelah wafatnya sang pendiri, Sayyidina Mirza Ghulam Ahmad ia digantikan oleh Sayyidina Hakim Maulwi Nuruddin Saliib dan dilanjutkan oleh serangkaian Khalifah, memenuhi nubuat dari Rasul Karim, Sayyidina Muhammad saw, bahwa Allah akan memberikan umat Islam karunia Khilafat untuk kedua kalinya.

Para Khalifah tersebut mengirimkan misionaris untuk menyebarkan pesan Islam Ahmadiyah dan melayani umat manusia. Saat itu di awal tahun 1960 pesan penting ini telah mencapai Gambia, memenuhi nubuatan dari Masih yang dijanjikan di mana Allah berkata kepadanya: “Aku akan sampaikan tablighmu keseluruh pelosok dunia ‘. Gambia secara kebetulan terletak di ujung dunia.

Nubuat penting lain Hadhrat Masih Mau’ud as adalah : ‘Aku akan memberkatimu sedemikian rupa sehingga raja-raja akan mencari berkah dari pakaianmu‘. Ketika Gambia mendapatkan kemerdekaan sendiri dan Sir Farimang Singhateh menjadi gubernur pertama negara Gambia, ia menulis surat kepada khalifah pada saat itu untuk mendapatkan sepotong pakaian yang dikenakan oleh Masih Mau’ud untuk mendapatkan keberkatan Allah Yang Mahakuasa. Khalifatul Masih ketiga mengirimnya sepotong kain dari pakaian Al-Masih

Manfaat Khilafat Ahmadiyah di Gambia telah berlangsung lama dan konstan. Pada Februari 1965 ketika Gambia merayakan kemerdekaannya, Sayyidina Ghulam Ahmad Badomali, amir dan missionary-in-charge Jamaah Muslim Ahmadiyah yang memimpin doa atas nama umat Islam.

Pada tahun 1960 dan awal tahun 70-an di Gambia terdapat sangat sedikit sekolah senior. Itupun terpusat di daerah perkotaan sehingga mengharuskan semua anak-anak di daerah yang yang mencapai usia sekolah tinggi meninggalkan rumah dan datang ke daerah perkotaan. Pada tahun 1970, Sayyidina Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III mengunjungi Gambia untuk pertama kalinya. Saat disana beliau mendapat ilham memulai sebuah skema untuk membantu negara-negara dunia ketiga. Sekembalinya ke London ia menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Fadl di London dan ia menjelaskan skema ini. Beliau menyebutnya Skema Nusrat Jehan – yang artinya, membantu dunia. Beliau mengimbau warga Ahmadiyah mengorbankan uang, waktu dan keahlian mereka untuk membantu negara-negara miskin di dunia. Beberapa minggu kemudian, ratusan ribu rupee ditawarkan kepadanya. Selain itu, ratusan relawan – dokter, guru dan ahli pertanian menawarkan jasa mereka untuk datang dan berkhidmat di Afrika.

nusrat-senior-high-school-gambia-warta-ahmadiyah

Nusrat Senior High School

Sekolah pertama berdiri beberapa bulan kemudian, SMA Nusrat. Sekolah ini bangkit menjadi salah satu yang terbaik di negeri ini, yang sekarang dikenal di seluruh dunia sebagai mercusuar unggul. Sekolah tersebut telah berdampak sangat positif pada masyarakat Gambia dimana hampir tidak ada kantor pemerintahan di negara tersebut hari ini di mana tidak ada lulusan lembaga luhur tersebut. Sekolah tersebut telah menghasilkan menteri, anggota parlemen, tentara, guru dan lain-lain. Beberapa tahun kemudian, Sekolah Menengah Muslim Ahamdiyah Tahir berdiri di Mansakonko dan Sekolah Menengah Muslim Ahmadiyah Nasir di Basse. Yang menarik adalah bahwa sekolah-sekolah tersebut berdiri pada saat tidak ada sekolah menengah di propinsi (kecuali Armitage di Janjanbureh).

Pada tahun 2005, Humanity First sebuah LSM di bawah naungan Jamaah Ahmadiyah membangun pertama kalinya sebuah sekolah menengah lanjut – Sekolah Menengah Masroor di Old Yundum. Sekolah tersebut terus mempertahankan tingkat kelulusan 100% sejak awal berdirinya. Karena itu bisa dikatakan sekolah tersebut nyaris tiada bandinganya dibanding sekolah lainnya.

Sekolah lain yang dibangun oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah meliputi Sekolah Ahmadiyah Mooreh Kunda di Wulli, Sekolah Ahmadiyah Kamfenda di Foni, dan Mbullum Ahmadiyah sekolah dasar ahmadiyah Mbullum (sekarang dengan sekolah senior yang disebut Sekolah Menengah Nusrat Jehan) di Kabupaten Lower Niumi di North Bank Region.

Masih di bidanga pendidikan, Jamaah Muslim Ahmadiyah juga mensponsori ratusan siswa di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, khususnya Universitas Gambia. Juga, Humanity First membangun kelas TI murah dan terjangkau untuk siswa di Gambia.

Pada saat dan tidak lama setelah kemerdekaan, hanya ada sedikit rumah sakit di Gambia. Royal Victoria Teaching Hospital (sekarang EEdward Francis Small Teaching Hospital) dan Rumah Sakit Bansang adalah beberapa yang terkenal. Ketika Skema Nusrat Jehan Skema diluncurkan, juga dibangun rumah sakit untuk membantu negara. Salah satunya adalah Rumah Sakit dan Bedah Gigi Islam Ahmadiyah di Tallinding yang dibangun di Perseverance Street No. 88 di Banjul, rumah sakit yang telah identik dengan keunggulannya di negara tersebut. Sebuah rumah sakit juga dibangun di Njawara, daerah North Bank, satu lagi di Farafenni dan satu di Basse. Semua rumah sakit tersebut memberlakukan biaya rendah dan terjangkau, juga memperlakukan pasien yang tidak mampu secara gratis. Jamaah Muslim Ahmadiyah juga memperkenalkan pengobatan homeopati (sistem pengobatan yang ditemukan lebih dari seratus tahun yang lalu oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Samuel Heinemann) di negeri ini dan menawarkan dan masih terus dilakukan klinik kesehatan gratis seluruh penjuru negeri.

rumah-sakit-talinding-gambia-ahmadiyah-warta-ahmadiyah

Rumah Sakit Ahmadiyah di Talinding Gambia

Di bidang pertanian, Jamaah Muslim Ahmadiyah telah memberikan nasihat kepada ribuan warga Gambia dan juga memiliki sekretariat pertanian. Jemaat ini juga terlibat dalam penanaman pohon. Dalam lima tahun terakhir saja telah menanam ribuan pohon.

Kita sekarang sampai aspek lain dan mungkin aspek yang paling penting dari dampak Jamaah Ahmadiyah – manfaat spiritual dan moral. Jemaat telah mencetak ribuan selebaran dan buku, semua bermuara kepada pendidikan moral rakyat. Salah satu contoh yang baik adalah Buku Doa Muslim yang terjual seperti kacang goreng ketika dicetak di negeri ini, sebagian besar dibeli oleh Muslim non Ahmadi. Baru-baru ini, Jamaah Muslim Ahmadiyah menerbitkan (untuk pertama kalinya dalam sejarah negara itu) Alquran dalam tiga bahasa lokal negara; Mandinka, Wollof dan Fula.

Rakyat Gambia sekarang mencari dan menerima arahan dan doa dari khalifah Jamaah Muslim Ahmadiyah. Belum lama ini, anggota yang sangat dihormati masyarakat yang non-Ahmadi Muslim menceritakan bahwa ia memiliki beberapa kesulitan dan menulis surat kepada Sayidina Mirza Masroor Ahmad (khalifah) untuk meminta doa. Dia mengatakan bahwa Hudur berdoa dan menulis kepadanya dan menceritakan mimpi yang ditunjukkan kepadanya oleh Allah SWT. Mimpi ini berarti bahwa kesulitan tersebut akan selesai dalam waktu dekat. Dan terjadilah. Kesaksian tersebut menunjukkan kesalehan khalifah dan masyarakat yang dipimpinnya! Manfaat langsung dari Khalifah Ahmadiyah di Gambia tidak diragukan lagi.

Saat kita merayakan hari Khilafat tahun ini, kita harus mengambil keberkatan seperti halnya Gambia peroleh. Semua doa milik Allah, Tuhan semesta alam.

Sumber : The Standard Gambia

Posted in Kemanusiaan, MancanegaraComments (0)

Page 1 of 41234

@WartaAhmadiyah

Tweets by @WartaAhmadiyah

http://www.youtube.com/user/AhmadiyahID

Kanal Youtube

 

Tautan Lain


alislam


 
alislam


 
alislam


 
alislam

Jadwal Sholat

shared on wplocker.com