W3vina.COM Free Wordpress Themes Joomla Templates Best Wordpress Themes Premium Wordpress Themes Top Best Wordpress Themes 2012

Tag Archive | "ORI"

muslih-mau'ud-ahmadiyah-manislor

Peringatan Hari Muslih Mau’ud Ahmadiyah Manislor : Bapak-Bapak Mengadakan Lomba Pidato

Semangat Anshorulloh yang tak pernah hilang, kalimat itulah yang mencerminkan keadaan Anshor Manislor saat ini

MANISLOR–JUMAT (20/2) Malam, Dalam rangka memperingati hari Muslih Mau’ud Ahmadiyah Manislor , Ansharullah mengadakan Lomba Pidato, lomba yang mengambil tempat dimasjid Al-hikmah ini dibuka langsung oleh bapak ketua cabang Jamaah Ahmadiyah manislor dan disaksikan oleh hampir 70  pasang mata kaum anshor.

Lomba Pidato ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada setiap acara peringatan hari-hari peting dalam islam. Karena, semua kegiatan di Jemaat Ahmadiyah merupakan pendidikan bagi setiap anggotanya. “perlombaan ini merupakan hiburan rohani, namun walaupun judulnya hiburan kita dapat memetik ilmu-ilmu yang didapatkan setiap detiknya,” ujar Nazim Tarbiyat Anshor Ahmadiyah Manislor bapak Said Sutani, ketika memberikan sambutan pada acara lomba malam itu. Tujuan lain dari kegiatan ini adalah menggali potensi Anshorulloh dan juga memberikan pemahaman-pemahaman tentang bagaimana cara bertabligh yang baik untuk bekal kelak ketika mereka terjun ke masyarakat luas.

Adapun pemenang lomba pidato kali ini dibagi dalam dua katerogi: Kategori Anshor Muda dan Kategori Anshor Sepuh. Untuk Kategori Anshor Muda, Juara 1 diraih Maman Ahmadi dari Al-hikmah; Juara 2 dimenangkan oleh Lukman dari Al-barokah; dan Juara 3 berhasil disabet Apendi dari Al-hidayah. Sedangkan untuk Kategori Anshor Sepuh, Juara 1 jatuh ke tangan Rusono dari Al-hikmah; Juara 2 mampu direbut Warta dari Annur; dan Juara 3 dapat diraih Rasam dari Al-taqwa.

“Diharapkan para Anshor dapat lebih optimal melatih diri untuk peningkatan ilmu berpidato mereka. Sehingga, lomba ini benar-benar mampu menunjang mutu tabligh di manislor. Selain itu, mereka diharapkan mampu mengajarkan ilmu yang didapat kepada generasi-generasi muda yang akan datang” ujar bapak Nurhalim ketua Jemaat Ahmadiyah Manislor . @Siuwoh 

Sumber : buletin-kitaa.blogspot.com

Posted in Nasional, TarbiyatComments (0)

ahmadiyah-jawa-timur-donor-darah-toleransi

Ahmadiyah Jawa Timur Menjadi Tuan Rumah Acara Donor Darah Toleransi

Kamis 19 Februari 2015, pagi itu di sebuah gang kawasan Bubutan Surabaya, tepatnya di komplek Masjid An Nur terlihat sedang ada aktifitas keramaian. Di ujung gang menuju lokasi terpasang spanduk bertuliskan “ Donor Darah Toleransi ”. Rupanya keramaian ini terkait dengan apa yang terpampang pada spanduk tersebut.

Donor darah yang mengambil tema toleransi ini di motori oleh Jemaat Ahmadiyah Jawa Timur, dengan menggandeng beberapa elemen masyarakat. Diantaranya PMI unit kota Surabaya, aparat pemerintahan, FKUB, kepolisian, TNI, masyarakat, serta aliansi lintas agama dan keyakinan yang tergabung dalam Sobat KBB. Tercatat ada 73 peserta mendaftarkan diri dan 33 orang memenuhi syarat untuk diambil darahnya.

ahmadiyah-jawa-timur-donor-darah-toleransi-4

Sambutan Mubaligh Wilayah Jawa Timur Mln. Basuki Ahmad

Tema toleransi diangkat dalam kegiatan donor darah kali ini, dimaksudkan untuk bisa menjembatani terjalinnya komunikasi serta kerjasama lintas agama dan keyakinan, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Selain itu juga untuk membuktikan bahwa, tidak selamanya perbedaan agama dan keyakinan menjadi penyebab perpecahan serta pertumpahan darah. Seperti isu-isu rasis intoleran yang saat ini jamak terjadi di beberapa belahan dunia. Sebaliknya perbedaan agama dan keyakinan yang disatukan dalam kegiatan donor darah ini, menjadi sebab “tumpahnya darah” untuk kemanfaatan bagi kemanusiaan.

Kesan dari peserta donor darah toleransi juga sangat positif. Diantaranya seorang pendonor dari kepolisan mengatakan: ”Senang rasanya bisa mengikuti donor darah toleransi ini dan berharap kedepan bisa dilaksanakan kembali”. Pendonor lain dari GKJW mengungkapkan: “Donor darah ini membuktikan bahwa kebersamaan itu masih ada, moment seperti ini bisa memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dan berharap kebahagiaan seperti ini bisa selalu ada dan terus ada”. Seorang khadim berpendapat, ”Meskipun kita berbeda agama dan keyakinan, tapi toh darah kita tetap sama merah warnanya dan bermanfaat bagi setiap orang tanpa membedakan agamanya”. Sedangkan perwakilan PMI unit Kota Surabaya menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada seluruh peserta dan akan menyalurkan hasil donor darah dari Ahmadiyah kerumah sakit-rumah sakit, untuk memenuhi kebutuhan darah pasien yang sedang sakit.

Salah seorang aktifis Sobat KBB mas Akhol Firdaus, dalam sambutan penutupan acara di hadapan seluruh peserta menyatakan bahwa, citra Ahmadiyah sebagai organisasi yang disesatkan harus dibantah, aparat supaya jangan sampai terkecoh dan percaya pada fitnah-fitnah yang beredar diluar sana. Lebih lanjut beliau berslogan, “Kalau dada ini dibelah isinya Pancasila, kalau darah ini kita tumpahkan isinya Bhineka Tunggal Ika, sebagai bukti bahwa kita semua mencintai Indonesia”.

ahmadiyah-jawa-timur-donor-darah-toleransi

Peserta Donor Darah Toleransi Berpose di Depan Masjid An-Nur Surabaya

 

Bapak Mln. Basuki Ahmad, Mubaligh wilayah Ahmadiyah Jawa Timur mengungkapkan, bahwa kegiatan donor darah toleransi, idenya berawal dari pertemuan aliansi lintas agama dan keyakinan yang tergabung dalam Sobat KBB beberapa waktu sebelumnya. Kegiatan ini sebagai realisasi komitmen bersama, untuk bisa mewujudkan toleransi antar umat beragama dan keyakinan dalam bentuk yang lebih nyata, serta bisa memberikan manfaat bagi sesama umat manusia. Dan kedepan diharapkan bisa dilaksanakan kembali dengan melibatkan jumlah peserta lebih banyak.(Sufni)

Posted in Kemanusiaan, NasionalComments (0)

kebebasan-berbicara-charlie-hebdo-warta-ahmadiyah

Charlie Hebdo dan Kebebasan Berpendapat

Setelah enam minggu, Farhad Ahmad melihat kembali pada serangan Charlie Hebdo dan isu-isu yang muncul setelahnya.

Serangan menghebohkan dan biadab yang terjadi di kantor majalah Charlie Hebdo tersebut sangatlah kejam dan tidak manusiawi. Seperti juga serangan berikutnya di toko Kosher, Paris, dua hari kemudian.

Dimana serangan ini menyebabkan rasa sakit dan kesedihan di seluruh dunia, mereka yang sangat tertekan khususnya adalah 1,6 miliar penduduk muslim dunia yang cinta damai. Harus diakui, banyak umat Islam sejak lama merasa bahwa kartun Charlie Hebdo yang menggambarkan Nabi Muhammad (SAW) sangat menyinggung dan merupakan penyalahgunaan besar hak kita yang berharga dalam kebebasan berpendapat. Namun, mayoritas umat Islam percaya bahwa kartun tersebut harus ditentang melalui kekuatan argumentasi. Yang lebih penting lagi, menurut Islam senjata dan agresi tidak pernah dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan perbedaan pendapat – tidak peduli bagaimana perpecahan yang mungkin terjadi.

Setiap kali insiden semacam ini terjadi, banyak yang menganggap Islam sebagai akar penyebabnya. Namun, serangan yang terjadi tidak memiliki landasan sama sekali dalam Al-Qur’an maupun dalam ajaran Nabi Muhammad saw. Sebaliknya, Islam sangat menentang serangan dan menyatakan bahwa ‘tidak ada paksaan dalam agama “.

Nabi Muhammad saw – yang atas namanya kejahatan tersebut dilakukan – tidak akan pernah mengijinkan atau menghendaki kekerasan dan pembunuhan berdarah dingin tersebut. Sepanjang hidupnya, beliau berulang kali diejek dan dihina namun tidak pernah beliau mengizinkan siapa pun untuk membalasnya dengan kekerasan. Sebaliknya, beliau mengatakan bahwa seorang Muslim sejati adalah apabila orang lain aman dari lidah dan tangannya.

Ada banyak orang selama hidup nabi saw yang mengejeknya. Salah satu yang paling ofensif adalah seorang pria bernama Ibnu Sahlul. Setelah berbagai penghinaan dan serangan verbal terhadap nabi saw, anak Ibn Sahlul sendiri, yang telah masuk Islam, meminta izin untuk membunuh ayahnya karena penghinaan yang menyakitkan dan jahat yang ditujukan kepada nabi saw. Berbeda dengan orang-orang yang mengaku sebagai “pengikut Nabi” yang bersikeras menyakiti orang lain, tidak ada reaksi marah dari Nabi saw dan Nabi saw hanya tersenyum dan berkata: “Tidak, tidak ada yang perlu dilakukan, ayahmu tidak akan dihukum oleh siapa pun “.

Jadi, umat Islam yang mengangkat senjata sambil mengklaim melakukan ‘pembalasan atas Nabi Muhammad’ melakukan ketidakadilan terhadap sosok yang mereka klaim untuk ‘membalas dendam’.

Namun, ada masalah penting yang membutuhkan perhatian. Tidak ada keraguan bahwa kebebasan berpendapat adalah hak dasar dari semua manusia dan nilai yang paling berharga.

Namun demikian, kita harus mengajukan pertanyaan pada diri sendiri bahwa jika kita ingin hidup dalam masyarakat yang harmonis, maka apa yang harus kita lakukan dengan kebebasan tersebut? Dan apakah etika juga merupakan hak legal? Kita semua memiliki, dan seharusnya memiliki hak untuk mengemukakan pendapat kita, bersepakat, dan berbeda pendapat; tapi apakah kebebasan berpendapat mengijinkan kita untuk dengan sadar dan sengaja memprovokasi perselisihan antara sesama manusia?

Definisi ‘sakral’ yang diberikan oleh filsuf abad kesembilan belas yang terkenal Nietzsche adalah bahwa “sakral” adalah apapun dalam suatu budaya di mana seseorang tidak boleh menertawakan. Misalnya, sebagai warga Inggris saya mungkin memiliki hak untuk menertawakan dan merendahkan konsep yang serius seperti rasisme, anti-Semitisme, seksisme, disabilitas, dll. Namun, melakukan hal itu akan sangat tidak etis dan jelas salah dalam masyarakat Inggris saat ini. Sederhananya, memiliki ‘hak’ untuk menyinggung tidak berarti dibenarkan untuk menyinggung.

Tidak ada keraguan bahwa penerbitan materi ‘satir’ tentang seseorang dianggap suci menyebabkan kesedihan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Di dunia yang yang kini menjadi desa global dan ketegangan antara orang-orang tidaklah berkurang, tindakan seperti itu memperburuk ketegangan lebih lanjut dapat mengakibatkan risiko perdamaian dalam masyarakat. Dan seperti kebebasan berpendapat , perdamaian juga merupakan kebebasan yang kita harus menghargai, memelihara dan menjunjungnya. Bahkan, saya katakan bahwa hidup dalam masyarakat yang damai dan toleran yang berdasarkan ‘menghormati’ adalah kebebasan yang kita harus hargai dan hormati di atas semua kebebasan lainnya. Untuk mencapai hal ini kita harus saling mengenali dan memahami tanggung jawab kita masing-masing.

Media adalah alat ampuh yang dapatmenyeret semua orang, namun selain itu juga jelas memiliki kemampuan untuk mendorong masyarakat lebih jauh dan lebih lanjut lagi. Media Inggris telah memperlihatkan pengendalian diri dan tanggung jawab yang mengesankan di masa lalu demi masyarakat. Telah diketahui bahwa selama konflik panjang mengenai Irlandia Utara, media Inggris secara bersama-sama memutuskan untuk tidak mempublikasikan atau menyiarkan propaganda inflamasi IRA. Mereka menerima bahwa pembatasan atau pengendalian tersebut demi kepentingan perdamaian bangsa. Saya memuji sikap mereka tersebut.

Ini merupakan saat penting di mana setiap orang, termasuk Muslim, dipersatukan oleh perasaan berduka dan emosi. Berbagai keputusan terletak di tangan media pada saat yang genting ini. Jika keputusan yang dibuat sekarang didasarkan pada kebijaksanaan, saling menghormati dan akal sehat, tragedi serangan Charlie Hebdo dapat dijadikan sebagai petir yang membuat kita semua berpikir dan menyadari bahwa kita menghirup udara yang sama dan berbagi tanah yang sama.

Fakta bahwa beberapa orang telah bertindak kriminal dan tidak manusiawi tidak perlu dipertanyakan lagi. Kesalahannya tidak dipertanyakan lagi. Namun, jika seseorang, atau beberapa orang melakukan suatu kesalahan, itu tidak berarti bahwa kesalahan lain dapat memperbaiki ketidakadilan. Oleh karena itu dengan mengkaji situasi tersebut tampak cukup jelas bahwa reproduksi kartun ofensif oleh organisasi media atau orang lain akan lebih meningkatkan perpecahan. Prinsip-prinsip menghormati, harga diri, perdamaian, kesetaraan dan keadilan yang sangat dipanuti oleh dunia barat harus terus dipraktekkan, terutama di saat rumit ketika prinsip-prinsip tersebut begitu penting.

Sumber : pressahmadiyya

Posted in PerspektifComments (0)

pembunuhan-3-mahasiswa-muslim-chapel-hill-warta-ahmadiyah

Penyangkalan Terhadap Kematian 3 Mahasiswa Muslim di Chapel Hill

Penembakan di North Carolina [Chapel Hill] bukan sekedar “perselisihan persoalan parkir”. Kabar yang beredar, hal ini berkaitan dengan sikap anti-muslim.

Tiga mahasiswa tewas pada hari Selasa di Chapel Hill, North Carolina, [mereka bertiga] muslim yang membangakan dan warga Amerika yang membanggakan. Deah Shaddy Barakat, 23tahun, istrinya Yusor Abu-Salha, 21 tahun, [mereka berdua] mendedikasikan diri melayani kemanusiaan, mereka yang tertindas dan menderita. Adik perempuan Abu-Salha, Razan Abu-Salha, 19 tahun, adalah seorang seniman berbakat di North Carolina State University.

Dalam benak saya, sulit untuk percaya bahwa ketiga mahasiswa muslim tersebut menjadi target pembuhunan bukan karena iman mereka.

Tetangga mereka, Craig Stephen Hicks, didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama atas kematian ketiga mahasiswa tersebut. Sementara itu Kepala Kepolisian Chapel Hill, Chris Biru, menyatakan bahwa motif Hicks ‘didasarkan pada “perselisihan persoalan parkir,” ia juga mengakui “kekhawatiran mengenai kemungkinan bahwa persitiwa ini termotivasi oleh kebencian.”

Akui saja, jika Hicks adalah Muslim, dan korbannya seorang berkulit putih seperti Hicks, kita akan sulit menemukan judul berita tanpa adanya kata teroris. Faktanya di media sosial, #ChapelHillShooting menunjukkan tren sebagai nomor satu, dengan banyak muncul pertanyaan yang sama. Namun, telah terjadi pendekatan apatis terhadap para korban Muslim selama dasawarsa terakhir yang mencerminkan adanya standar ganda.

Mari kita deskripsikan sang terdakwa:

Hicks menyebut dirinya “anti-teis” dan memuji penulis seperti Richard Dawkins. Tapi jangan berharap anti-teis bertanggung jawab atas tindakan Hicks tersebut. Sementara anti-teis menyalahkan Islam hanya karena teroris Islam mengklaim mengamalkan ajaran Islam, argumen seperti itu tampaknya tidak berlaku untuk teroris anti-teis.

Hicks seorang pria kulit putih. Pemerintah melaporkan bahwa 70% pelaku penembakan massal di Amerika dalam 30 tahun terakhir dilakukan oleh pria kulit putih. Namun jangan harap pemerintah membahas tentang mengapa orang kulit putih menjadi radikal, atau bagaimana mengendalikan radikalisasi [orang kulit putih].

Tersangka pria bersenjata tersebut berasal dari North Carolina, sebuah negara bagian yang telah mengesahkan “undang-undang anti-syariah” yang tidak masuk akal dan berbau Islamofobia. Hukum seperti itu, selain tidak ada maknanya dan tidak konstitusional, juga mempromosikan kebencian terhadap Muslim, intoleransi terhadap Islam, dan rasa takut kepada semua orang yg tidak mengikuti “standar” xenophobia yang seolah ditampakkan oleh tiap warga amerika?.

Baru-baru ini, Duke University terpaksa membatalkan “adzan” yang telah direncanakan setelah menerima “ancaman keamanan.” Namun jangan berharap adanya pengakuan publik bahwa North Carolina mendorong fanatisme anti-Muslim.

Bukti meningkatnya Islamophobia ditunjukkan oleh, misalnya, meningkatnya jumlah undang-undang anti-syariah di seluruh negeri. Demikian pula tidak dapat dibantah bahwa meningkatnya diskriminasi anti-Muslim dan kekerasan anti-Muslim. Departemen Kehakiman telah menyelidiki lebih dari 800 kasus kekerasan terhadap warga Amerika Muslim, Arab, atau berlatar belakang Asia Selatan sejak 9/11.

Begitu juga, Pew melaporkan bahwa sementara hanya kurang dari setengah orang Amerika yang pernah bertemu dengan seorang Muslim, Muslim Amerika memiliki rating persetujuan terendah dibanding demografis iman lainnya. Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa, “83% orang Amerika mengatakan orang-orang yang melakukan kekerasan dan mengaku Kristen bukanlah [penganut] Kristen sejati, sementara kurang dari setengah orang Amerika (48%), berpikir bahwa orang yang menyatakan Muslim yang melakukan kekerasan atas nama Islam bukanlah Muslim sejati. “

Bias ini juga telah berdampak pada pencari kerja Muslim dan mereka disarankan untuk menghapus apapun yang mengindikasikan iman mereka pada aplikasi pekerjaan. Bahkan, New York Times melaporkan data dari Equal Employment Opportunity Commission yang menunjukkan bahwa dengan hanya 2% dari total tpopulasi, Muslim Amerika mencapai hingga 25% dari tindakan diskriminasi agama.

Saat tiga mahasiswa yang tidak berdosa akan segera dimakamkan, saya teringat kata-kata menghibur dari yang mulia Khalifah Islam setelah serangan mengerikan di sekolah Peshawar di Pakistan Desember lalu, di mana lebih dari 140 orang – yang sebagian besar anak-anak – dibunuh: “Semoga Allah Ta’ala mengampuni seluruh korban dan mereka yang ditinggalkan berduka dengan jubah kasih dan cinta-Nya, dan memberikan orang tua mereka kesabaran serta ketabahan.

Dan seperti serangan Peshawar yang merupakan momen penting bagi Pakistan, serangan Chapel Hill juga harus menjadi momen penting untuk Amerika. Warga Amerika harus mengutuk mengerikan ini sebagai bipartisan dan juga semua kefanatikan dan kekerasan anti-Muslim. Ini berarti tidak ada lagi mitos “no go zone“, tidak ada lagi ketakutan “anti-syariah”, dan tidak ada lagi media yang menggunakan standar ganda.

Cukup sudah. Setelah pembunuhan yang tidak masuk akal ini, satu-satunya pertanyaan yang media, politisi dan setiap warga amerika yang harus pertanyakan adalah “Bagaimana kita sekarang bisa beriringan bersama Muslim Amerikadan menghentikan hal ini terjadi lagi?”

Sumber : USA Today

Qasim Rashid adalah seorang pengacara, penulis, dan juru bicara nasional Jamaah Muslim Ahmadiyah USA.

Posted in PerspektifComments (0)

nusrat-high-school-gambia-warta-ahmadiyah

Pengaruh Jamaah Muslim Ahmadiyah di Gambia

Pada awal 1960-an, sebuah peristiwa yang sangat penting terjadi di Gambia. Memang itu dianggap oleh banyak orang tidaklah signifikan. Seorang misionaris dari Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hafiz Jibril Sa’id mengunjungi negara itu untuk menindaklanjuti literatur yang telah difilter ke seluruh negeri secara kebetulan, atau memang dengan takdir Allah SWT ..

Orang-orang mulai mengambil minat dalam literatur dan pesan dari Jamaah Muslim Ahmadiyah – yang didirikan beberapa dekade sebelumnya di sebuah desa terpencil di India – Qadian. Setelah wafatnya sang pendiri, Sayyidina Mirza Ghulam Ahmad ia digantikan oleh Sayyidina Hakim Maulwi Nuruddin Saliib dan dilanjutkan oleh serangkaian Khalifah, memenuhi nubuat dari Rasul Karim, Sayyidina Muhammad saw, bahwa Allah akan memberikan umat Islam karunia Khilafat untuk kedua kalinya.

Para Khalifah tersebut mengirimkan misionaris untuk menyebarkan pesan Islam Ahmadiyah dan melayani umat manusia. Saat itu di awal tahun 1960 pesan penting ini telah mencapai Gambia, memenuhi nubuatan dari Masih yang dijanjikan di mana Allah berkata kepadanya: “Aku akan sampaikan tablighmu keseluruh pelosok dunia ‘. Gambia secara kebetulan terletak di ujung dunia.

Nubuat penting lain Hadhrat Masih Mau’ud as adalah : ‘Aku akan memberkatimu sedemikian rupa sehingga raja-raja akan mencari berkah dari pakaianmu‘. Ketika Gambia mendapatkan kemerdekaan sendiri dan Sir Farimang Singhateh menjadi gubernur pertama negara Gambia, ia menulis surat kepada khalifah pada saat itu untuk mendapatkan sepotong pakaian yang dikenakan oleh Masih Mau’ud untuk mendapatkan keberkatan Allah Yang Mahakuasa. Khalifatul Masih ketiga mengirimnya sepotong kain dari pakaian Al-Masih

Manfaat Khilafat Ahmadiyah di Gambia telah berlangsung lama dan konstan. Pada Februari 1965 ketika Gambia merayakan kemerdekaannya, Sayyidina Ghulam Ahmad Badomali, amir dan missionary-in-charge Jamaah Muslim Ahmadiyah yang memimpin doa atas nama umat Islam.

Pada tahun 1960 dan awal tahun 70-an di Gambia terdapat sangat sedikit sekolah senior. Itupun terpusat di daerah perkotaan sehingga mengharuskan semua anak-anak di daerah yang yang mencapai usia sekolah tinggi meninggalkan rumah dan datang ke daerah perkotaan. Pada tahun 1970, Sayyidina Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III mengunjungi Gambia untuk pertama kalinya. Saat disana beliau mendapat ilham memulai sebuah skema untuk membantu negara-negara dunia ketiga. Sekembalinya ke London ia menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Fadl di London dan ia menjelaskan skema ini. Beliau menyebutnya Skema Nusrat Jehan – yang artinya, membantu dunia. Beliau mengimbau warga Ahmadiyah mengorbankan uang, waktu dan keahlian mereka untuk membantu negara-negara miskin di dunia. Beberapa minggu kemudian, ratusan ribu rupee ditawarkan kepadanya. Selain itu, ratusan relawan – dokter, guru dan ahli pertanian menawarkan jasa mereka untuk datang dan berkhidmat di Afrika.

nusrat-senior-high-school-gambia-warta-ahmadiyah

Nusrat Senior High School

Sekolah pertama berdiri beberapa bulan kemudian, SMA Nusrat. Sekolah ini bangkit menjadi salah satu yang terbaik di negeri ini, yang sekarang dikenal di seluruh dunia sebagai mercusuar unggul. Sekolah tersebut telah berdampak sangat positif pada masyarakat Gambia dimana hampir tidak ada kantor pemerintahan di negara tersebut hari ini di mana tidak ada lulusan lembaga luhur tersebut. Sekolah tersebut telah menghasilkan menteri, anggota parlemen, tentara, guru dan lain-lain. Beberapa tahun kemudian, Sekolah Menengah Muslim Ahamdiyah Tahir berdiri di Mansakonko dan Sekolah Menengah Muslim Ahmadiyah Nasir di Basse. Yang menarik adalah bahwa sekolah-sekolah tersebut berdiri pada saat tidak ada sekolah menengah di propinsi (kecuali Armitage di Janjanbureh).

Pada tahun 2005, Humanity First sebuah LSM di bawah naungan Jamaah Ahmadiyah membangun pertama kalinya sebuah sekolah menengah lanjut – Sekolah Menengah Masroor di Old Yundum. Sekolah tersebut terus mempertahankan tingkat kelulusan 100% sejak awal berdirinya. Karena itu bisa dikatakan sekolah tersebut nyaris tiada bandinganya dibanding sekolah lainnya.

Sekolah lain yang dibangun oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah meliputi Sekolah Ahmadiyah Mooreh Kunda di Wulli, Sekolah Ahmadiyah Kamfenda di Foni, dan Mbullum Ahmadiyah sekolah dasar ahmadiyah Mbullum (sekarang dengan sekolah senior yang disebut Sekolah Menengah Nusrat Jehan) di Kabupaten Lower Niumi di North Bank Region.

Masih di bidanga pendidikan, Jamaah Muslim Ahmadiyah juga mensponsori ratusan siswa di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, khususnya Universitas Gambia. Juga, Humanity First membangun kelas TI murah dan terjangkau untuk siswa di Gambia.

Pada saat dan tidak lama setelah kemerdekaan, hanya ada sedikit rumah sakit di Gambia. Royal Victoria Teaching Hospital (sekarang EEdward Francis Small Teaching Hospital) dan Rumah Sakit Bansang adalah beberapa yang terkenal. Ketika Skema Nusrat Jehan Skema diluncurkan, juga dibangun rumah sakit untuk membantu negara. Salah satunya adalah Rumah Sakit dan Bedah Gigi Islam Ahmadiyah di Tallinding yang dibangun di Perseverance Street No. 88 di Banjul, rumah sakit yang telah identik dengan keunggulannya di negara tersebut. Sebuah rumah sakit juga dibangun di Njawara, daerah North Bank, satu lagi di Farafenni dan satu di Basse. Semua rumah sakit tersebut memberlakukan biaya rendah dan terjangkau, juga memperlakukan pasien yang tidak mampu secara gratis. Jamaah Muslim Ahmadiyah juga memperkenalkan pengobatan homeopati (sistem pengobatan yang ditemukan lebih dari seratus tahun yang lalu oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Samuel Heinemann) di negeri ini dan menawarkan dan masih terus dilakukan klinik kesehatan gratis seluruh penjuru negeri.

rumah-sakit-talinding-gambia-ahmadiyah-warta-ahmadiyah

Rumah Sakit Ahmadiyah di Talinding Gambia

Di bidang pertanian, Jamaah Muslim Ahmadiyah telah memberikan nasihat kepada ribuan warga Gambia dan juga memiliki sekretariat pertanian. Jemaat ini juga terlibat dalam penanaman pohon. Dalam lima tahun terakhir saja telah menanam ribuan pohon.

Kita sekarang sampai aspek lain dan mungkin aspek yang paling penting dari dampak Jamaah Ahmadiyah – manfaat spiritual dan moral. Jemaat telah mencetak ribuan selebaran dan buku, semua bermuara kepada pendidikan moral rakyat. Salah satu contoh yang baik adalah Buku Doa Muslim yang terjual seperti kacang goreng ketika dicetak di negeri ini, sebagian besar dibeli oleh Muslim non Ahmadi. Baru-baru ini, Jamaah Muslim Ahmadiyah menerbitkan (untuk pertama kalinya dalam sejarah negara itu) Alquran dalam tiga bahasa lokal negara; Mandinka, Wollof dan Fula.

Rakyat Gambia sekarang mencari dan menerima arahan dan doa dari khalifah Jamaah Muslim Ahmadiyah. Belum lama ini, anggota yang sangat dihormati masyarakat yang non-Ahmadi Muslim menceritakan bahwa ia memiliki beberapa kesulitan dan menulis surat kepada Sayidina Mirza Masroor Ahmad (khalifah) untuk meminta doa. Dia mengatakan bahwa Hudur berdoa dan menulis kepadanya dan menceritakan mimpi yang ditunjukkan kepadanya oleh Allah SWT. Mimpi ini berarti bahwa kesulitan tersebut akan selesai dalam waktu dekat. Dan terjadilah. Kesaksian tersebut menunjukkan kesalehan khalifah dan masyarakat yang dipimpinnya! Manfaat langsung dari Khalifah Ahmadiyah di Gambia tidak diragukan lagi.

Saat kita merayakan hari Khilafat tahun ini, kita harus mengambil keberkatan seperti halnya Gambia peroleh. Semua doa milik Allah, Tuhan semesta alam.

Sumber : The Standard Gambia

Posted in Kemanusiaan, MancanegaraComments (0)

ahmadiyah-love-for-all-hatred-for-none

Ahmadiyah : Love for All Hatred for None

Tempo pernah memuat liputan tentang sejumlah Masjid Ahmadiyah yang disegel oleh golongan tertentu maupun pemerintah melalui SKB (Surat Keputusan Bersama) 3 Menteri. Konsep kerukunan beragama SBY yang melahirkan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) memang membuat minoritas makin terjepit oleh arogansi mayoritas. Pembangunan rumah Ibadah minoritas makin dipersulit. Rumah ibadah yang sudah berdiri jauh lebih lama dari SKB 3 menteri pun ikut terkena dampaknya. Penyegelan rumah ibadah dan persekusi terhadap komunitas Ahmadiyah terus terjadi. Terutama di Jawa Barat.

Ada sebuah kecenderungan bahwa di dunia ini ada banyak orang yang membenci apa yang tidak diketahuinya. Orang yang tidak tahu Syiah akan membenci Syiah. Orang yang tidak tahu Ahmadiyah akan membenci Ahmadiyah dan hal-hal lainnya. Ketidaktahuan membawa seseorang pada perilaku intoleransi. Riset dari Kemenag pada tahun 2010 tentang Kekerasan atas Nama Agama menyimpulkan bahwa semakin sedikit ilmu seseorang tentang agama, semakin membentuk perilaku intoleran. Jadi, silakan bercermin, saat seseorang mengkafirkan orang lain, apakah ilmunya sudah tinggi? Jika ada sebuah lembaga yang mengkafirkan umat beragama lain, apakah ia sudah benar-benar meneliti tentang agama/kepercayaan yang ia kafirkan?

Kata Rumi, dengan mata cinta, segalanya jadi indah. Bagaimana jika kita melihat dengan mata kebencian? Bukankah akan terjadi sebaliknya? Itulah mengapa, sebaiknya orang yang ingin tahu lebih jauh tentang ajaran yang hendak ia tentang mengetahui langsung dari sumber pertama berita. Bukan sekedar kata mereka. Kata ulama. Atau desas desus belaka. Gunakan prinsip verifikasi sekalipun anda bukan jurnalis. Toh agama sudah mengajarkan tentang konsep tabayyun.

Hari ini aku berkunjung dan sholat Jum’at di satu-satunya masjid Ahmadiyah Jogja. Masjid ini bernama Masjid Arif Rahman Hakim. Arif Rahman Hakim adalah seorang pemuda dalam puisi “Karangan Bunga” karya Taufik Ismail yang ditembak aparat di depan Istana Negara pada 25 Febuari 1966. Belum banyak orang yang tahu bahwa dia adalah seorang muslim Ahmadiyah.

Jamaah Ahmadiyah di masjid ini ramah-ramah. Mereka tidak memandangku dengan aneh saat shalat dengan menggunakan turbah untuk bersujud. Mereka juga tidak mempersoalkan aku yang sholat tanpa bersedekap. Berbeda jika aku shalat di masjid biasa. Orang biasanya akan memandangku dengan aneh dan bertanya ini itu mengenai perbedaan fiqih. Beberapa kali juga pernah langsung dituduh macam-macam hanya karena berbeda dalam fiqih. Bukankah ada perbedaan fiqih juga di tubuh Ahlussunah Waljamaah antara Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali? Sedikit perbedaan itu juga seharusnya bukan sesuatu yang perlu dipertentangkan lebih jauh. Karena sebanyak apapun tafsir maupun intepretasi umat terhadap agama, sumbernya tetap Satu. Kita menyebutnya Tuhan, Allah dan nama-nama Agung lainnya.

Jamaah Ahmadiyah tata cara sholatnya sama seperti Ahlussunah Waljamaah. Dari takbiratul ihram, bersedekap, rukuk, sampai bersujud. Mereka juga bershahadat, melakukan shalat, berpuasa, zakat dan haji. Persis seperti Muslim Sunni. Sayangnya, pemda Tasikmalaya sudah memberlakukan aturan bahwa jamaah Ahmadiyah dilarang melakukan ibadah Haji. Tentu saja ini merupakan pelanggaran terhadap kebebasan melakukan ibad

Khatib Shalat Jumat Ahmadiyah siang tadi berbicara tentang pentingnya pertemuan-pertemuan rohani untuk memperkuat silaturahmi antar anggota Ahmadiyah. Tidak ada khotbah kebencian terhadap pengikut aliran lain atau kepada capres tertentu. Wajar, Ahmadiyah memang menjunjung tinggi perdamaian. Di tembok masjid Ahmadiyah ini terpampang motto yang selalu dijunjung tinggi oleh para jamaah Ahmadiyah. ” Love for All Hatred for None .”

Siapa yang siang tadi dapet khotbah sholat Jumat yang berisi kebencian dan provokasi? Mau pindah tempat sholat Jumat nggak? :))

PS :
Terimakasih untuk sahabat Ahmadi ku Fatimah Zahrah, yang memperbolehkan aku ikut mengunjungi sekaligus beribadah di masjid Arif Rahman Hakim ini. Terimakasih juga untuk Sita Magfira , mbak-mbak Filsafat UGM yang mau mengantar kami berdua ke masjid ini dan kemana-mana seputar Jogja di tengah kesibukan seputar perkuliahan dan perpacarannya. *peluk satu-satu*

Sumber : Syahar Banu

Posted in NasionalComments (0)

abdul-qadir-dehlvi-warta-ahmadiyah

Abdul Qadir Dehlvi Darwisy Meninggal Dunia di Qadian

Ahmadiyya Times.Dilaporkan Abdul Qadir Dehlvi meninggal di Qadian setelah sakit yang cukup lama dalam usia 97 tahun.

Dehlvi menghembuskan nafas terakhir di kediamannya di Ahmadiyah Colony dan ia dimakamkan di Bahisyti Maqbarah pada Selasa sore , 15 Januari 2014.

Dehlvi datang ke Qadian sebagai sukarelawan menyambut seruan Khalifah kedua Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Bashsiruddin Mahmud Ahmad, untuk melindungi keluarga Ahmadi dan tempat-tempat suci.

Para relawan yang tinggal kembali ke Qadian pada saat partisi India-Pakistan berdasarkan arahan pimpinan spiritual mereka – berjumlah 313 orang – datang untuk dihormati sebagai tetua dan mereka mendapat panggilan Darwisy, panggilan yang menandakan rasa tidak mementingkan diri sendiri.

Darwisy Dehlvi bertugas di berbagai departemen Jamaah Ahmadiyah untuk jangka waktu yang lama.

Maulana Mohammad Inaam Ghori, Kepala Sekretaris Jamaah Muslim Ahmadiyah Qadian, memimpin shalat jenazah dan ribuan Muslim Ahmadi lainnya bergabung.

Dehlvi dimakamkan di area khusus yang diperuntukkan bagi para darwisy. Pada akhir upacara pemakaman, Maulana Ghori memimpin do’a.

Abdul Qadir Dehlvi meninggalkan tiga putra dan empat putri. Dua dari anak-anaknya, Nooruddin Ismail dan Noorul Ameen, datang dari Jerman untuk menghadiri pemakaman tersebut.

Darwisy Dehlvi dikenal karena telah bertemu Paus Yohanes Paulus dan menyampaikan pesan bahwa pembaru jaman ini, Mesias yang dijanjikan telah datang di Qadian, India. Kabarnya Dehlvi juga telah menjelaskan ajaran Islam dan ahmadiyah yang benar kepada Paus.

Posted in MancanegaraComments (0)

Kemunafikan beberapa pemimpin dunia yang ikut berpawai di Paris mengenai kebebasan berbicara

themuslimtimes. Pada hari Minggu, sedikitnya 1,5 juta orang berpawai di jalanan Paris dengan penampilan dramatis sebagai solidaritas sesudah serangan ekstrimis yang menewaskan 12 orang di kantor koran satir Charlie Hebdo dan empat orang di toko Kosher pekan lalu. Seorang polisi juga menjadi korban penembakan.

Ini adalah unjuk rasa menakjubkan, dan yang sangat mengejutkan adalah jumlah pemimpin dunia yang hadir. Wakil lebih dari 50 negara dari seluruh dunia menghadiri pawai ini, “Charlie, Charlie, kebebasan berbicara!” Menjadi seruan hari itu.

Terlepas dari pawai yang menunjukkan persatuan yang layak dipuji, banyak pengamat tidak bisa menahan diri di hadapan beberapa pemimpin dunia yang munafik. Meskipun mereka secara terbuka memberikan dukungan untuk kebebasan berbicara pada kampanye di Perancis, di negara mereka sendiri seringkali menekan kebebasan berbicara. Seperti Marc Lynch, seorang profesor George Washington University, mengatakan:

marc-lync-warta-ahmadiyah

Reporters without Borders (RWB), sebuah organisasi nirlaba yang mendukung kebebasan berbicara, mengatakan pihaknya “murka dengan kehadiran para pejabat dari negara-negara yang membatasi kebebasan informasi.”

Secara khusus, RWB mempersoalkan kehadiran Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Aljazair Ramtane Lamamra, Uni Emirat Arab Menteri Luar Negeri Sheik Abdullah bin Zayed al Nahyan-dan Gabon Presiden Ali bongo.

Negara-negara ini mencetak angka yang sangat rendah untuk indeks kebebasan pers tahunan yang dikeluarkan RWB. Mesir menduduki peringkat 159 dari 180 negara, Turki 154, Rusia 148, Aljazair 121, Uni Emirat Arab 118 dan Gabon 98. Di bawah ini adalah beberapa kritik yang dilontarkan terhadap negara-negara tersebut.

  • Tahun lalu, pengadilan Mesir menjatuhkan hukuman kepada tiga wartawan Al Jazeera antara antara tujuh dan 10 tahun penjara atas tuduhan “terorisme”.

  • Turki, yang dijuluki penjara terbesar di dunia bagi jurnalis pada tahun 2012 dan 2013, diikuti tahun 2014 dengan menahan sejumlah wartawan (termasuk Ekrem Dumanli, pemimpin redaksi Zaman, sebuah surat kabar terkemuka yang memiliki hubungan dengan gerakan Islam moderat Gulen)

  • Di Rusia, blogger dan aktivis politik anti-korupsi Alexei Navalny sering menjadi sasaran pemerintah, dan tersisa beberapa situs berita independen yang berjuang mati-matian untuk bertahan hidup.

  • Meskipun kebebasan berbicara telah ditegaskan dalam konstitusi Aljazair, antara tahun 1992 hingga 2011 pemerintah mengumumkan keadaan darurat yang dengan serius membatasi hak. RWB mencatat sejumlah wartawan ditangkap sebelum pemilu tahun lalu.

  • Kelompok-kelompok seperti Human Rights Watch dan Amnesty International telah menyatakan bahwa kebebasan berbicara sangat dibatasi di Uni Emirat Arab. Amnesty mengatakan bahwa lebih dari 100 aktivis perdamaian dan kritikus pemerintah telah ditahan di sana sejak 2011.

  • Wartawan investigasi Jonas Moulenda terpaksa meninggalkan Gabon karena ancaman pembunuhan.

Bahkan ada lebih banyak lagi peserta pawai yang dianggap tak layak. Surat kabar Prancis Le Monde menunjuk pada kehadiran wakil Hungaria Viktor Orban, pemimpin negara yang baru-baru ini mengusulkan pajak Internet, dan Naftali Bennett, menteri ekonomi Israel, yang pernah mengatakan di Twitter, “Saya telah membunuh banyak orang Arab dalam hidup saya , dan tidak ada masalah dengan itu. “, ada kemarahan atas laporan bahwa para pejabat Saudi telah menghadiri pawai, hanya beberapa hari setelah Arab Saudi menghukum cambuk seorang blogger karena penghujatan.

Mungkin kehadiran para pemimpin dunia di pawai Paris harus dianggap sebagai pengingat penting: Kebebasan Berbicara mudah untuk didukung ketika itu sebuah konsep yang samar-samar. Dan, seperti Teju Cole tulis di New Yorker pekan lalu, kritik dapat ditujukan pada Amerika Serikat juga. Meskipun dukungan resmi untuk kebebasan berbicara setelah serangan Charlie Hebdo, Bradley Manning menjalani 35 tahun penjara karena membocorkan dokumen yang diklasifikasikan dokumen negara di situs anti-kerahasiaan WikiLeaks.

Posted in MancanegaraComments (0)

Mengapa menggambarkan Nabi Muhammad memancing kemarahan umat Islam

themulsimtimesDUBAI: Penggambaran Nabi Muhammad (saw) seperti kartun yang diterbitkan oleh majalah satir Perancis yang belum pulih dari serangan mematikan, dilarang dalam Islam dan mengejeknya (Muhammad saw) membuat marah banyak umat Islam.

Meskipun gambar mengolok-olok Nabi telah berulang kali membuat marah dunia Islam, pemimpin dan ulama dari Arab dan Muslim dengan cepat mengutuk serangan itu. Pusat belajar muslim sunni paling bergengsi, Al-Azhar mengatakan “Islam mengecam kekerasan.”

Dua orang bertopeng dan bersenjata bertopeng yang membunuh 12 orang di mingguan Charlie Hebdo pada hari Rabu menyatakan memiliki misi untuk “membalas” kartun nabi Muhammad (saw).

Hal ini kemudian menimbulkan kontroversi mengenai kartun nabi (Muhammad saw).

“Beliau adalah nabi yang dihormati oleh sekitar dua miliar orang … Apakah pantas mengejeknya?” Kata pendeta terkemuka Irak, Ahmed Al-Kubaisi kepada AFP, menjelaskan reaksi keras umat Muslim terhadap kartun Nabi Muhammad (SAW).

“Perancis adalah induk dari segala kebebasan, namun tidak ada yang mengatakan (penggambaran kartun ini) adalah hal yang memalukan,” katanya.

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, Charlie Hebdo telah memperlihatkan rasa tidak hormat terhadap Islam dalam berbagai kesempatan.

“Apakah perlunya mereka mengejek Nabi Muhammad, dan hal itu menyinggung umat Islam?” Katanya sebagaimana dikutip kantor berita Bernama.

“Kami menghormati agama mereka dan mereka harus menghormati agama kami,” tambahnya.

Protes keras pecah di berbagai negara Muslim setelah surat kabar Jyllands-Posten Denmark menerbitkan 12 karikatur Muhammad (saw) pada tahun 2005.

Charlie Hebdo dan publikasi Eropa lainnya mereproduksi kartun di tahun berikutnya, termasuk salah satunya yang memperlihatkan Nabi saw mengenakan sorban berbentuk seperti bom, menjadikan mereka target kemarahan Islam.

Kantor majalah Perancis dibom pada November 2011 menyusul penerbitan sebuah edisi yang menggantai namnya menjadi “Charia Hebdo,” (Syariah Hebdo), dengan karikatur Nabi di halaman depan.

Kurangnya rasa hormat

Inti masalahnya adalah “kurangnya penghormatan atas hak orang lain dalam kebebasan berekspresi” di negara-negara Arab dan Muslim, menurut Hassan Barari, profesor hubungan internasional di Universitas Qatar.

Beberapa orang “tidak memahami konteks Barat atas kebebasan berbicara, di mana anda dapat dengan mudah membuat film yang mengkritisi Yesus as.”

Mathieu Guidere, yang mengajar studi Islam di Universitas Toulouse Prancis, mengatakan bahwa “budaya toleransi, dan penerimaan pendapat yang berbeda hampir tidak ada di dunia Arab dan Islam.”

Dia menghubungkan kekerasan dengan perasaan terpendam oleh “hampir setiap Muslim percaya bahwa ia adalah pembela Nabi saw dan Islam.”

Barari menunjuk sejarah “permusuhan antara Barat dan Muslim”. “Kita tidak bisa menyangkal bahwa perasaan anti-Barat di wilayah tersebut terkait dengan kebijakan Barat. Hal ini terkait dengan kolonialisme masa lalu, kebijakan Israel, dan dukungan kepada kediktatoran, “katanya.

Larangan penggambaran

Mayoritas ulama Islam melarang menggambar semua nabi yang dihormati Islam, dan menolak penggambaran para sahabat Nabi Muhammad (saw), meskipun penggambaran itu dengan cara yang positif.

“Kita seharusnya tidak membukakan pintu bagi orang-orang untuk menggambar Nabi dalam berbagai bentuk yang dapat mempengaruhi statusnya di hati umatnya,” kata Kubaisi, ulama Irak yang tinggal di Dubai.

Tidak ada teks dalam Alquran atau hadits Nabi saw yang dengan dengan tegas melarang penggambaran tersebut, dan larangan tersebut “merupakan penghormatan dan penghargaan” kepada Nabi (saw), ia menambahkan.

Larangan tersebut berlaku juga untuk penggambaran Nabi dan sahabat Nabi Muhammad saw dalam film dan program televisi.

Ketika sebuah trailer film anti-Islam “Innocence of Muslims” muncul di YouTube tahun 2012, pengunjuk rasa di berbagai negara turun ke jalan.

Empat orang, termasuk Duta Besar AS Chris Stevens, tewas di Libya ketika ekstremis melakukan protes terhadap film tersebut dengan menyerang tempat-tempat penting AS pada 11 September 2012.

Beberapa pekan terakhir, sejumlah negara Muslim melarang fil karya Ridley Scott “Exodus: Gods and Kings” yang menampilkan Musa as.

Bahkan epik tahun 1970-an “The Message”, yang mengisahkan kehidupan Nabi Muhammad dan dibintangi Anthony Quinn, tidak menampilkan nabi (saw).

“Menggambarkan para Nabi Allah akan menimbulkan keraguan tentang status mereka dan mungkin mencakup kebohongan, karena pemeran tidak pernah bisa sesuai dengan karakter para nabi,” tercantum dalam fatwa atauu dekrit yang dikeluarkan oleh Dewan Fiqih Islam di Makkah

Posted in MancanegaraComments (0)

khalifah-ahmadiyah-mengecam-charlie-hebdo

Khalifah Ahmadiyah mengecam serangan teror di Prancis

Press Ahmadiyya

Hazrat Mirza Masroor Ahmad berdoa untuk perdamaian dunia.

Pimpinan dunia Jamaah Muslim Ahmadiyah Khalifah Kelima, Yang Mulia Hazrat Mirza Masroor Ahmad dengan tegas mengecam serangan teroris yang terjadi di Perancis minggu ini dan berdoa untuk perdamaian dunia.

Berbicara dalam Khotbah Jumat mingguannya yang disampaikan dari Masjid Baitul Futuh London, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan bahwa serangan itu tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam yang sejati. Huzur mengatakan bahwa pelaku dan siapa pun terlibat harus dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:

“Para pelaku serangan brutal ini ini berusaha membenarkan tindakan mereka atas nama Islam dan Nabi Suci saw, tetapi tindakan mereka tidak ada hubungannya sama sekali dengan ajaran Islam yang benar. Tidak ada izin sama sekali dalam Islam untuk main hakim sendiri atau untuk melukai atau membunuh siapa pun. Namun mereka yang menyebut dirinya Muslim dan kelompok-kelompok Muslim masih tidak menjauhkan diri dari kekejaman dan kekejian tersebut. “

Huzur mengatakan bahwa ia berharap serangan ini tidak mengarah pada agama Islam menjadi target atau diserang dengan tidak adil sebagai reaksi peristiwa tersebut yang dapat meningkatkan kesenjangan antara Muslim dan non-Muslim yang tinggal di Eropa dan seluruh dunia Barat. Huzur meminta semua pihak untuk bersabar dan menahan diri dalam upaya untuk mempersatukan masyarakat.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan adalah tanggung jawab Muslim Ahmadi untuk menyebarkan ajaran Islam sejati ke seluruh dunia dan berdoa bagi perdamaian.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan:

“Sekarang, adalah tugas anggota Jamaah Muslim Ahmadiyah untuk berdoa bagi perdamaian dan berdoa agar semua pihak berhenti dari segala bentuk kekejaman dan ketidakadilan.”

Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan bahwa Muslim Ahmadi harus secara khusus membaca shalawat – menyampaikan salam kepada Nabi Muhammad saw.

Hazrat Mirza Masroor Ahmad menutup dengan berdoa:

“Semoga Allah Yang Maha Kuasa membebaskan dunia dari segala bentuk kekacauan dan semoga kondisi konflik saat ini berubah menjadi keadaan yang damai dan harmonis.”

Posted in Mancanegara, Siaran PersComments (0)

Page 1 of 512345

@WartaAhmadiyah

Tweets by @WartaAhmadiyah

http://www.youtube.com/user/AhmadiyahID

Kanal Youtube

 

Tautan Lain


alislam


 
alislam


 
alislam


 
alislam

Jadwal Sholat

shared on wplocker.com